Sebagai wanita yang dinikahi bukan karena cinta, sudah sepatutnya aku sadar kalau keberadaanku di sisi Mas Aksa mungkin tak diinginkan. Walau akhir-akhir ini sikapnya sudah mulai membaik gak sekejam sebelumnya, akan tetapi tetap saja kurasa Mas Aksa belum bisa membuka perasaannya untukku. Mas Aksa tetaplah Mas Aksa. Bagiku, dia akan menjadi pria yang paling sulit dijangkau karena di matanya bisa jadi aku hanyalah mantan pembantu yang dia tolong. Terlebih jika kami bertemu dengan Nadia, sudah dipastikan aku akan diabaikan dan akan menjadi pihak yang sangat-sangat dirugikan seperti sekarang.Siapa sangka, di saat aku dan Mas Aksa sedang asyik dinner eh si Nadia sama Joan tiba-tiba datang mau ikutan makan.Ya Allah, apakah takdir sedang mempermainkanku? Kenapa juga kami harus bertemu dengan Sundel Bolong itu?"Gimana? Kita boleh duduk bareng? Kebetulan di bagian sana udah penuh maklum ini weekend," bujuk Joan menambahkan ketika kami hanya diam tatkala dia meminta ijin untuk gabung alia
Bangun di pagi hari, rasanya semua penat dan kelelahan di tubuh ini mendadak hilang. Badan kembali segar dan siap berpelesiran di pulau Dewata--Bali. Usai peregangan versi kucing beranak, kutengokkan kepalaku ke kanan dan ke kiri dan tiba-tiba aku tersadar kalau Mas Aksa tidak ada di sofa. He, kemana dia? Jam berapa dia bangun? Perasaan semalam dia masih ada di sana. Padahal ini masih jam setengah lima pagi. Tumben!Halah, bodo amatlah. Bukan urusanku ini. Lagipula aku senang tidak perlu bersembunyi dari Mak Aksa usai fenomena kentut yang memalukan semalam. Ya Allah. Kalau ingat itu, ingin rasanya aku menggali sumurku sendiri. Bisa-bisanya aku kentut di kamar tanpa perhitungan, harusnya aku bisa menahan itu. Untungnya Mas Aksa hanya berkomentar singkat, padat dan gak jelas coba kalau dia menceramahiku bisa-bisa pagi ini telingaku sudah pengang."Dasar Jingga bodoh!" rutukku pada diri sendiri. Setelah merapikan rambut sekenanya, secara setengah sadar aku memutuskan untuk beranjak dar
Mungkin ini yang dinamakan kemarahan seorang suami yang hampir dipermalukan istri. Marahnya itu benar-benar mengerikan bak singa yang diganggu tidurnya.Lihat saja, meski aku berlari dan menghindar tetap saja Mas Aksa dapat mengejarku. Matanya yang menyorotkan sinar kegarangan membuatku tak bisa ke mana-mana dan mendadak kelimpungan."Maaf, Mas! Gak sengaja! Maaf!" teriakku panik seraya terus memaksa kaki berlari ke arah samping kiri tapi sayangnya Mas Aksa malah kian mendekat. "Jingga! Siniin ponselnya! Hapus videonya!" pinta Mas Aksa memaksa tapi aku gak mau langsung menyerah, bagaimana pun ini tayangan yang sangat langka.Kapan lagi aku bisa melihat suamiku push-up dengan celana yang ketat?Aku menggeleng kuat. "Nggak Mas, gak mau! Jingga janji gak akan nyebarin tapi tolong jangan dihapus!""Jingga hapus!""Enggak Mas!"Aku terus mengelak saat Mas Aksa terus mencoba menggapaiku dengan membabi buta. Hingga beberapa orang memperhatikan kami yang saling mengejar kaya artis India yang
"Maaf, Nad. Saya paham kamu sedang bersedih tapi tolong jangan begini. Tolong kendalikan diri kamu."Di luar dugaan, Mas Aksa melepaskan pelan pelukan Nadia lalu melirikku yang berdiri syok di sampingnya.Namun, tak lama perhatian Mas Aksa dengan cepat kembali kepada Nadia. Tanpa sadar aku menghela napas pelan. Aku tahu saat ini Mas Aksa lebih tertarik pada Nadia dibanding kepadaku, meski mulutnya menolak untuk dipeluk tapi kekhawatiran jelas terlihat di matanya. "Tapi Sa, aku gak tahu ke siapa lagi minta tolong. Kamu mau ngantar aku pulang kan? Setidaknya tolong beri aku tumpangan ke bandara," pinta Nadia, masih dengan uraian air mata.Sebagai kaum wanita, aku tahu betul kebiasaan para pelakor seperti ini. Dia sengaja menunjukan sisi lemahnya agar lelaki iba dan lalu mengikuti semua keinginannya.Dasar rubah licik! Kenapa coba harus Mas Aksa yang dia ganggu? Ya Allah, dosakah aku jika marah pada Nadia? Dosakah aku jika ingin menarik rambutnya padahal dia sedang berduka?Mas Aksa meng
