共有

Tukar Tempat Dengan Kembaranku
Tukar Tempat Dengan Kembaranku
作者: Diyah Islami

Bab 1 : Nyonya Sarah

作者: Diyah Islami
last update 最終更新日: 2025-11-24 13:16:09

“Dasar perempuan mandul!”

“Buat apa punya istri kalo gak bisa melahirkan seorang anak!”

Kata-kata menyakitkan itu terus terngiang di telinga Zara bahkan saat ia menutup telinga atau memejamkan mata. Memberikan rasa trauma tak berkesudahan yang membuat sekujur tubuhnya gemetar karena amarah.

“Aku akan menikah lagi!”

“Dia wanita yang bisa kasih Lukman keturunan! Gak kayak kamu!”

“Dengan atau tanpa restumu aku tetap bakalan menikahi wanita itu, dia sudah mengandung anakku!”

Zara menggeleng, setitik air matanya jatuh beserta ribuan temannya yang lain. Ucapan kasar ibu mertua dan suaminya membuat ia merasa dikhianati. Tanpa ia sadari, tanpa ia ketahui, suaminya sudah main belakang, bahkan sampai punya anak pula.

“BRENGSEKK!!”

Teriakan Zara menggema, di antara derasnya aliran sungai di bawah jembatan. Lalu lalang sepeda motor dan mobil ikut membawa riak suaranya pergi tersapu angin. Beberapa menoleh sekedar mencari tahu apa yang dilakukan wanita dengan rambut hitam itu di pinggir jembatan. Beberapa lagi tak peduli seolah Zara hanyalah benda mati yang tak layak dipedulikan.

Dari dulu hidupnya sengsara juga sebatang kara. Besar di panti asuhan dan harus bertahan di atas kakinya sendiri tanpa mengharapkan bantuan orang lain, bahkan sekedar sesuap nasi yang masuk ke mulutnya.

Zara tak pernah percaya cinta, baginya hidup hanya dipenuhi keinginan untuk bertahan dan menggapai mimpinya agar ia tak lagi merasakan penderitaan sampai ia bertemu dengan Lukman.

Hadirnya lelaki itu membawa harapan baru bagi Zara. Ia yang tak pernah mengenal cinta, ditemukan oleh lelaki yang memenuhi tangki cintanya yang sedari dulu kosong. Zara terbuai oleh perhatian dan kasih sayang yang lelaki itu berikan tanpa sempat meneliti, tanpa sempat mencari tahu sifat asli Lukman yang sebenarnya hingga mereka menikah.

Awalnya semua terasa membahagiakan sampai Zara tahu, ia dimanfaatkan. Bulan pertama pernikahan mertuanya memecat asisten rumah tangga mereka dan memberikan tanggung jawab semua pekerjaan rumah tangga pada Zara.

Hari berganti hari, bulan pun berlalu semua semakin terasa rumit. Suaminya sering nongkrong dengan teman-temannya tanpa peduli pada Zara yang butuh sekedar teman cerita. Ia yang lelah dengan pekerjaan rumah tangga dituntut untuk tampil cantik dan mempesona sementara uang belanja dikuasai sang ibu mertua.

Puncaknya saat malam ini, Zara mendapati pesan dari wanita lain di ponsel Lukman yang membuat laki-laki itu mau gak mau jujur kalau akan menikah lagi. Kalau tidak, mungkin Zara akan tahu saat Lukman membawa wanita itu datang ke rumah.

Zara tak kuat, dia cuma manusia biasa. Mungkin beban yang dipikul manusia lainnya berbeda, tapi Zara merasa ini batasnya, ia tak bisa melampaui dan … meragukan keajaiban Tuhan.

Byurr ....

Air sungai malam itu beriak saat seorang manusia menjatuhkan tubuhnya. Beberapa orang berteriak, bahkan mereka yang tadinya tak peduli. Arus deras di bawah sana dan gelapnya malam membuat semua orang ketakutan. Antara ikut turun membantu atau sekedar menonton menyaksikan seseorang merenggang nyawanya.

Namun, seorang wanita anggun dengan high heels yang terpasang di kakinya dengan cepat keluar dari mobil. Berlari dengan wajah panik seraya membuka tali sepatunya yang menganggu. Tanpa ragu, tanpa berpikir dua kali, diiringi teriakan rebut orang-orang yang hendak mencegahnya, wanita itu terjun ke dalam sungai.

Air sungai itu kembali beriak di tengah derasnya aliran, lalu hening dan sunyi menyisakan tanya bagi orang-orang yang ada di sana tentang apa yang baru saja terjadi.

