แชร์

Bab 2 : Rencana

ผู้เขียน: Diyah Islami
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2025-11-24 13:18:17

“Kau yakin dengan rencanamu, Sarah?”

Sarah menoleh, menatap lelaki yang duduk di balik kemudi itu dengan tatapan tajam.

“Mereka yang membuatku memulai rencana ini, aku tak akan berhenti sebelum mereka menerima balasannya. Hampir membuat saudara kembarku kehilangan nyawa di saat kami belum bertemu sama sekali, kau pikir aku akan diam saja?”

Kenzo tertawa, sudah lama menjadi kaki tangan Sarah tapi ia masih belum terbiasa dengan sikap temperament wanita itu. sikap yang bahkan tak pernah ditunjukkan pada Halim, suaminya.

Keduanya kini menatap tempat yang sama. Rumah dua lantai yang dihuni suami dan mertua Zara, tujuan Sarah saat ini.

“Udah empat hari sejak Zara jatuh ke sungai dan aku pura-pura dirawat di rumah sakit. Dan terhitung cuma sekali mereka datang, itupun karena pusing gak ada yang ngurus rumah. Gila! Mereka pikir Zara pembantu kali, ya!”

“Mereka cuma manfaatin adik kembarmu.”

“Memang dan Zara gak sadar!” Sarah menyisir rambut pirangnya yang sudah berubah warna menjadi hitam, menyelaraskan dengan rambut Zara dan membuatnya tampak sangat mirip.

“Gimana rambutku?”

"Mirip sekali, yang tidak kenal dekat denganmu pasti gak akan menyangka kalau kau bukan Zara.”

“Oke, aku pergi sekarang. Pastikan selalu aktifkan ponselmu dan bantulah Zara jika dia terlihat butuh bantuanmu, aku sedikit mengkhawatirkannya.”

“Siap kapten, setiap ucapanmu adalah perintah dan aku akan melaksanakannya,” ucap Kenzo seraya terkekeh.

Sarah keluar dari mobil, mereka berhenti cukup jauh agar tak menarik perhatian. Sejenak melihat jam yang tertera di ponsel sebelum menyembunyikannya di dalam saku. Sudah pukul Sembilan malam, tapi Sarah melihat sedikit kesibukan kecil dari dalam rumah.

"Akhirnya kau pulang juga,” ucap ibu mertua Zara pada Sarah yang baru saja masuk ke pekarangan rumah. “Aku tahu, di rawat di rumah sakit Cuma akal-akalanmu aja, kan? Dasar pemalas!”

Sarah tertegun, gak pernah ada yang bicara sekasar ini padanya. Dan Zara mungkin melewatinya hampir setiap hari. Perlahan, entah kenapa ia mulai merasa kesal padahal ini baru saja dimulai.

“Zara?”

Seorang lelaki muncul, tanpa ditebakpun Sarah tahu itu Lukman, lelaki yang mengkhianati adik kembarnya.

“Ayo ikut aku!” tukas Lukman sembari menarik tangannya, Sarah mendelik dengan perasan jijik ia menghempas tangan lelaki itu.

“Aku bisa jalan sendiri,” ucapnya dengan nada sinis. Sejenak membuat Lukman tertegun, tatapan itu tak pernah ia temu di Zara, satu kalipun.

“Dengar!” Lukman menyusul, menghadang jalan Sarah.

“Meski kamu bertingkah kayak ginipun kita gak bakalan cerai sesuai permintaan kamu! Kamu akan tetap jadi istri pertamaku!”

Sarah terkesiap, langkahnya terhenti. Ternyata Zara pernah minta cerai, tapi lelaki gak tahu diri ini sama sekali gak mengabulkan.

“Kamu ingat dulunya cuma gelandangan yang gak punya rumah, bahkan makan juga gak bisa. Karena nikah sama aku hidup kamu terjamin dan enak, kamu harus tahu diri!” Lukman berucap pelan namun menusuk.

Sarah menatap lelaki itu dengan gigi gemeletukan, tangannya yang berada dalam saku terkepal erat. Jadi, seperti ini Zara dianggap oleh suaminya? Sehina ini? Sarah berpaling, menahan air matanya yang hendak tumpah.

Zara memang sebatang kara, tapi Sarah yakin adiknya itu masih bisa mengusahakan segala sesuatu untuk dirinya sendiri, entah apa yang membuat Zara bisa menikah dengan lelaki seperti ini.

