Share

Tuan Presdir Mengejar Cinta Istri
Tuan Presdir Mengejar Cinta Istri
Penulis: Leon Hart

Pesta Pembawa Petaka

Penulis: Leon Hart
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-07 13:48:06

"Kamu memang cantik, tapi tidak akan pernah seperti Celine. Tidak pernah!"

Netra Talita berkilat. Sentuhan tangan Reynald, suaminya, yang sudah terlepas dari dagunya adalah awal dari tekanan batinnya kali ini. Sudah berusaha keras memulas wajah dengan persiapan beberapa hari sebelumnya, masih saja tak menarik perhatian suaminya itu.

Malam ini adalah pesta rutin tahunan perusahaan keluarga Christopher dalam rangka penghormatan kepada para kolega dan pemegang sahamnya.

Setelah kematian Reymond Christoper setahun yang lalu, secara estafet tapuk pimpinan otomatis beralih pada Reynald, putra sulungnya.

"Aku sudah selesai. Tinggal memilih kalung mana yang cocok. Bantu aku ya. Tunggu sebentar." Talita berusaha kesampingkan harga dirinya yang sudah seperti tak bernilai lagi di hadapan Reynald dengan berbalik. Talita berniat mengambil 2 benda dari mutiara itu untuk di tunjukkan pada Reynald.

"Itu hanya hal kecil bagi wanita, tapi kenapa seperti sesuatu yang berat buatmu?" Tak habis pikirnya Reynald, menganggap upaya Talita untuk menarik perhatiannya itu sebagai hal menggelikan. "Aku harus turun sekarang. Celine sudah menunggu di bawah."

Seperti biasa, tatapan dingin Reynald merupakan bentuk dari cerminan hatinya. Meski sudah menikah selama lebih dari satu tahun, tapi kehadiran Talita seperti hanya wanita berstatus istri di atas kertas saja.

Kedua tangan Talita terkepal lebih erat. Binaran mata sedianya penuh harapan akan awal sebuah penerimaan Reynald atas kehadirannya, kini berubah jadi upaya mencegah air mata ini menetes.

Pintu telah Reynald tutup, tapi tatapan Talita tetap lurus dan hampa. Dua kalung mutiara dalam genggamannya terjatuh dari tangan yang melemah seperti tak kuasa menahan beban batin di dadanya.

Hampir satu bulan Talita mempersiapkan penampilannya ini. Dari banyak mencari informasi ataupun percobaan sembunyi-sembunyi demi tampil maksimal dan tidak di banding-bandingkan dengan Celine, tapi tetap saja tidak menggugah Reynald.

"Tidak bisakah kamu berikan minimal rasa kasihanmu padaku? Paling tidak kamu hargai usahaku, Rey." Harapan Talita yang di sadarinya tak akan pernah tersampaikan.

Keduanya menikah karena kepentingan bisnis. Beberapa tahun yang lalu, Christopher corp. sempat alami masalah finansial. Berkat tangan dingin dari ayah Talita, Arya Dharmawan, perusahaan keluarga Christopher tersebut jadi terselamatkan.

Talita sekuat hati memakai salah satu kalung mutiara yang sudah di pungutnya, lalu menyusul Reynald ke taman belakang dengan langkah tanpa semangat, terlebih saat pemandangan yang dia takutkan itu benar-benar terjadi. Di area tengah pesta, Reynald dan Celine tengah berbincang penuh senyum dan mesra. Siapapun yang berada di sekitar mereka pasti bisa merasakan gelora cinta dari saling menatap yang tidak dapat membohongi.

Hanya demi kehormatan keluarga Christopher, Talita paksakan diri lebarkan senyumannya ketika tamu undangan yang dia lewati menatap ke arahnya. Talita menyadari, sikap ramah mereka padanya hanyalah semu.

Iya, gosip itu telah tersebar. Pernikahan antara Reynald dan Talita hanyalah karena balas budi mendiang Raymond pada seorang konsultan bisnis sekaligus sahabatnya sewaktu kuliah S2 di Amerika yaitu Arya.

Satu tahun setelah keberhasilan Arya membantu menagemen perusahaan Christopher, kecelakaan pesawat kecil di daerah Papua menewaskannya bersama sang istri. Mengetahui Talita telah menjadi yatim piatu, Reymondpun memutuskan menjodohkannya dengan Reynald setelah mengetahui putranya tersebut telah putus dengan kekasihnya, Celine.

