Share

4. ORANG TERKASIH

“Welcome to Let’s Purify Game.”

‘Oh, shit! Serius ini di dalam game? Terus ini game apa?’ Arya hanya bisa membatin kesal sambil membelalakan matanya.

Semua orang di sana mulai gaduh, mencari dari mana sumber suara itu berasal. Begitupun dengan Arya dan Idun yang kini sedang berdiri bersebelahan.

Seorang laki-laki tiba-tiba berteriak dengan kencang. “Woy! Tunjukin muka, lo! Di mana lo, anj—”

Belum juga selesai laki-laki itu berbicara. Suara seorang perempuan langsung menyela ucapan laki-laki itu. Suara itu adalah milik perempuan yang tadi menyapa mereka semua.

“Wah, manusia-manusia ini sudah tidak sabar, ya?"

Mendengar perkataan itu Arya memicingkan matanya. Walau banyak pertanyaan di dalam otaknya, tapi dia tak ingin gegabah. Dia harus mendengarkan dengan saksama. Arya mencoba untuk menahan emosi yang mulai bergejelok di dalam dadanya.

“Bener! Tunjukin mukamu!” seru orang lain. Kemudian terdengar riuh suara orang-orang yang saling menyahut, meminta perempuan itu menunjukkan wajahnya.

“Kalian benar ingin bertemu denganku? Baiklah, aku akan menunjukkan diriku,” ucapnya.

Seketika muncul layar transparan yang sangat besar di atas bukit. Semua mata kini tertuju pada layar besar itu. Para manusia-manusia itu mendongak dan membulatkan matanya maksimal.

“Hai, kaget, ya?” katanya dengan usil.

“Anj*ng, jangan main-main!” teriak seorang laki-laki. Kini suaranya ada di belakang Arya.

“Ooops! Kakak, apa kakak nggak bisa lihat aku? Aku seekor kucing lucu, bukan anjing,” ucapnya.

Iya, benar! Pada layar besar itu menampilkan seekor animasi kucing kaliko. Kucing perempuan dengan memiliki tiga corak warna; hitam, putih, dan orange. Memang benar apa katanya, dia terlihat sangat manis untuk ukuran sebuah animasi.

“Ck!” Arya bedecak lalu menggeretakkan rahangnya.

“Alah, bacot! Cepet kasih tahu, siapa kamu, dan di mana kita?!” sentak orang lain. Semua manusia di sana pun mengangguk setuju dan berseru, meminta si animasi kucing itu segera menjawab pertanyaan mereka.

“Oke, Kakak-kakak, santai, ya. Jangan bicara kasar sama aku, aku takut,” rajuknya sambil menampakkan wajah memelas.

“Jangan banyak omong! Cepetan! Nggak usah so imut!” seru orang lain.

“Ish!” desis animasi kucing itu. “Okelah, karena kalian tidak sabar. Untung saja aku ini kucing yang baik.” Kucing itu menjilat kaki depannya sebentar. Kemudian dia berdeham, bersiap untuk menjawab pertanyaan manuia-manusia itu.

“Hai, perkenalkan aku Poppy! Seekor kucing yang akan membimbing kalian dalam game ini.” Kucing itu mengedipkan sebelah matanya dan berpose sangat manis sekali.

“Jadi saat ini, Kakak-kakak sedang ada di dalam sebuah game. Tubuh asli kakak, ada bersama aku di dunia nyata. Tersimpan di tempat yang aman dan tidak terjangkau oleh siapa pun, kecuali tim pengembang ‘Purify Game’. Jadi … bisa dikatakan, tubuh kakak di sini hanyalah sebuah avatar."

'Avatar?' batin Arya.

Sebentar … Arya butuh waktu untuk mencerna informasi yang terkesan sangat cepat dan mendadak ini. Arya mengangkat kedua tangannya, kemudian membolak-balikan sambil menatapnya. 

Arya mendesah, dia merasa tidak habis pikir dengan semua ini. Kalau ini benar game, kenapa dia bisa ada di sini? Bukannya jika kita mau memainkan game VR seperti ini membutuhkan login? 

“Dan perlu kakak-kakak ketahui, bahwa kalian ini adalah orang-orang terpilih, yang pertama kali memainkan game ini. Keren, loh! Kakak harus bangga dengan pencapaian kakak,” tambah Poppy antusias. "Oiya, satu lagi! Kakak-kakak juga di kirim ke sini oleh orang-orang terkasih, kakak," imbuhnya.

Melirikkan matanya dengan tajam ke arah layar di atas sana. Hati Arya kini mulai terasa panas, pasca mendengar apa yang baru saha Poppy katakan.

'Apa? Orang terpilih? Bangga? Bangga apanya?' Arya terus membatin, merespon semua perkataan yang diucapkan oleh Poppy. Namun sedetik kemudian dia tersadar akan sesuatu. 'Sebentar … dia bilang orang yang pertama kali memainkan game ini?' 

Arya mendongakkan kepalanya ke atas. Mencoba menatap sang animasi kucing di layar. “Maksudmu kita semua ini para beta tester?” tanya Arya tiba-tiba.

“Mmhh….” Poppy menggeleng. “Sistem yang kami punya itu sudah sempurna, Kak.”

“Hah?” Arya mencelos. “Memangnya ini game apa? Kenapa lo pede banget, kalau game ini sempurna, hah?!” tantang Arya.

“Ya, memang ini game paling sempurna! Kakak bisa rasakan saja sendiri sensasinya!" ucap kucing itu ketus.

Arya mendengus. Dia benci pada orang yang terlalu percaya diri dan sombong. Tapi, disatu sisi dia tertantang, untuk membuktikan apakah benar bahwa game ini sempurna tak ada celah.