“Aku gak akan minta cerai,” ucap Sarah dengan senyum yang coba ia paksakan. “Aku cukup sadar diri mengingat siapa diriku yang gak akan mungkin bisa bertahan di luar sana kalau bukan karena menjadi istrimu.”

“Bagus, akhirnya kamu sadar. Kalau begitu kamu harus terima Tita jadi adik madumu dan perlakukan dia dengan baik, bagaimanapun anak yang dikandungnya akan menjadi anakmu!”

Sarah mengangguk, untuk sementara ia akan ikuti semua permainan ini sebelum membalikkannya. Bukan Zara yang akan minta cerai, tapi Lukman. Sarah bertaruh akan hal itu.

“Kalau begitu beres-beres sana! Besok kami sampai rumah harus udah rapi supaya Tita enak lihatnya. Dia tuh anak orang kaya gak bisa lihat jorok sedikitpun, beda sama kamu!”

Anggukan adalah hal yang Sarah bisa lakukan untuk saat ini. Meski dilihatnya ibu mertua Zara berucap dengan nada sinis serta bibir miring-miring seolah memperlakukannya seperti pembantu, Sarah menurut.

Mobil itu beranjak pergi meninggalkan Sarah sendirian. Sarah menunduk, mengambil sebuah batu besar dan masuk ke dalam rumah. Dengan sekuat tenaga ia melempar foto pernikahan Lukman dan Zara yang terpajang di tengah ruangan.

“BRENGSEK!!”

Nafasnya terengah, ia menyisir rambutnya ke belakang dengan rasa marah yang masih menggebu.

“Memangnya kalian siapa berani mengatur-aturku. Memangnya kalian siapa yang berani memperlakukan adikku seperti pembantu. Dengar, ya, Lukman dan nenek sihir peyot, aku gak peduli kalian siapa. Tapi kalau sudah mengusik keluargaku, aku tak akan beri ampun!”

Sarah mengambil batu yang tadi ia gunakan untuk memecahkan foto dan naik ke lantai dua. Mengambil jarak dari kaca balkon dan melemparkan batu itu ke sana.

PRANG!!

Kaca itu pecah, berderai dan jatuh ke bawah, menimbulkan bunyi berisik yang mungkin menarik perhatian sekitar, tapi Sarah tak peduli, ia punya rencana bagus tentang hal ini.

“...ada apa...?”

“...apa yang terjadi...?”

“...zara kau di dalam? Kenapa kaca rumahmu pecah dan berantakan begini...?”

Sayup-sayup terdengar suara dari lantai satu. Sarah tersenyum penuh kemenangan. Ia mulai menjerit histeris sembari menarik-narik rambutnya hingga tampak berantakan, menampakkan tampilannya sekacau mungkin.

Beberapa orang mulai datang, menenangkannya, berusaha mengorek informasi akan tingkahnya saat ini.

“SUAMIKUUUUU… SUAMIKUUUU MENIKAH LAGIIII….”

Sarah meraung-raung dengan beberapa tetes air mata palsu demi mengelabui warga yang mengerumuni. Setelah ini, tanpa bersusah payah berita menikahnya Lukman untuk yang kedua kali akan tersebar dengan

cepat.

***

Hal ini bermula dari dua minggu yang lalu, Sarah menemukan fakta bahwa ia bukanlah anak kandung keluarga Herlan. Keluarga konglomerat yang mengangkatnya sebagai anak dua puluh lima tahun yang lalu.

Setelahnya fakta yang paling mengejutkan lagi terungkap. Berbekal foto masa kecil, Sarah berusaha mencari orang tua kandungnya tanpa sepengetahuan sang orang tua angkat. Saat itulah ia tahu, ia punya seorang saudari kembar yang terpisah sejak berusia enam bulan.

Namanya Zara dan ia hidup di panti asuhan, sementara Sarah dalam pengasuhan keluarga Herlan, sang pengusaha tambang emas dan hidup bergelimang kemewahan.

Sayangnya, Sarah pikir Zara tak pernah tahu akan hal itu. Dua minggu menyelidiki kehidupannya Sarah merasa sangat prihatin karena Zara mendapat perlakuan tidak menyenangkan dari suami juga sang mertua. Puncaknya saat Sarah tahu ... suami Zara berkhianat.

Zara, hidup dalam keadaan prihatin. Tanpa kasih sayang dan harus berjuang mati-matian demi bertahan hidup. Saat memutuskan untuk menikah malah hidupnya lebih memprihatinkan dan sangat berbeda dengannya.