Sesak.

Seiring dengan tubuhnya yang terus masuk ke dalam air, kadar oksigen yang mulai berkurang membuat dada Zara terasa dihimpit dua batu besar yang membuatnya hampir hilang nafas. Belum lagi kepalanya yang terus terasa perih akibat benturan yang ia dapatkan sebelum jatuh tadi. Air di sekelilingnya memerah, darah di dahinya terus mengucur. Pandangannya mulai menghitam, bersamaan dengan banyaknya air yang mulai masuk ke dalam paru-paru.

Apakah ... ia akan mati?

Bulan purnama malam itu menjadi satu-satunya penerangan yang diandalkan wanita dengan gaun yang baru saja menceburkan dirinya ke dalam sungai. Sekuat tenaga ia mencoba melawan arus, menarik tangan Zara yang sudah tak sadarkan diri itu.

Untungnya, meski tak pernah direstui sang Papa dan Mama ia pernah ikut kejuaraan renang walau hanya memenangkan perak, setidaknya di saat seperti ini keahlian itu sangat dibutuhkan.

Ia berenang ke atas setelah mendapatkan tubuh Zara, berusaha untuk naik ke permukaan. Menarik wanita dengan wajah yang mirip dengannya tanpa cela sedikitpun itu ke dasar sungai. Di atas rerumputan lebat ia berusaha menepuk-nepuk pipi Zara dengan keras.

“Zara! Zara bangunlah!” teriaknya panik sembari berusaha memberikan nafas buatan.

“Zara, aku mohon!” Ia menepuk pipi Zara dengan cemas. Sebuah pergerakan muncul, Sarah nama wanita itu merasakan keajaiban. Ia membuka ponselnya, mengetik satu nomor di sana.

“Bawa mobil ke pinggir sungai, cepat!”

Tak menunggu lama, sebuah mobil datang tepat didekat sarah. Seorang lelaki keluar dari dalam sana.

“Sarah apa yang ter—”

“Jangan tanya dulu, angkat dia! Kita harus bawa dia ke rumah sakit.”

Lelaki berpakaian hitam itu mengangguk, mengangkat Zara dengan mudah. Saat melihat wajah keduanya yang begitu mirip ia tersadarkan sesuatu.

“Aku tak akan tinggal diam, orang yang membuat adikku jadi seperti ini, akan kuhabisi kalian!” seru Sarah sembari mengusap kepala Zara yang masih mengeluarkan darah, sementara lelaki yang duduk di balik kemudi mulai melajukan mobilnya dengan kecepatan penuh.

***

"Nyonya? Nyonya?"

Zara mengerjap kala mendengar suara lirih di dekatnya. Perlahan matanya yang terpejam mulai terbuka. Tubuhnya terasa berat, begitupun kepalanya. Entah sudah berapa lama ia berbaring.

“Nyonya sudah sadar! Cepat panggil dokter!”

Suara yang terdengar lirih di dekatnya tadi kini mulai berteriak. Perlahan Zara menoleh, wanita berpakaian hitam putih itu tampak ciut saat ia menatapnya.

"Maaf Nyonya,” bisiknya menunduk, mundur beberapa langkah.

Alis Zara bertaut, wanita itu tak salah apa-apa kenapa minta maaf dan terlihat takut begitu padanya?

Bau obat-obatan dan dinginnya ruangan ini menyeruak dan mengusik tubuh Zara yang merasa butuh penyesuaian setelah sadar dari tidur panjang.

Seorang wanita dengan snelli putih masuk. Ia memeriksa dengan seksama, Zara menatap id card yang terkalung di leher wanita itu.

Dr. Hirawati Kusuma, itu namanya.

"Syukurlah Sarah, setelah empat hari terbaring akhirnya kau sadar juga, keadaanmu juga membaik.”

“Sarah?” ucap Zara heran. “Siapa Sarah?”

“Sarah? Kau tak ingat namamu sendiri?”

“Namaku?” Zara berusaha mengingat-ngingat, entah kenapa ia seolah lupa semuanya, apa yang terjadi padanya, dan siapa namanya. “Aku gak tahu.”

Wanita Bernama dr. Hira itu menatapku bingung, kami saling tatap dalam beberapa saat.

“Siapa nama suamimu?”

“Suami? Aku punya suami?”

Dr. Hira terpaku, sesaat ia saling menatap dengan wanita berpakaian hitam putih yang tadi ciut saat kutatap.

“Saya rasa Nyonya hilang ingatan, Dok.”

