Kicauan burung bersahut-sahutan terdengar nyaring, desiran air sungai mengalir deras di tengah hutan belantara itu. "Hei, sadarlah," cicit Gavin —siluman elang— mengguncang-guncang tubuh gadis yang ambruk di pangkuannya, panik. "Sekar!" Terdengar suara teriakan parau secara tiba-tiba. Siluman elang itu terkejut bukan kepalang tubuhnya hampir ambruk membentur bebatuan tepi sungai. Seorang nenek tua renta yang jalan terbungkuk dengan sebilah kayu di tangan menopang tubuh renta itu berjalan mendekati. "Apa yang terjadi pada cucuku?" tanya si nenek. "Saya tidak tau, tiba-tiba dia pingsan setelah …." Gavin bingung serta enggan melanjutkan ucapannya akan terdengar berkilah. "Apa tadi dia melihat masa depanmu, Cah Bagus?" tanya sang nenek mengerutkan kening dan menyipitkan mata. Siluman elang itu ternganga dan kembali memandangi gadis di pangkuannya. "Ikutlah denganku tidak baik berbicara di sini. Aku akan menjelaskannya nanti," lanjut sang nenek mengamati s
"Kedua orang tua Sekar diseret pergi. Karena penasaran aku mengendap-endap keluar dari persembunyian dan mengikuti mereka," lanjut nenek Sekar bercerita. "Akhirnya mereka berhenti di sebuah air terjun." Sang Nenek memukul-mukul dada, ingatan mengenaskan tersebut muncul kembali dalam benak. Sungguh peristiwa menyakitkan sepanjang hidup, rasa nyeri masih terasa sangat. "Lalu?" Gavin nampak tidak sabar. "Mereka melempar tubuh anak dan menantuku ke sebuah lingkaran berapi." Sang nenek menangis berteriak. Dia mengepalkan kedua tangan, tatapan benci terlihat jelas pada kobaran api di tungku. "Mantra dirapalkan dengan cepat. Anak dan menantuku dibakar hidup-hidup oleh mereka, aku masih sangat jelas mendengar teriakan kesakitan mereka berdua begitu pilu dan menyayat hati. Tubuhku melemas aku terduduk membekap mulutku sendiri, agar tangisan seorang ibu ini tidak terdengar oleh mereka." Nenek Sekar memejamkan mata, lelehan air bening mengucur deras membasahi pipi re
Satu minggu kemudian, tengah malam. Gavin mengatur sebuah siasat, berpura-pura mengajak Elard, si siluman harimau untuk mengikuti Lamont —siluman serigala— berkeliling hutan berburu mangsa. Siluman elang berusaha menggiring kedua sahabatnya ke bukit waktu pertama kali sang raja memperlihatkan gadis pujaannya. "Senang sekali malam-malam ada yang menemaniku," kelakar Lamont dengan wujud serigala. "Sekali-kali kami juga ingin menikmati malam seperti kawananmu," tukas Gavin menyembunyikan niat sebenarnya. "Tunggu kenapa di air terjun sana banyak manusia berkumpul? Apa yang akan mereka lakukan?" tanya Elard, dia yang juga masih berwujud hewan harimau mengitari tempat Gavin dan Lamont berdiri kedua temannya itu sudah dalam wujud manusia. "Aku tidak tau, mau coba mendekat?“ tanya Lamont mengajak karena dia pun sama penasarannya. Gavin tersenyum, rencananya berhasil membuat kedua sahabatnya penasaran. 'Bagus, ayo kita mendekat,' bisik siluman elang dal
Jaman Now Siang itu Kalina membawa sepiring nasi beserta lauk untuk disantap berdua dengan Elang . Bukan karena di rumah tidak ada piring lain, tapi ia berbuat demikian agar tidak ketahuan para pembantu jika di dalam kamar bersembunyi cowok alias siluman super ganteng. "Kita makan sepiring berdua ya, kalau aku bawa banyak piring takutnya pembantu curiga," jelas Kalina, meletakkan nampan berisi nasi dan sebotol besar air mineral di atas meja balkon kamarnya. "Itu saja sudah cukup." Elang tersenyum manis. 'Wajahnya putih mulus, bibirnya sexy. Ternyata jika siang rambut Elang terlihat sedikit pirang. Benar-benar cowok tiga dimensi yang cantik. Idaman para wanita pencinta opa-opa. Rasanya enggak bakalan bosan melihat.' Hati Kalina meleleh. Kring … kring … kring …. Bunyi ponsel menghancurkan imajinasi Kalina. "Halo Ma … Pa …," sapa Kalina mengangkat panggilan. "Iya Kalina gak apa-apa, ada pangeran tampan, maksud Kalina ada orang baik hati yang menyelamatkan
