Share

Bab 157. Memastikan Perasaan

Mataku mengerjap pelan sambil sedikit menggeliat, entah mengapa baru saja terbangun rasanya aku ingin tidur lagi, sumpah mata ini ngantuk banget. Namun, mengingat sebentar lagi subuh aku mencoba mempertahankan mataku yang belo ini untuk tetap terbuka.

Perlahan. aku melirik nakas yang ada di samping ranjang untuk melihat jam, alhamdullilah masih jam 4.00 pagi, masih ada waktu untuk bersiap-siap untuk mandi dan shalat subuh.

Alamak! Capek banget rasanya.

Tak kusangka yang namanya Tsabit itu emang kekuatannya bukan kaleng-kaleng. Meski sempat aku cakar punggungnya saat ia memasukkan senjatanya ke dalam gawangku karena sakit, ternyata tenaganya sama sekali gak surut. Dia terus bersemangat menyemai benih hingga aku pasrah dan terkulai tak berdaya.

Sungguh, saat ini badanku terasa lemas sekali seolah tak punya energi untuk pergi. Begini nih kalau kelamaan puasa sekalinya diijinkan berbuat ternyata sang jantan minta keterusan alhasil seorang Hana yang telah hilang selaput dara-nya ini jadi
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status