Share

Bab 286

Penulis: Frands
last update Terakhir Diperbarui: 2025-03-24 20:49:44

Juned membuka laci kamar seperti yang Tania katakan. Di dalamnya ada beberapa lembar uang yang cukup untuk makan siang dan mungkin sedikit camilan. Setelah mengambil beberapa lembar, dia memasukkan kembali sisanya dan menutup laci.

Dia menghela napas, lalu berjalan keluar rumah. Udara hampir siang terasa cukup terik, membuatnya menyipitkan mata sesaat sebelum melangkah lebih jauh.

“Ke mana, ya?” pikirnya.

Dia belum tahu sama sekali tempat di daerah itu.

Sambil memasukkan uang ke dalam sakunya, Juned berjalan santai menyusuri perumahan, matanya mencari tempat yang sekiranya cocok untuk mengisi perut.

Saat berjalan melewati rumah tetangga yang tadi datang ke rumahnya, Juned melirik sekilas. Rumah itu tampak sepi, pintunya tertutup rapat, dan tidak ada tanda-tanda aktivitas di dalam.

“Mungkin dia keluar atau memang lagi nggak mau diganggu,” pikirnya sambil terus melangkah.

Tapi entah kenapa, ada sedikit rasa penasaran yang mengganjal di benaknya. Wanita tadi tampak cukup gelisah saat m
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Tukang Pijat Super   Bab 484

    Mobil yang membawa mereka berlima meluncur dengan lancar menuju sanatorium. Suasana di dalam kabin hangat dan akrab, diisi dengan canda tawa ringan sesekali. Pemandangan hijau pedesaan yang damai menjadi latar belakang perjalanan mereka.Alisa yang duduk di barisan tengah, tiba-tiba memecah keheningan dengan suara serius. “Kak Juned,” katanya, memanggil kakak iparnya yang sedang menyetir. “Boleh aku tanya sesuatu?”Juned menoleh sebentar. “Tentu, Ada apa, Alisa?”Alisa menghela napas. “Setelah melihatku kehilangan kekuatan super, apakah kau pernah berpikir untuk menghapus kekuatan supermu juga?”Pertanyaan itu menggantung di udara. Tania dan Dinda yang mendengar pun terdiam, menunggu jawaban Juned.Juned memandang jalan di depan sejenak sebelum menjawab. “Aku pernah memikirkannya,” akunya. “Tapi kemudian aku menyadari sesuatu.”Dia melirik Alisa melalui kaca spion. “Kekuatan ini adalah warisan, Alisa. Bukan hanya dari kakek, tapi juga bukti perjalanan kita. Kehilangan kekuatanmu adal

  • Tukang Pijat Super   Bab 483

    Juned melihat teman-temannya satu per satu. “Kakek menawarkan kita untuk tinggal dan membantu mengelola sanatorium. Tapi aku rasa... kita punya jalan masing-masing.”Alisa memegang tangan Juned. “aku telah memutuskan sesuatu." Dia menatap Tania. "Ke mana pun Kak Tania pergi, di situlah aku akan berada."Tania, yang duduk di samping Juned, juga langsung menyambut gagasan tinggal di sanatorium dengan antusias. “Aku setuju, Juned. Tempat itu begitu damai dan penuh makna. Kita bisa memulai kehidupan baru di sana, jauh dari semua kenangan buruk.”Devina mengangguk, matanya berbinar. “Aku juga setuju. Sanatorium itu seperti oasis yang tersembunyi. Dengan teknologi yang kukuasai, aku bisa membantu meningkatkan sistem keamanan dan kenyamanan tempat itu.”Namun, Dinda hanya diam menunduk. Jari-jarinya bermain-main dengan ujung bajunya, wajahnya dipenuhi keraguan. “Aku... aku belum tahu apa yang harus kulakukan,” bisiknya lirih.Alisa yang duduk di samping Dinda meletakkan tangan di pundaknya.