Sarah tak terima, hidup kembarannya yang sulit semakin dipersulit, sebagai satu-satunya keluarga yang tersisa bukankah mereka harus saling melindungi?

Malam itu Sarah hampir gila saat tahu Zara menceburkan dirinya ke sungai padahal Sarah berencana menemui Zara. Keputusan bodoh yang membuat Sarah juga nekad menceburkan dirinya ke dalam derasnya air sungai meski Kenzo berusaha mencegah. Hal itu pula yang membuat Sarah nekad untuk menukar peran mereka sekarang.

Demi kasih sayangnya pada sang adik, demi kebebasan Zara yang sudah direnggut oleh suami dan sang ibu mertua dan demi … rasa sakit yang dirasakan Zara saat ia dikhianati oleh orang yang ia cintai. Sarah akan membalasnya!

อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป

บทล่าสุด

  • Tukar Tempat Dengan Kembaranku    Bab 10 : Lelaki Itu

    Baru saja Sarah menginjakkan kakinya di pekarangan rumah usai pulang naik taksi diam-diam, ia sedikit dikagetkan dengan sedikit keributan yang terjadi di dalam rumah dan sebuah mobil putih yang terparkir asal di halaman. Karena terlihat pintu mobil itu masih terbuka dalam keadaan mobil menyala.Di tangannya masih terdapat dua kantung besar belanjaan. Masuk ke dalam rumah dengan hati-hati, Sarah mendapati seorang lelaki sedang berdebat dengan ibu mertua Zara.“Di mana Lukman? Aku ingin bicara padanya, Bu!”“Sudah kubilang dia pergi, dia gak di rumah! Lagipula kenapa kamu kemari, kamu kan sudah bilang gak akan ke sini lagi!”Sarah memicing, berjalan perlahan dan sembunyi di balik pintu, berusaha mencari tahu siapa sosok lelaki berbadan atletis itu. memanggil ibu Lukman dengan sebutan Ibu? Apa dia kakak Lukman?“Aku janji pergi jauh dan tak berhubungan dengan keluarga ini lagi saat kalian berjanji tak akan menyakiti Zara! Tapi apa? Lukman malah menikah lagi? Dia mengkhianati janjinya!”“

  • Tukar Tempat Dengan Kembaranku    Bab 9 : Zara?

    Panti asuhan itu masih berdiri dengan kokoh, beberapa anak kecil tampak berlarian di halaman yang lengkap dengan taman bermain."Di mimpiku Panti asuhan ini hampir roboh, apa sekarang sudah direnovasi? Aku pikir cuma ada dalam mimpi, ternyata panti ini beneran ada ya.""Keluarga Frederick adalah donatur tetap, panti ini dalam pengawasan keluarga kami."Zara manggut-manggut. "Karena itu Mas Halim tahu di mana panti ini saat aku menyebutkan namanya?""Tentu saja Sarah. Apa ini persis dalam mimpimu?""Sepertinya begitu, walau banyak yang berubah.""Kau mau masuk?"Zara mengangguk, namun baru satu langkah mendekat mendadap pandangannya buram telinganya mulai berdenging, suara-suara berisik di kepalanya sedikit mendominasi hingga membuatnya tak fokus.“Sarah kau baik-baik saja?” tanya Halim bingung saat wanita itu hampir saja terjatuh, untung Halim sempat menopang tubuhnya.Zara tampak kesakitan, ia terus memeangi kepalanya. Beberapa hal dari masa lalu mulai muncul di kepalanya seolah taya

  • Tukar Tempat Dengan Kembaranku    Bab 8 : Cinta Pertama

    "Jadi, apa yang kau temukan?" tanya Sarah begitu ia duduk. Beberapa kantong plastik hasil belanjaan asal-asalannya ia taruh di atas meja. Kenzo menatap wanita itu dengan alis naik sebelah."Serius? Seorang Sarah belanja ke pasar pagi-pagi?" tawa Kenzo hampir pecah andai Sarah tak melihatnya dengan tatapan ingin membunuh, lelaki itu menutup wajah dan menahan tawa sampai bahunya berguncang."Ini alasan klasik tahu, supaya bisa menemuimu juga. Lagipula aku gak ngerti soal beginian, asal ambil aja tadi.""Satu kemajuan tahu, Sarah yang hidup seperti putri raja kini bertingkah seperti upik abu.""Ken!" seru Sarah kesal, bibirnya mencebik, ia mengambil minuman Kenzo dan meneguknya hampir habis."Gak apa-apa, jadi pengalaman pertama, kan?""Ya iya, sih.""Hidup juga gak selamanya bakal di atas, jadi kamu bisa sekalian belajar. Kalau sama aku, kamu juga gak bakalan aku kasih belanja di pasar sendirian.""Lukman itu pelit, bisanya cuma kasih lima puluh ribu buat belanja sementara di rumah ada

