Share

19. Dendam Mbah Darsih

Mataku terus mengedar mencari keberadaan Pak Muhsin, namun jangankan sosoknya, bayangannya pun tak lagi nampak.

Aku berdecak karena kesal mereka tak setia kawan meninggalkanku sendirian di tempat seram seperti ini. Di saat hari menjelang Maghrib pula. Ah, aku jadi merasa dejavu.

Baru akan melangkah keluar dari pemakaman, aku terkesiap kala ada sebuah tangan dingin mencengkeram kakiku.

Tubuhku membeku seketika, membayangkan sudah pasti bukan manusia yang melakukan hal itu.

"Astaghfirullah ... Astaghfirullah ...!" Aku terus beristighfar dan berdoa dengan kaki yang kuhentak-hentakkan agar cengkraman dari demit itu terlepas.

Aku terus melakukan hal seperti itu dengan mata terpejam, tak sanggup lagi rasanya untuk membuka mata dan melihat penampakan apa yang ada di bawah kakiku.

Tak berapa lama kemudian, usahaku berhasil. Cengkraman di pergelangan kaki tadi tak lagi kurasakan. Cepat-cepat aku membuka mata, namun ....

"Aaaaaa .
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status