Semua orang telah tahu, Reynald tidak pernah sepenuhnya mencintai Talita. Terlebih latar belakang keluarga Talita yang biasa-biasa saja membuatnya selalu jadi bahan cemohoan. Parahnya lagi, biang gosip itu justru berasal dari ibu mertua dan iparnya sendiri, yaitu ibu dan adik perempuan Reynald, Veronica dan Vanessa.

"Walaupun pake gaun dan make-up tebal, tetap saja kelihatan kampungannya!"

Mendengar makian ini, Talita spontan menolehkan wajah. Tanpa dia sadari, seseorang dengan sengaja memposisikan kakinya di depan Talita.

Bukk!!

Talita terjatuh sampai menimbulkan bunyi debum yang lumayan keras dan bisa terdengar oleh para tamu.

"Kelihatan banget baru pertama kali pake highheels mahal, ya?!"

Talita mendongak dan ternyata suara iparnya, Vanessa.

"Cepet bangun. Bikin malu aja!" perintah dengan nada geregetan dari Veronica, ibu mertuanya. "Itu Reynald. Nggak bisakah kamu lihat wajahnya?!"

Sambil menahan rasa sakit, Talita paksakan diri untuk berdiri setelah Reynald ulurkan tangan untuknya. Setelah Talita berdiri tegak, cepat-cepat Reynald lepaskan tangannya dan berdiri menjauh untuk berada di samping Celine.

"Aduh, kalau misalkan itu aku pasti sudah malu terus lari masuk kamar dan nggak bakalan balik ke pesta lagi!"

Sentilan getir dari salah seorang tamu itu sontak membuat Talita sadar diri harus melakukan hal tersebut.

Tanpa berpikir panjang lagi dan tertatih, ia berjalan cepat ke arah dalam rumah. Sambil memegang bagian pinggangnya, tangga menuju ke kamarnya adalah yang ingin ia tuju.

Setelah sampai di atas, Talita segera lampiaskan perasaan kalutnya ini dengan tangisan. Talita mengintip dari balik korden jendela kamar menuju ke arah taman belakang tempat pesta telah di mulai.

Suara musik mulai terdengar justru setelah dirinya tidak berada di tengah-tengah pesta, seolah mengisyaratkan kalau dirinya tidak di harapkan kehadirannya di acara tersebut.

Perasaan getir itu semakin besar setelah melihat bagaimana Reynald dan Celine terus bersama, bahkan keduanya seperti pasangan suami istri yang saling menyapa para tamu.

"Mereka memang benar. Celine wanita yang cantik dan berkelas. Jauh berbeda dengan aku," ratapan Talita yang merasa jadi wanita paling buruk di dunia meski sudah berusaha maksimal berdandan lebih dari biasanya di depan Reynald. Upaya kerasnya ternyata tak membuahkan hasil.

Talita tiba-tiba saja merasakan kepalanya berputar dan mulai berkunang-kunang. Beban berat di hati seolah sudah di luar batas kesadarannya. Ia berusaha melangkah, namun terasa berat dan kemudian semua mendadak menjadi gelap.

Setelah beberapa saat, Talita coba membuka kedua matanya ketika mendengar suara beberapa orang di sekitarnya. "A ... Aku di mana?" ucapnya lirih sambil berusaha sekuat tenaga untuk mengingat.

"Talita. Kamu sudah sadar? Bagaimana keadaanmu? Apa yang kamu rasakan sekarang?" rentetan pertanyaan Reynald.

"Aku di rumah sakit?" tanya Talita setelah menyadari ada seorang dokter dan tempat di mana ia sekarang berbaring.

"Iya, Nyonya." Kali ini adalah sang dokter yang berbicara, sekaligus memberikan penjelasan soal keadaannya kini.

Dunia serasa runtuh bagi Talita, ketika dokter menjelaskan kalau dirinya telah alami trauma pada area peranakan paska terjatuh tadi, sehingga berakibat terganggunya fungsi rahim. Talita di minta untuk jalani terapi selama 6 bulan sampai pada pemeriksaan berikutnya apakah dia bisa kemungkinan untuk jalani program kehamilan.

"Nyusahin sekali, sih!" gerutu Veronica. "Sudah buat pesta jadi bubar sebelum waktunya, sekarang malah sakit dan kemungkinan nggak bisa kasih keturunan buat Reynald. Istri macam apa kamu?!" tambahnya setelah kepergian dokter yang menangani.

Dada Talita semakin sesak, terlebih keberadaan Celine memberikan tanda kalau keluarga Reynald sudah tidak menginginkan dirinya lagi.