  • Tukar Tempat Dengan Kembaranku    Bab 7 : Ingatan Samar

    Pagi itu Zara bangun dalam keadaan setengah sadar, ia duduk cukup lama di atas ranjang sembari menatap sisi ranjang satunya yang tak ia tempati, kosong.“Kayak ada yang aneh.” Ia beranjak turun dari ranjangnya, memutari isi kamar dan menemukan sesuatu yang sedari tadi membuatnya merasa aneh.“Mas Halim,” panggilnya pada lelaki yang tengah meringkuk tanpa selimut di sofa. “Mas Halim kenapa tidur di sini? Bukannya tadi malam tidur di ranjang?”Halim tersentak, ia menguap lebar. Matanya merah dengan kantung mata hitam. Hampir semalaman ia tak bisa tidur dan berusaha untuk tetap terlelap, namun tidak bisa. Pandangannya beralih pada Zara yang berdiri di hadapannya.“Astaga! Mas kenapa? Sakit?”Halim menggeleng, ia bangkit dari posisi tidurannya. “Aku tak bisa tidur.”“Kenapa?”Lelaki itu termenung, ingatannya melayang pada malam di mana ia masih tidur di atas ranjang, tepat di sebelah Zara. Wanita itu… hampir memeluknya, hal yang membuat Halim kelabakan dan memutuskan untuk tidur di sofa.

  • Tukar Tempat Dengan Kembaranku    Bab 6 : Kacau

    Baru Bangun, Aku Dipanggil ‘Nyonya’ dan Disebut Istri Konglomerat! Padahal Aku Hanya Ibu Rumah Tangga Biasa. Apa yang Sebenarnya Terjadi?!****6Sore itu dengan menggunakan uang mahar Tita, lantai satu rumah mulai direnovasi. Sarah yang berada di lantai dua bersama ibu Lukman dan Tita mulai memikirkan ide jahil lainnya. Apalagi saat dengan angkuh Tita memerintahkannya untuk membuat jus jeruk.Barang-barang elektronik di rumah ini sudah Sarah jual semua, dan dengan mudahnya Tita memerintahkan Sarah untuk memeras jeruk-jeruk itu menggunakan tangannya.“Dengan tanganku ya,” ucap Sarah geram sembari meremas-remas jeruk yang belum dicuci itu di dalam baskom besar, dengan tangan yang belum juga ia cuci. Meski sedikit menguras tenaga entah kenapa Sarah merasa puas dengan hasil perasan jeruk ala prindavan buatannya.Ia menyaring air jeruk itu dan mengumpulkan bijinya, lantas menghaluskan biji-biji jeruk itu dengan menggunakan gilingan beras. Mencampurkannya dengan air jeruk yang sudah ia pis

  • Tukar Tempat Dengan Kembaranku    Bab 5 : Satu Kamar

    “Ibu mertua, Papa mertua, senang bertemu dengan kalian,” ucap Zara ceria dengan senyum merekah. Kedua sejoli itu saling pandang, kemudian menatap Halim yang duduk di sebelah Zara.“Kata Halim kamu hilang ingatan, Nak? Benar ?” “Dokter sih bilang begitu, Ma,” jawab Zara polos. “Tapi aku masih ingat suamiku, kok, Mas Halim.Halim hampir tersedak, kedua orang tuanya saling menatap.“Ah, ya sudah kalau begitu kita makan dulu, nanti akan kita bahas ya,” ucap Papa halim mencairkan suasana yang sedikit canggung.Zara mengangguk, ia bangkit dari duduknya dan mengambil alih piring Halim.“Mas mau pakai lauk apa? Nasinya cukup segini?”“UHUKK! UHUUK!” Kali ini Halim beneran tersedak dengan batuk bertubi-tubi karena air yang seharusnya masuk ke tenggorokan malah masuk ke kerongkongannya akibat ulah Zara yang tak biasa.Wanita itu sejak menikah dengan Halim sangat jarang sekali tersenyum, bahkan menyapa kedua orang tuanya juga hanya sekedar anggukan, tidak akan senyum dengan lebar seperti tadi.

บทอื่นๆ
สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status