Home / Urban / Tukang Pijat Tampan / Harus Diobeservasi

Share

Harus Diobeservasi

Author: Black Jack
last update Last Updated: 2025-09-07 14:17:57

Lampu-lampu neon rumah sakit menyorot tajam ketika mobil Pak Darmawan meluncur masuk ke area parkir UGD. Adit meringis menahan sakit saat tubuhnya bergeser ketika mobil berhenti.

Pak Darmawan sudah menghubungi Dokter Siska sejak di perjalanan. Wanita berusia tiga puluhan itu sudah menunggu di depan lobi UGD, mengenakan jas putih dengan stetoskop tergantung di leher.

"Selamat malam, Pak Darmawan," sapanya sambil mendekati mobil yang baru saja berhenti.

"Ini, Dokter. Adit perlu diperiksa," kata Pak Darmawan sambil membantu Adit turun dari mobil. "Sepertinya rusuknya lagi."

Dokter Siska mengamati cara Adit berjalan yang agak terpincang, tangannya yang memegangi samping tubuh. "Rusuk lagi?" tanyanya dengan nada prihatin.

"Ya, entah apa lagi yang rusak. Tolong periksa menyeluruh ya, Dok," kata Pak Darmawan. "Saya khawatir ada yang lebih serius."

"Adit ditinggal saja tidak apa-apa, Pak. Saya akan tangani dengan baik," kata Dokter Siska sambil mengulurkan tangan untuk membantu Adit. "Saya ke
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Icha kue
ujung-ujungnya pasti ewe nih
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Tukang Pijat Tampan   Kembali Ke Kasus Sandi

    Adit segera kembali ke café begitu Vera sudah lenyap dari tempat itu. Langkahnya terburu-buru begitu ia tiba di parkiran dan langsung menuju ke lantai dua. Nafasnya sedikit memburu dan keringat dingin membasahi keningnya. Ia bertemu dengan beberapa anak buahnya, menanyakan situasi, dan semua berjalan aman saat Adit tadi pergi. Di café pun, Adit juga tidak lama, sebab kemudian tempat itu akhirnya tutup juga. Lampu-lampu mulai dimatikan satu per satu, lantai dan ruangan-ruangan dibersihkan. Semua berjalan aman.Lalu ia memutuskan untuk pulang saja, mandi, ganti baju, dan mencoba untuk tidur. Jalanan malam itu sepi, hanya sesekali terdengar deru kendaraan yang melintas. Sesaat sebelum ia tidur, ia mengingat lagi pertarungannya dengan Vera. Bayangan wajah dingin wanita itu masih membayang, gerakannya yang gesit, tatapan matanya yang tajam. Adit menghela nafas panjang dan kemudian memejamkan mata, berharap bisa melupakan kejadian aneh itu.Keesokan paginya, suara dering handphone memecah k

  • Tukang Pijat Tampan   Kemenangan Adit

    Adit menghela napas dalam-dalam, lalu perlahan-lahan mulai membuka jalur energinya. Udara di sekelilingnya terasa berubah; getaran halus memenuhi lapangan, menandakan bahwa kekuatan yang selama ini tersembunyi mulai bangkit. Matanya yang waspada terus menatap Vera yang saat itu pun juga sedang mempersiapkan dirinya.Tanpa aba-aba, Vera melesat maju lebih dulu. Gerakan tubuhnya sungguh sangat cepat dan penuh tenaga, melancarkan serangan bertubi-tubi yang hampir tak terdeteksi oleh mata biasa. Namun, kali ini Adit bukan lagi lawan yang mudah baginya. Adit sudah tidak sama seperti Adit yang ia lawan di atas arena pada malam itu.Dengan kecepatan respons luar biasa, Adit menghindar dengan lincah, bergerak gesit seperti bayangan, menggabungkan keseimbangan dan kekuatan dalam setiap langkahnya.Vera sedikit terkejut serangan awalnya bisa dihindari dengan sangat mudah. Tapi ia tak mau ambil pusing. Ia terus melancarkan serangan berikutnya, kombinasi antara tendangan dan pukulan yang ia lakuk

  • Tukang Pijat Tampan   Di Lapangan

    Sampailah Adit di lapangan sebelah barat SMP 6; sebuah area terbuka di mana kerap juga digunakan anak-anak muda untuk nongkrong. Tapi saat itu sudah larut malam. Hanya segelintir pemuda bandel saja yang masih bertahan di sana. Dan sebagian sudah pasti mabuk atau malah ngefly.Adit menunggu di pinggir trotoar, turun dari motornya, dan melepaskan helmnya. Tangannya sedikit gemetar saat meletakkan helm di jok motor, namun ia segera mengepalkan tinju untuk menghilangkan kegugupan itu. Ya, ada rasa gugup tentu saja. Sebab ia tak tahu apakah Vera akan datang sendiri atau bagaimana. Dan Adit hanya sendirian saja.Tak ada siapapun di tempatnya berdiri. Tapi jauh di sudut-sudut lain, ia bisa melihat kelompok-kelompok kecil pemuda yang masih bergadang. Sesekali ia mendengar suara tawa mereka. Adit menghela napas panjang, matanya terus memindai kegelapan di sekelilingnya. Kakinya bergerak gelisah, sesekali menendang kerikil kecil di dekatnya.Tak lama kemudian, Adit mendengar suara deru motor. I