Jangan disangka aku akan tega meninggalkan Jingga sendirian di kamar hotel. Meski pun aku merasa menjadi suami yang cukup buruk tapi tetap saja aku masih punya hati nurani untuk tak menjadikan Jingga kesepian. Makanya, setelah Nadia akhirnya sadar dan saudara Nadia yang kuhubungi datang tanpa buang waktu aku langsung kembali ke hotel dengan secepat kilat. Saat itu tak kuperdulikan lagi raungan Nadia ketika berusaha menahanku untuk pergi karena otakku hanya diliputi satu nama yaitu Jingga.Nahas, begitu langkah kaki ini hampir sampai ke depan kamar hotel, mataku tetiba disuguhi pemandangan yang memedihkan mata.Dahiku reflek mengernyit ketika menemukan Jingga sedang dipegang tangannya oleh Joan, mereka tampak mengobrol di depan kamar hotel. Perasaanku yang semula khawatir kontan berubah, dadaku bergemuruh panas seakan tak ikhlas Jingga terlihat dekat dengan Joan.Sejujurnya, beberapa kali aku sudah curiga pada Joan karena memergokinya sering mencuri pandang ke arah Jingga. Bahkan Joan
Aku terbangun dari lena, menggeliat dan mengganti posisi menghadap ke samping. Namun, ada yang aneh sepertinya bau yang kucium kali ini berbeda dengan bantalku yang biasanya. Kali ini wanginya lebih maskulin dan menenangkan. Lalu, uniknya ketika kuraba rasanya agak empuk-empuk enak gitu.Ini apa sih? Kok bantalnya berubah?Penasaran, perlahan aku membuka mata dan seketika pupil mataku melebar tatkala menangkap lengan Mas Aksa yang berotot dan gelayut-able itu sedang kucium. "Astaghfirullah! Mas, Aksa?" tanyaku terperanjat seraya melepaskan tangan Mas Aksa. Bak ketemu hantu, aku langsung menutup setengah muka dengan perasaan malu.Bagaimana bisa aku menjadikan lengan Mas Aksa ini bantal? Duh, ketahuan sekali kalau aku sedang terbawa mimpi. Jujur, sebelum bangun tadi aku sempat bermimpi yang iya-iya, masa aku melihat Mas Aksa menciumku? Ya Allah! Otakku ini kayaknya butuh diruqyah! Gak nyangka efek demam bisa segininya. Mas Aksa tersenyum lembut sambil menatapku. "Hai Jingga, gimana
Aku melongo ketika turun dari mobil Mas Aksa. Melihat pesta pernikahan sepupu Mas Rangga, rasanya seperti mimpi bisa berada di sini.Coba bayangkan saja, baru saja mau masuk pesta pernikahan kami sudah disuguhi pemandangan dekorasi gedung yang luar biasa indah. Dari mulai stand penerima tamu sampai ke buffet makanan semua terasa sangat mewah juga cukup memanjakan mata.Pantas, Bu Zela ingin kami bulan madu di sini. Ternyata oh ternyata begitu banyak kebetulan yang terjadi selama kami di Bali, dari mulai bertemu dengan Nadia, Joan dan termasuk kami harus menghadiri acara pernikahan se-sepektakuler ini.Ya ampun, ada apa sih sebenarnya dengan Bali? Kejadiannya super super tak bisa dimengerti hati.Menilai kondisi pesta yang tak biasa, tak ayal aku langsung memperhatikan penampilanku yang menurutku memalukan.Di saat semua orang pada cantik. Kenapa aku merasa bagaikan Upik Abu yang kesasar ke istana? Sekali pun Mas Aksa sudah mendadaniku sedemikian rupa tetap saja aku merasa ada yang kur
Demi apa Mas Aksa gendong aku? Haloo! Mungkin aku sedang bermimpi? Atau lagi kena jebakan Batman? Agh, enggak mungkin! Masa iya kalau aku bermimpi aku masih bisa melihat jakun Mas Aksa yang naik turun kayak timbaan di sumur rumah si Mbok? Terus kalau ini mimpi, gimana mungkin aku masih bisa mendengar degupan jantung si ganteng yang detakannya seperti petasan mercon pas imlek?Wah! Jangan-jangan Mas Aksa sama deg-degannya sama aku? Aduh, Adek jadi gemes-gemes gimana gitu Bang. Aku masih dalam mode terkejut tatkala tubuh besar Mas Aksa membawaku ke dalam kamar hotel dengan hati-hati. Beberapa waktu lalu, setelah aku terjatuh dengan sangat memalukan di pesta pernikahan, Mas Aksa dengan jantannya mengangkatku ke dalam pangkuannya sampai akhirnya kami tiba di sini. Tolong! Jangan ditanya bagaimana perasaanku sekarang karena jawabannya, aku happy-happy kiyowo. Apalagi sepanjang perjalanan menuju ke sini, banyak orang yang berseru iri melihat kami. Kapan lagi ya kan, lihat dokter muda i