Jaman Old. Suara riuh riang gembira menyambut pernikahan megah di istana. Mereka berkumpul bergembira menyambut kehadiran Ratu masa depan. Rakyat jelata dari bangsa manusia dan siluman berkumpul ikut meramaikan kebahagiaan itu. Putri siluman Harimau, Anantari gadis yang disegani, dia baik hati pada semua tanpa memandang status dan klan. Tidak sombong dan sikapnya sopan selalu hormat pada yang lebih tua. Rambut hitam indah panjang terurai. Paras sangat cantik menawan, berperawakan tinggi seperti foto model dan badannya sexy bak gitar Spanyol jika dia hidup pada era modern. Dia seorang primadona bagi pemuda bangsa manusia maupun bangsa siluman. Malangnya dia tidak mendapat cinta dari Arsen sang raja. Dalam kesedihan dia tetap tegar berusaha mengemban tanggung jawab sebagai Ratu masa depan. Senyumnya tersungging meski hati ingin menangis pilu. "Nasibnya tak secantik wajahnya, sungguh tragis dan malang," celetuk Lamont, siluman serigala. Pukulan ringan siluman elang langsung
Di sudut ruangan istana yang sepi, Sekar terduduk lemas. Air matanya mengalir keluar begitu saja, tubuhnya masih gemetaran. Gavin ikut duduk di sampingnya, menatap penuh khawatir. Gavin menelan saliva, "Penglihatanmu melihat sesuatu tadi?" tanya pemuda siluman itu yang dijawab anggukan kepala oleh Sekar. "Tenangkan dulu dirimu, ceritakan jika kamu sudah mulai tenang," imbuhnya seraya membelai rambut Sekar dengan lembut. "Wow." Suara bariton mengejutkan, "sungguh pemandangan langka," ujar Lamont cekikikan yang tiba-tiba berdiri di depan mereka tanpa disadari. "Tidak kusangka Gavin si siluman elang yang terkenal lembut hati, dengan ketampanan terpopuler seantero jagad nomor dua setelah aku. Dia membuat seorang gadis menangis," timpal Elard siluman harimau tersenyum mengejek. "Berhentilah berkelakar, lebih baik kalian bantu aku menenangkan gadis ini. Alangkah baiknya jika kalian menolongku mencari tempat aman dan tidak berisik." Siluman elang mendelik
"Sampai saat ini Anda masih seorang gadis perawan walau sudah menikah dengan Raja. Baginda tidak pernah melihat Anda, beliau tidak pernah sekalipun menyentuh Anda. Setiap malam Anda hanya dapat menangis meratapi nasib. Menyaksikan yang mulia Raja bermesraan dengan selirnya, bukankah begitu Ratuku." Sekar menghentikan ocehannya. "Beraninya kau!" Elard melebarkan mata tidak terima dengan ucapan kasar gadis manusia itu. "Tahan emosimu Kakak, gadis itu berkata benar," sang Ratu mulai meneteskan air mata. "Tapi Ratu, tidakkah Anda tahu. Ada orang lain yang jauh lebih baik dari baginda, yang tidak akan menduakan Anda, yang sangat mencintai dengan tulus dan rela mengorbankan nyawanya sendiri demi melindungi Anda." "Apa maksudmu?" tanya sang Ratu menelengkan kepala. Sekar mengacungkan jari pada Lamont sang siluman serigala, semua mata langsung tertuju kepada sang siluman yang dimaksud. "Se … sepertinya aku … aku harus menemui sang Raja untuk mempe
Sekar paham apa yang ada dalam pikiran Gavin. Gadis itu menatap manik mata gelap milik siluman tampan itu. Bahkan dia sempat menundukkan kepala menyembunyikan rona wajah semerah apel. Dalam diam mereka kembali saling menatap. Siluman Elang menarik dengan lembut kepala Sekar agar mendekat pada wajahnya. Dikecupnya bibir mungil itu, Sekar hanya diam. Untuk kemudian siluman tampan itu mulai menyatukan bibir mereka kembali. Kali ini Sekar membalas ciumannya. Ciuman yang semakin dalam. Merengkuh manis indahnya cinta yang bersemi. Jantung keduanya berparade keras, seperti hendak loncat keluar. Ciuman berakhir, dengan perasaan bahagia siluman tampan elang semakin mengencangkan pelukan membawa Sekar kembali melayang seolah memamerkan pada langit bahwa ia sedang bahagia tengah jatuh cinta. *** Sore harinya, di Kerajaan Nigella. Api mulai berkobar di sepanjang istana timur tanpa tahu penyebabnya. Istana yang tengah riuh gembira itu berubah menjadi gaduh penuh teriakan. Kerumunan