  • Tukang Pijat Tampan   Janjian Bertemu Vera

    Sore harinya, meski dokter Siska melarang, namun Adit bersikeras ingin pergi. Pikirannya sama sekali tidak tenang setelah mendapatkan telefon dari Vera.“Dit, kamu belum sembuh loh!”“Udah sehat kak… lihat nih. Aku udah bisa push up!”“Astaga, nggak-nggak, besok aja! Malam ini kamu masih di sini…”“Waduh, nggak bisa kak. Ada banyak kerjaan. Repot kalau sampai aku nggak ada di sana. Banyak masalah! Lagian aku sudah sehat kok! Aman nih. Coba periksa lagi! Lebam-lebamnya aja udah nggak ada!” Adit menyingkapkan bajunya sendiri sekadar untuk memperlihatkan bukti kepada Siska bahwa ia baik-baik saja.“Kok bisa ya…”“Ya nggak tahu kak… pokoknya udah sembuh ini…”Siska mengehela nafas. Tak rela jika Adit harus pergi saat itu juga.“Kapan-kapan kita bertemu lagi kok Kak. Aku tahu apa yang kamu pikirkan. Aku malah nggak suka kalah ditahan-tahan!” kata Adit. Ia mengusap pipi Siska dengan lembut; sekadar malas untuk berdebat. Dan untunglah dengan itu Siska pun patuh.Saat Siska ingin mengantar, A

  • Tukang Pijat Tampan   Lawan Tidak Terima

    Sementara itu, di tempat lain, Vera, wanita yang dikalahkan oleh Adit dengan cara yang ‘nikmat’ itu, kini sedang mengalami frustasi. Ia ingin bertemu lagi dengan Adit. Bertarung. Tapi di saat yang sama, ia juga sangat penasaran; apa yang membuat ia mendapatkan kenikmatan aneh yang selama ini belum pernah ia rasakan.Yang jelas, Vera sangat malu karena membuat bosnya kalah besar. Ia pun mengundurkan diri, tapi tak diperbolehkan. Vera harus mengganti kekalahannya dengan kemenangan di pertarungan yang lain.Sejak semalaman setelah kekalahannya itu, ia tidak tidur. Bahkan di saat Adit sedang enak-enak dengan Dokter Siska, Vera masih menenggak minuman keras di ruang depan apartemennya.“BAJINGGAAAANNN!” Dia membanting lagi botol minuman kerasnya ke lantai. Lalu kemarahannya sedikit teralihkan saat ponselnya berbunyi.“Halo Ver…”“Udah dapat apa belum?”“Infonya sih sudah. Tapi belum cek ke sana…”“Apa info yang kamu dapat?”“Dia kerja di café Night Paradise. Tapi… kamu tahu kan, dia itu an

  • Tukang Pijat Tampan   Adit Memimpin

    Setelah beberapa kali mengusap punggung Siska dengan sabun, Adit tak bisa lagi hanya seperti itu saja. Tangan ajaibnya mulai beraksi. Siska terkejut. Tubuhnya gemetar dan desahan kecil lolos begitu saja.“A-adit… eghh…”Siska hampir saja oleng. Tap Adit segera menahannya dengan memeluknya. “Kak Siska, kayaknya kalau di kamar mandi, kamu bisa jatuh deh…” bisiknya. Ia memadamkan tangan gaibnya. Sentuhan itu menjadi biasa lagi, namun tetap saja membangkitkan gairah di saat keduanya dalam keadaan seperti itu.“Tadi… sentuhanmu… oke deh, kita lanjut di kamar ya. Sekarang buruan mandinya…”“Oke…” kata Adit.“Gitu dong. Aku lebih suka kamu yang nggak malu-malu… nanti kamu santai aja. Biar aku yang merawat kamu. Kebahagiaan itu adalah kunci kesehatan. Ini bagian dari tugasku untuk merawatmu!” kata Dokter Siska.Adit tahu Dokter Siska hanya asal bicara. Ia pun hanya tertawa kecil. Ia berpikir, bukan dirinya yang menginginkannya. Tapi si cantik itu. Ya sudah. Terlanjur basah. Sekalian saja.Mer

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status