"Maaf. Bisa aku bicara dengan Reynald sebentar?" pinta Talita lemah. Baik Veronica, Vanessa, dan Celine kemudian beranjak keluar setelah Reynald memberikan isyarat agar mereka menuruti.

"Apa yang ingin kamu bicarakan?" tanya Reynald dingin seperti biasanya.

"Katakan padaku dengan jujur. Apa kamu masih mencintai Celine?" Talitapun to the poin.

"Kenapa kamu tanyain itu?"

"Rey. Jujurlah. Aku terima apapun jawabanmu, dan nggak akan marah."

Untuk beberapa detik Reynald tunjukkan sikap dan raut bingung. Hal ini menjadi sebuah kesimpulan bagi Talita. "Berarti benar kalau kamu masih mencintainya."

Reynald terdiam tak menjawab. Hanya menatap dingin dan terpaku pada Talita.

"Kalau begitu ... Aku ingin kita bercerai, Rey."

Bibir Reynald ternganga tak percaya akan permintaan Talita yang tidak di sangka-sangkanya ini. Setelah menghela napas panjang, Reynaldpun akhirnya berikan jawaban.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (38)
goodnovel comment avatar
SusiVikers
ya ampun jahat bgt sih keluarganya si reynald ini padahal dulu di tolongin sama siapa coba, kan sama bapaknya Talita gak tau balas Budi dasar kacang lupa kulitnya ......... bagus Talita mendingan kamu pisah aja tuh sama si reynald dan jauhi keluarga toxic kayak mereka
goodnovel comment avatar
Santih
itu yang terbaik sih mending cerai talita daripada tersiksa kaya gitu
goodnovel comment avatar
Imha Deva
lebih baik pergi Talitha hidup kami lebih berharga daripada bersama mereka yang toxic
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Tuan Presdir Mengejar Cinta Istri   Pewaris Satu-Satunya Tanjung,corp

    Selama di perjalanan, Talita memilih menghibur diri dengan melihat lalu-lalang kendaraan dari kaca jendela mobil. Sebisa mungkin menghindari berinteraksi dengan Reynald. "Bagaimana hubunganmu dengan Mario?" Bersamaan dengan pertanyaan Reynald ini, Talita mendapati keluarga kecil mengendarai motor dan terlihat harmonis. Meskipun sudah terbilang lewat dari sore hari, tapi pemandangan sang anak sedang memakan jajanan dari balik kantong palstik putih, sontak membuat Talita tersentuh. Bukan hal muluk-muluk, tapi itu dulu salah satu impian Talita ketika akan di nikahi Reynald. Sejak rasa sakit kekecewaan itu nyata ada, seolah hanya label pesimis tanamkan kini. "Oh, apa? Mario?" Talita memang sempat tak terlalu fokus. Tanpa dia sadari, Reynald sempat memperhatikan dan sempatkan mengikuti keluarga kecil itu berlalu. "Iya. Apa kamu serius sama dia? Mencintai dia?" Talita menggigit bibir bawahnya. Usia belum mencapai 25 tahun, tapi sudah di hadapkan keadaan dan keputusan berat, ten

  • Tuan Presdir Mengejar Cinta Istri   Terpaksa Sepakat

    "Reynald. Apa kamu sudah tahu?" Talita membalas dengan pertanyaan. Tubuhnya sendiri tak bereaksi, hanya berdiri diam membeku. Setelah Reynald menjauh, Talita mendongak dengan gerak mata ke kanan kiri berusaha membaca ekspresi Reynald. "Tahu apa? Banyak hal terjadi, dan jangan menuntutku seperti tahu segalanya," protes Reynald. "Soal aku." "Kamu? Apamu?" Reynald tersenyum. "Aku tidak bodoh, Talita. Walaupun banyak serangan ke kamu, tapi aku nggak sepenuhnya percaya. Dan kamu juga ... Kamu jangan coba-coba membuat drama seolah-olah kamu benar-benar melakukannya. Aku lebih mengenalmu daripada orang lain." "A aku ... Maksudku aku dan keluargaku?" "Keluargamu? Ada apa dengan keluargamu? Kalau ini aku tidak tahu. Ku kirain soal masalah kita." "Oh, begitu." Talita mundur lebih jauh ke belakang. Mendadak jadi tak ingin meneruskan. Lebih memilih menilai kejujuran Reynald tanpa harus lakukan kontak fisik dengannya. "Ya sudah lha. Lupakan saja," ucapnya kemudian, berharap memang du