  • Tukang Pijat Super   Bab 482

    Juned maju ke depan, merebut mikrofon. “Tunggu! Semua ini adalah kebohongan!”Ruang gedung langsung gempar. Nyonya Lim membeku, matanya menyala kemarahan.“Penelitian ini pernah dihentikan karena menyebabkan impotensi massal dan kematian!” teriak Juned. “Kakek saya, Dr. Sugiarto, adalah ilmuwan yang bertanggung jawab!”Alisa mengangkat dokumen yang mereka bawa. “Ini bukti-bukti nya! Limbah penelitian ini telah mencemari lingkungan dan meracuni masyarakat!”Nyonya Lim mencoba mengambil alih mikrofon. “Ini hanya fitnah! Mereka tidak mengerti kemajuan ilmu pengetahuan!”Tapi Devina sudah menampilkan data-data di layar raksasa. “Lihat! Ini laporan korban jiwa dari penelitian masa lalu! Dan ini bukti bahwa Nyonya Lim melanjutkan penelitian berbahaya ini!”Kekacauan pun terjadi. Para wartawan berkerumun, mengambil foto dan video. Pejabat pemerintah terlihat panik.Nyonya Lim menghadapi Juned dengan wajah merah marah. “Kau merusak segalanya!”“Tidak, Justru kau yang telah merusak banyak nya

  • Tukang Pijat Super   Bab 481

    “Ini adalah sisa penawar untuk jamur-jamur itu,” ucap kakek Sugiarto dengan suara bergetar. “Aku menyimpannya selama bertahun-tahun, berharap tidak perlu menggunakannya.”Dia mengulurkan botol-botol itu pada Juned. “Semprotkan ini ke semua jamur di perkebunan itu. Cairan ini akan memutus siklus hidup mereka dan membuat semua spora menjadi tidak aktif selamanya.”Kemudian dia mengambil buku catatan tua itu, membalik-balik halamannya dengan perasaan haru. “Dan ini... ini adalah semua penelitian kami. Formula, catatan percobaan, segala sesuatu tentang jamur itu. Kau harus membakarnya, Juned. Pastikan tidak ada satu halaman pun yang tersisa.”Juned menerima botol dan buku itu dengan tangan gemetar. “Tapi Kakek, ini adalah hasil jerih payah bertahun-tahun...”“Jerih payah yang telah menelan terlalu banyak korban,” potong kakek dengan tegas. Matanya berkaca-kaca. “Ilmu pengetahuan tanpa kebijaksanaan hanya akan membawa kehancuran. Sudah waktunya kita mengakhiri ini.”Dia memandang cucunya d

  • Tukang Pijat Super   Bab 480

    Sugiarto membelai kepala cucunya dengan tangan yang bergetar. “Tidak ada yang perlu dimaafkan, Nak. Justru kakek yang harus minta maaf telah meninggalkanmu dengan begitu banyak pertanyaan.”Mereka akhirnya melepaskan pelukan. Kakek Sugiarto memandang wajah Juned dengan penuh kasih, matanya berkaca-kaca. “Kau sudah tumbuh menjadi pemuda yang tampan. Mirip sekali denganku saat muda dulu.”Dia kemudian menyadari kehadiran Alisa, Dinda, Tania, dan Devina yang berdiri dengan hati-hati di belakang Juned. Senyumnya melebar. “Dan kau membawa teman-teman? Mari, mari semuanya duduk di beranda. Kakek punya teh hangat dan kue tradisional yang baru saja dibuat tetangga.”Rumah kakek Sugiarto sederhana namun nyaman. Berbagai tanaman herbal dikeringkan di langit-langit beranda, dan buku-buku tua tertata rapi di rak kayu. Terasa seperti rumah seorang guru yang bijaksana, bukan mantan tahanan.Sambil menikmati teh hangat, kakek Sugiarto memandang Juned. “Ceritakan pada kakek, Nak. Bagaimana kau menemu

  • Tukang Pijat Super   Bab 479

    Juned menarik napas dalam. “Kami mencari seseorang. Namanya Sugiarto. Dia... kakek saya.”Seketika itu juga, perubahan halus terjadi pada raut wajah penjaga tersebut. Kerutan di dahinya mengendur, dan bahunya yang tegang sedikit turun.“Apa namamu Juned?” tanya penjaga itu, suaranya tiba-tiba lebih lembut. “Kau cucu kakek Sugiarto?”Juned mengangguk, tidak percaya dengan reaksi ini. “Iya, saya Juned. Apakah... apakah kakek saya ada di sini?”Senyum kecil muncul di bibir penjaga itu. Dia mengangguk pada rekannya di pos penjagaan, dan gerbang besi berat itu mulai terbuka dengan perlahan.“Kakek Sugiarto sering bercerita tentangmu,” kata penjaga itu sambil mendekat dan menjulurkan tangan. “Selamat datang. Kami sudah menantikan kedatanganmu.”Juned berdiri terpaku, tidak menyangka respons ini. Alisa, Dinda, Tania, dan Devina yang masih di dalam mobil sama-sama melonggar, mata mereka bulat karena keheranan.“Jadi... jadi kami boleh masuk?” tanya Juned masih ragu.Penjaga itu tertawa hangat

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status