Wanita dengan snelli putih itu merogoh sakunya, mengeluarkan ponsel. Tak lama mendekat ke arahku.

“Kau tak ingat siapa laki-laki ini?”

Zara menatap serius pada layar ponsel milik dr. Hira. Lelaki tampan yang sedang berdiri di sisinya sembari memakai pakaian pengantin itu sama sekali tidak ia ingat sedikitpun.

“Aku tak kenal dia, tapi di sampingnya ….”

Zara menatap wanita yang sangat mirip dengannya itu. Sangat mirip, tapi kelihatannya beda. Entah di bagian mana, tapi insting Zara mengatakan begitu.

“Dia Halim, suamimu. Dan kau Sarah, istrinya.”

この本を無料で読み続ける
コードをスキャンしてアプリをダウンロード

最新チャプター

  • Tukar Tempat Dengan Kembaranku    Bab 10 : Lelaki Itu

    Baru saja Sarah menginjakkan kakinya di pekarangan rumah usai pulang naik taksi diam-diam, ia sedikit dikagetkan dengan sedikit keributan yang terjadi di dalam rumah dan sebuah mobil putih yang terparkir asal di halaman. Karena terlihat pintu mobil itu masih terbuka dalam keadaan mobil menyala.Di tangannya masih terdapat dua kantung besar belanjaan. Masuk ke dalam rumah dengan hati-hati, Sarah mendapati seorang lelaki sedang berdebat dengan ibu mertua Zara.“Di mana Lukman? Aku ingin bicara padanya, Bu!”“Sudah kubilang dia pergi, dia gak di rumah! Lagipula kenapa kamu kemari, kamu kan sudah bilang gak akan ke sini lagi!”Sarah memicing, berjalan perlahan dan sembunyi di balik pintu, berusaha mencari tahu siapa sosok lelaki berbadan atletis itu. memanggil ibu Lukman dengan sebutan Ibu? Apa dia kakak Lukman?“Aku janji pergi jauh dan tak berhubungan dengan keluarga ini lagi saat kalian berjanji tak akan menyakiti Zara! Tapi apa? Lukman malah menikah lagi? Dia mengkhianati janjinya!”“

  • Tukar Tempat Dengan Kembaranku    Bab 9 : Zara?

    Panti asuhan itu masih berdiri dengan kokoh, beberapa anak kecil tampak berlarian di halaman yang lengkap dengan taman bermain."Di mimpiku Panti asuhan ini hampir roboh, apa sekarang sudah direnovasi? Aku pikir cuma ada dalam mimpi, ternyata panti ini beneran ada ya.""Keluarga Frederick adalah donatur tetap, panti ini dalam pengawasan keluarga kami."Zara manggut-manggut. "Karena itu Mas Halim tahu di mana panti ini saat aku menyebutkan namanya?""Tentu saja Sarah. Apa ini persis dalam mimpimu?""Sepertinya begitu, walau banyak yang berubah.""Kau mau masuk?"Zara mengangguk, namun baru satu langkah mendekat mendadap pandangannya buram telinganya mulai berdenging, suara-suara berisik di kepalanya sedikit mendominasi hingga membuatnya tak fokus.“Sarah kau baik-baik saja?” tanya Halim bingung saat wanita itu hampir saja terjatuh, untung Halim sempat menopang tubuhnya.Zara tampak kesakitan, ia terus memeangi kepalanya. Beberapa hal dari masa lalu mulai muncul di kepalanya seolah taya

  • Tukar Tempat Dengan Kembaranku    Bab 8 : Cinta Pertama

    "Jadi, apa yang kau temukan?" tanya Sarah begitu ia duduk. Beberapa kantong plastik hasil belanjaan asal-asalannya ia taruh di atas meja. Kenzo menatap wanita itu dengan alis naik sebelah."Serius? Seorang Sarah belanja ke pasar pagi-pagi?" tawa Kenzo hampir pecah andai Sarah tak melihatnya dengan tatapan ingin membunuh, lelaki itu menutup wajah dan menahan tawa sampai bahunya berguncang."Ini alasan klasik tahu, supaya bisa menemuimu juga. Lagipula aku gak ngerti soal beginian, asal ambil aja tadi.""Satu kemajuan tahu, Sarah yang hidup seperti putri raja kini bertingkah seperti upik abu.""Ken!" seru Sarah kesal, bibirnya mencebik, ia mengambil minuman Kenzo dan meneguknya hampir habis."Gak apa-apa, jadi pengalaman pertama, kan?""Ya iya, sih.""Hidup juga gak selamanya bakal di atas, jadi kamu bisa sekalian belajar. Kalau sama aku, kamu juga gak bakalan aku kasih belanja di pasar sendirian.""Lukman itu pelit, bisanya cuma kasih lima puluh ribu buat belanja sementara di rumah ada