"Oke! Terus ini game apa?" tanya Arya lagi.

"Pertanyaan bagus! Sesuai namanya Purify Game, ini adalah game pemurnian.”

Arya mengerutkan kening, dia merasa asing dengan nama game ini. Tentu saja, sebagai seorang gamers Arya sangat update mengenai informasi peluncuran game baru di negaranya. Tapi seingatnya tidak ada game seperti ini. Lalu apa katanya tadi? Pemurnian? Arya mendengus. 

“Apakah kami bisa keluar dari sini? Dan apa yang harus kami lakukan?” Tiba-tiba orang lain menyela sesi tanya jawab Arya bersama sang kucing.

“Tentu saja kalian bisa keluar. Caranya kalian hanya harus menyelesaikan misi yang tersedia. Nanti akan ada petunjuknya. Sabar, ya, kakak-kakak manis,” jawab Poppy. Dia tertawa kecil sambil menutup mulutnya dengan paw—telapak kaki—miliknya.

“Ceritakan semunya! Kita nggak suka yang setengah-setengah!” teriak seorang laki-laki di samping Arya. Arya sampai tersentak saking kagetnya.

“Ya sudah kalau begitu. Sesuai yang aku katakan, kakak harus menyelesaikan misi dalam game ini. Kurang lebih ada tujuh misi inti yang harus kakak kerjakan. Pastikan kakak bisa menyelesaikan setiap misi dan jangan sampai mati. Karena ....” Poppy tiba-tiba tak melanjutkan kalimatnya. Dia bergeming dan seketika menunjukkan wajah bengisnya.

“Karena? Karena apa? Hey! Lanjutkan kucing bodoh!” teriak laki-laki dari barisan depan.

“Karena kalau avatar kalian sampai mati di sini, maka tubuh kalian yang sedang aku jaga di dunia nyata akan ikut mati juga. Jadi jangan sampai mati, ya, Kak.” Kucing kaliko itu menyipitkan matanya dan diakhiri dengan sebuah desisan.

Mendengar pemaparan dari Poppy, sontak para manusia itu berteriak histeris. Ada juga yang memaki si kucing animasi itu. Sedangkan Poppy masih tertawa melihat ke-chaos-an di antara mereka.

Hati Arya merasa gusar, dia tidak bisa menahan rasa kesal yang sedari tadi dirasakannya. Seketika Arya berteriak, mengejutkan semua orang yang ada di salam game tersebut. 

“STOP!” 

Sontak para manusia itu menoleh ke arah Arya, si bocah SMA berumur delapan belas tahun.

“Tenang! Jangan panik. Memangnya apa buktinya jika tubuh kita dijaga oleh kucing sialan itu. Kamu bisa membuktikannya?” tantang Arya pada kucing itu. Tujuannya bertanya demikian, karena Arya ingin mengetahui di mana tubuh aslinya.

Mata Poppy langsung membulat, tapi dalam sekejap tatapannya berubah tajam kembali. “Tentu saja aku bisa membuktikannya. Lihatlah!” Poppy mengirimkan data pada akun masing-masing pemain.

Sebuah layar transparan dari jam yang mereka kenakan, muncul begitu saja di hadapan para pemain. Kini mereka bisa melihat tubuh asli mereka. Semuanya dalam kondisi yang sama, sedang tertidur. Tapi tak hanya itu, pada dada mereka dipasang beberapa alat bantu, dan kepala mereka kini sedang menggunakan sebuah helm virtual—helm yang dilengkapi dengan sistem, sehingga membuat pemain bisa masuk secara penuh ke dalam game, lalu mereka akan tertidur dan tak sadarkan diri—. Seketika orang-orang di sana mulai ketakutan.

“Sudah, puas Kakak manis?” tanya Poppy sambil mendesis. Animasi kucing itu nampak tak suka pada Arya. Kemudian kucing itu langsung menarik kembali data berupa video itu.

“Cih!” Arya berdecih kesal. Dia belum selesai memindai sekelilingnya.

Jika orang lain fokus dengan kondisi tubuh mereka, Arya lebih fokus dengan sesuatu yang ada di sekeliling tubuhnya. Siapa tahu dia bisa mendapatkan informasi. Tapi sayangnya, kucing sialan itu langsung menarik data, dan Arya tidak mendapatkan apa-apa. Selain peralatan medis dan sebuah bunga lily putih pada nakas yang ada di sampingnya.

“Ah, sebelum aku pamit. Aku ingin memberi tahu kalian sesuatu. Tadi aku sudah bilang, kan, kalau kalian dikirim ke sini oleh orang terkasih?” Poppy menyeringai. “Sekarang aku akan memberi tahu kalian. Siapa saja orang terkasih, yang mengirim kalian ke sini. Silakan.” Poppy kembali mengirim data kepada setiap pemain.

Arya mendapatkan sebuah pesan yang berisi data yang baru saja Poppy kirimkan. Kemudian dia langsung menekan layar transparan itu, untuk membuka pesannya.

Betapa terkejutnya Arya, ketika mendapati orang-orang terdekatnya di sana. Pada layar tersebut di tampilkan foto orang yang –katanya- mengirim dirinya ke dalam game mematikan.

Kemudian Arya menggeser layarnya ke sebelah kiri. Seketika pupilnya membulat, dia dikejutkan oleh foto seseorang yang sangat-sangat dia kenali. Orang yang setiap hari selalu bersamanya, merawatnya, dan membesarkannya.

“Ibu?!” ucap Arya dengan bibir bergetar.

BERSAMBUNG ….

Komen (1)
goodnovel comment avatar
babyblue94
Pada kasar ya ngomongnya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status