  • Tuan Presdir Mengejar Cinta Istri   Tiba-Tiba Memeluk

    Ruangan dalam kantor milik Ruhut itu kembali hening. Jawaban tak di sangka-sangka keluar dari bibir Reynald. Ekspresi balasan berbeda-beda terjadi kemudian. Talita turunkan pandangan, menelaah semua. Rangkaian kejadian beberapa hari di New York waktu itu jadi isi pikirannya, sedangkan Celine dan Ruhut sontak ternganga tak percaya. Suara detik jam untuk beberapa lamanya sirna oleh pekikan Celine. Sikap percaya dirinya berangsur pudar tertutupi tatapan sayu berisi cairan bening itu tertuju pada Reynald. "Sayang. Kamu ngomonga apa?!" Celine ungkapkan protes. "Wanita ini nggak buat kamu ngerubah pikiran, kan? Bukan karena soal saham perusahaan, kan? Percayalah, Sayang ... Aku bisa beli semua milik dia yang prosentasenya cuma kecil itu!" ucapnya berlanjut sambil menunjuk-nunjuk sinis pada Talita. "Bukan soal itu, Celine. Ada alasan yang nggak bisa aku ungkapkan semua. Aku mohon jangan paksa aku cerita detailnya, tapi pada intinya ini menyangkut konsistensi pemikiranku. Maaf." "Apa

  • Tuan Presdir Mengejar Cinta Istri   Tidak Berencana Menikahimu

    "Reynald!" "Kamu sudah mengenalku, Talita. Sekali aku memutuskan sesuatu, berarti itu akan konsisten sampai kapanpu!" Reynald tidak kalah kerasnya. Pintu ruangan di ketuk, bahkan sebelum Talita ataupun Ruhut baru saja akan memberikan tanggapan. Nama Ruhut di sebut oleh seorang wanita dari balik pintu. "Masuk," ucap Ruhut lantang. Ada kesal ketika sudah terlibat lebih dalam di sebuah percakapan penting, tapi kemudian terganggu oleh panggilan. Pintu terbuka, dan salah seorang asisten pribadi Ruhut menjulurkan kepala. "Maaf, Pak. Ada tamu," ujarnya. "Akukan sudah bilang nggak mau di ganggu!" tandas Ruhut tegas. Watak aslinya memanglah keras, tapi dalam segi keprofesionalitasan, dia adalah seorang pengacara yang dapat di andalkan. "Maaf, Pak. Tamunya maksa. Bilangnya istri Pak Reynald." Ruhut sontak beralih pada Reynald. Kebingungan baru untuknya. "Istri Pak Reynald?" pertanyaan lebih tertuju pada Reynald. "Dia ... Tidak ada hubungannya dengan pertemuan ini, jadi ..." "

  • Tuan Presdir Mengejar Cinta Istri   Ini Hanya Tentang Kita

    "Ehem ..." Reynald berdehem, menandai keberadaannya. Talita menoleh, sedikit terkejut. Reynald berpenampilam berbeda dengan terakhir kali mereka bertemu. Potongan rambut baru dan sengaja di beri pomade, sehingga terlihat klimis. "Selamat sore," sapa Reynald. Tarikan bibir tipis searah dengan tatapan tertuju lurus pada Talita. "So sore," balas Talita gugup. Tatapan sendu Reynald sangat berbeda dengan dulu saat mereka masih bersama. Semakin gugup saat Reynald berikan tangan untuk awali jalinan berkabar. "Bagaimana kabarmu?" "Aku baik-ba ..." "Kamu kelihatan pucat?" sela Reynald dalam rangkaian pertanyaan. Tangannya tak juga melepas, seperti sebuah genggaman. "Kamu pasti sakit?" pertanyaan kedua dengan ekspresi murung. "Oh, mungkin karena kecapean saja. Nggak apa-apa, kok." Talita memaksa melepaskan tangan. Walaupun iringan lembut ketika menariknya, tapi jelas tersirat perasaan tak nyaman. "Silahkan duduk. Jujur saja, saya tadi nggak mengenali Nyonya Talita. Sepertinya

  • Tuan Presdir Mengejar Cinta Istri   Video Telah Tersebar

    "Sayang? Kamu ngagetin aja!" Celine menghambur memeluk Reynald, serasa sempat berpisah dalam waktu lama dan baru bertemu kembali. "Kita pergi dari sini sekarang." Reynald lepaskan ikatan tangan Celine dengan lembut, lalu berbalik sebagai komando untuk segera lakukan apa yang baru di ucapkan. "Tapi, Sayang. Kita sudah sejauh ini. Sekalian saja buat Talita malu. Mama Vero dan Vanessa baru saja chat aku. Mereka sudah lihat video uploadtan di medsosku, dan ..." "Hentikan, Celine. Hapus video-video itu!" perintah Reynald dingin. Langkahnya bahkan lebih cepat, namun juga tidak menggandeng Celine sebagai bantuan bagi wanita hamil seperti biasanya. "Tapi kenapa, Sayang? Talita pantas dapat perlakuan seperti itu, dan kamu berhak mempermalukannya di depan orang banyak, kok." Celine lingkarkan satu tangan pada lengan Reynald dengan manja. Tampak beberapa orang yang lewat sempat memperhatikan Reynald. Mereka memastikan bahwa pria di samping depannya adalah pebisnis muda yang sedang naik d