  • Tukar Tempat Dengan Kembaranku    Bab 7 : Ingatan Samar

    Pagi itu Zara bangun dalam keadaan setengah sadar, ia duduk cukup lama di atas ranjang sembari menatap sisi ranjang satunya yang tak ia tempati, kosong.“Kayak ada yang aneh.” Ia beranjak turun dari ranjangnya, memutari isi kamar dan menemukan sesuatu yang sedari tadi membuatnya merasa aneh.“Mas Halim,” panggilnya pada lelaki yang tengah meringkuk tanpa selimut di sofa. “Mas Halim kenapa tidur di sini? Bukannya tadi malam tidur di ranjang?”Halim tersentak, ia menguap lebar. Matanya merah dengan kantung mata hitam. Hampir semalaman ia tak bisa tidur dan berusaha untuk tetap terlelap, namun tidak bisa. Pandangannya beralih pada Zara yang berdiri di hadapannya.“Astaga! Mas kenapa? Sakit?”Halim menggeleng, ia bangkit dari posisi tidurannya. “Aku tak bisa tidur.”“Kenapa?”Lelaki itu termenung, ingatannya melayang pada malam di mana ia masih tidur di atas ranjang, tepat di sebelah Zara. Wanita itu… hampir memeluknya, hal yang membuat Halim kelabakan dan memutuskan untuk tidur di sofa.

  • Tukar Tempat Dengan Kembaranku    Bab 6 : Kacau

    Baru Bangun, Aku Dipanggil ‘Nyonya’ dan Disebut Istri Konglomerat! Padahal Aku Hanya Ibu Rumah Tangga Biasa. Apa yang Sebenarnya Terjadi?!****6Sore itu dengan menggunakan uang mahar Tita, lantai satu rumah mulai direnovasi. Sarah yang berada di lantai dua bersama ibu Lukman dan Tita mulai memikirkan ide jahil lainnya. Apalagi saat dengan angkuh Tita memerintahkannya untuk membuat jus jeruk.Barang-barang elektronik di rumah ini sudah Sarah jual semua, dan dengan mudahnya Tita memerintahkan Sarah untuk memeras jeruk-jeruk itu menggunakan tangannya.“Dengan tanganku ya,” ucap Sarah geram sembari meremas-remas jeruk yang belum dicuci itu di dalam baskom besar, dengan tangan yang belum juga ia cuci. Meski sedikit menguras tenaga entah kenapa Sarah merasa puas dengan hasil perasan jeruk ala prindavan buatannya.Ia menyaring air jeruk itu dan mengumpulkan bijinya, lantas menghaluskan biji-biji jeruk itu dengan menggunakan gilingan beras. Mencampurkannya dengan air jeruk yang sudah ia pis

  • Tukar Tempat Dengan Kembaranku    Bab 5 : Satu Kamar

    “Ibu mertua, Papa mertua, senang bertemu dengan kalian,” ucap Zara ceria dengan senyum merekah. Kedua sejoli itu saling pandang, kemudian menatap Halim yang duduk di sebelah Zara.“Kata Halim kamu hilang ingatan, Nak? Benar ?” “Dokter sih bilang begitu, Ma,” jawab Zara polos. “Tapi aku masih ingat suamiku, kok, Mas Halim.Halim hampir tersedak, kedua orang tuanya saling menatap.“Ah, ya sudah kalau begitu kita makan dulu, nanti akan kita bahas ya,” ucap Papa halim mencairkan suasana yang sedikit canggung.Zara mengangguk, ia bangkit dari duduknya dan mengambil alih piring Halim.“Mas mau pakai lauk apa? Nasinya cukup segini?”“UHUKK! UHUUK!” Kali ini Halim beneran tersedak dengan batuk bertubi-tubi karena air yang seharusnya masuk ke tenggorokan malah masuk ke kerongkongannya akibat ulah Zara yang tak biasa.Wanita itu sejak menikah dengan Halim sangat jarang sekali tersenyum, bahkan menyapa kedua orang tuanya juga hanya sekedar anggukan, tidak akan senyum dengan lebar seperti tadi.

続きを読む
無料で面白い小説を探して読んでみましょう
GoodNovel アプリで人気小説に無料で!お好きな本をダウンロードして、いつでもどこでも読みましょう!
アプリで無料で本を読む
コードをスキャンしてアプリで読む
DMCA.com Protection Status