  • Tuan Presdir Mengejar Cinta Istri   Buat Bukti Perselingkuhan

    Di lain tempat. "Tolong jangan kasih tahu siapa-siapa ya, Van." Ucapan Talita setelah selesai berdandan. Secara singkat, malam itu juga dia persiapkan diri untuk pertemuan dengan Wira. Dress sifon lengan panjang dengan panjang di atas lutut, membuat Talita semakin cantik. Warna pastel mencerminkan pribadi Talita yang kalem dan bersahaja. "Lagian, semua itu belum tentu bener," lanjutnya. "Kalau memang bener gimana?" Vani beringsut lebih mendekati Talita. Kepalanya miring, mencari celah tatapan Talita. "Lu ternyata kaya raya, Ta!" pekik Vani histeris sendiri. "Tapi kenapa selama ini mama gue nggak cerita?" Keraguan yang selalu jadi pengusik pikiran Talita untuk percaya pada Wira. "Nah itu dia. Gue juga kepikiran sampe situ." Vani terus mengikuti Talita yang sedang lakukan persiapan akhir. Sepatu sandal bertali warna nude jadi pilihan Talita kali ini. "Pokoknya lu harus tanyain semua ke Pak Wira soal asal-usul masa lalu dan keluarga ibu lu. Menurut gue juga patut di curigai. Sela

  • Tuan Presdir Mengejar Cinta Istri   Skandal Memalukan

    Di tempat lain, Reynald berdiri di balik kursi kerja melihat ke arah luar. Pikirannya sedang berkutat pada obrolannya dengan Celine yang tak lama berselang. "Aku yakin, Talita dan Mario sedang siapin rencana jahat sama kamu, Sayang," ucap Celine, tak lama setelah masuk ke ruangan kerja Reynald. Dress floral hitam putih yang di kenakan masih belum sepenuhnya mampu menutupi perutnya yang terlihat membuncit. "Tuduhan sama dari dulu." Celine cemberut. Jawaban santai Reynald tak sesuai harapannya. "Kan emang kenyataannya begitu!" Celine mulai meradang. Beberapa hari, di rasanya sikap Reynald berubah. "Sayang. Aku dengar desas-desus. Boleh aku tanya ke kamunya langsung?" "Desas-desus darimana?" Reynald merasa perlu mempertanyakan tentang seberapa valid Celine mendapatkan informasi. "Ada deh, itu pastinya sumber terpercaya." "Tapi aku meragukannya." Celine lebih mendekati Reynald. Perubahan Reynald yang semula hanya dugaan, namun sekarang telah jadi nyata. "Berarti kamu meragu

  • Tuan Presdir Mengejar Cinta Istri   Simpenan Pejabat?

    "Masa, sih?!" Vani tak setuju. "Kayaknya adem ayem aja." Vani berdiri, lantas menarik pegangan koper Talita. "Sudah yuk. Kita pulang," ajaknya. Rasa enggan itu tidak lagi jadi bias, sebab Vani menunjukkannya dengan jelas. Apapun pembahasan soal Reynald, Vani akan berubah murung. Talitapun akhirnya memutuskan untuk tak membahasnya. Sejak perlakuan menyakitkan Reynald padanya, sahabatnya ini seolah membuat suaminya itu sebagai antagonis pada setiap topik pembicaraan. "Iya iya. Antar aku pulang." Talita memutuskan menurut. Tekukan wajah Vani, berasa tak enak di lihat juga. Saat beberapa langkah keluar dari pintu lobby bandara, keduanya di kejutkan dengan kedatangan seorang pria berpakaian setelan safari mendekat. "Nyonya Talita. Mobil jemputan anda di sini." Pria itu memberi anggukan hormat, lalu menunjuk pada mobil tipe sedan mewah warna hitam di parkiran khusus. Talita dan Vani saling bertatapan. Raut kebingungan memunculkan pertanyaan baru dari Vani. "Maaf, bapak siapa ya?

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status