Share

Tunangan Kontrak CEO Duda
Tunangan Kontrak CEO Duda
Penulis: Cacans Aya

Bab 1. Hah?

Penulis: Cacans Aya
last update Terakhir Diperbarui: 2024-09-04 08:57:01

“Ren .…”

“Gak!”

"Please, tolongin aku, Ren!"

"Kamu gila?! Aku mana mau nikah sama Abang kamu!" tolak Irene dengan cepat. "Lagi pula, kamu tahu betul kalau menikah nggak pernah ada di kamusku!"

Kepala Irene rasanya ingin pecah. Kepulangannya ke Indonesia bukan untuk menikah, melainkan mengurus rumah sakit milik keluarganya. Namun, Nesya justru tiba-tiba meminta Irene menikahi kakak laki-lakinya agar tak dijodohkan tiga hari lagi dengan perempuan yang kata sahabatnya itu macam mak lampir?

Yang benar saja! Dia bahkan baru tahu sang sahabat memiliki saudara laki-laki hari ini!

Luar biasa!

"Emangnya, kamu nggak kasihan sama sahabatmu ini, Ren?"

"Kenapa harus kasihan? Yang harus nikah itu abangmu, kok," sahut Irene santai.

Mata Nesya melotot, dia menghentakkan kaki ke lantai. "Jahat banget kamu, Ren. Tega ...!"

Irene memutar malas bola mata. Nesya kembali berdrama dan tak segan untuk duduk di lantai dan menendang-nendang udara persis seperti anak kecil.

Namun, Irene sama sekali tak bergeming, hingga sahabatnya itu tersadar bahwa triknya gagal.

"Umur kamu udah 25 tahun, Ren. Masa kamu nggak mau nikah, sih?!" Tiba-tiba saja Nesya berdiri dan menunjuknya, kesal.

"Memang, kamu sendiri sudah menikah, Sya?"

Nesya seketika terdiam.

Irene berhasil membuat dirinya mati kutu!

Tapi, itu tak lama karena Nesya tiba-tiba memberikan tatapan penuh arti pada Irene.

"Lihat aja kamu, Ren. Kamu pikir aku bakal nyerah?" batinnya diam-diam.

Senyum terbit seketika di wajahnya kala ponselnya bergetar.

Tet!

Bersamaan dengan itu, suara bel dipencet.

Irene sontak menoleh ke arah sang sahabat, mengira ada sesuatu yang dilakukannya.

Sayangnya, Nesya hanya menggeleng dengan raut wajah polos–seolah tak mengerti.

"Siapa sih yang bertamu?" gerutu Irene dengan kesal.

Menghela napas panjang, dia segera berdiri dan berjalan menuju pintu, sedangkan Nesya menutup mulut menahan tawa.

Perempuan itu segera membuka pintu.

"Cari—" Ucapan Irene menggantung begitu saja, mata perempuan itu berkedip lambat dengan mulut terbuka.

"Hallo?" Sebuah lambaian tangan di depan wajah Irene berhasil membuat perempuan itu kembali tersadar.

Irene berdeham pelan, dia kembali menormalkan mimik wajahnya. Perempuan itu memandang heran sosok pria yang kini juga menatap dirinya dengan heran.

"Maaf, cari siapa?" tanya Irene.

"Nesya, ada?" balas pria itu.

Alis Irene menyatu, baru saja hendak menjawab. Namun, kepala Nesya sudah muncul dari balik tubuhnya dengan cengiran menyebalkan khas seorang Nesya.

“Abang!”

Irene segera memutar tubuh menghadap Nesya, perempuan itu mencubit pelan tangan Nesya. "Kamu gila?! Kamu ngundang siapa ke sini, sih?!" bisiknya.

"Aku minta jemput abangku sendiri. Emang salah?" balas Nesya tenang.

Rahang Irene terjatuh, terlebih melihat Nesya yang memeletkan lidah–membuat emosinya mendidih di puncak kepalanya.

Meski demikian, ditahannya diri.

Gadis itu menghela napas kesal sebelum akhirnya memutar tubuh menghadap pria itu. "Silakan masuk!"

Pria itu menaikkan satu alis. "Tidak perlu, saya hanya ingin menjemput Adik saya."

"Tunggu! Bang Arsen emang nggak mau kenalan sama sahabat aku dulu?" tawar Nesya, perempuan itu kembali menjalankan misi.

"Ini sudah sore, Nesya. Ayo, pulang!" tolak Arsen dengan tatapan tajam.

"Aduh ..., Abang! Aku pengen ke kamar mandi, kebelet berak nih. Abang ngobrol dulu aja sama sahabat aku, ya!" Nesya berucap buru-buru.

Perempuan itu langsung lari menjauhi keduanya!

Irene pusing sendiri dengan tingkah sang sahabat.

Irene mengusap leher, dia merasa canggung karena bingung harus bereaksi apa.

“Ekhem.” Dia lantas berdeham singkat, kedua sudut bibir Irene terpaksa tertarik ke atas dan membentuk senyuman simpul sembari menunjuk sebuah kursi yang memang ada di teras. "Silakan Anda duduk terlebih dahulu, ingin di luar atau di dalam?"

"Di sini saja," balas Arsen.

Irene menganggukkan kepala mengerti. "Akan saya buatkan minum, sebentar."

Gadis itu lantas membalikkan badan ingin kembali masuk ke dalam rumah, tetapi Arsen menahan tangan perempuan itu.

Hal tak terduga yang dilakukan Arsen berhasil membuat tubuh Irene membeku bak sebuah es, sedangkan Arsen tetap tenang.

Netra pria itu bahkan tanpa ragu memandangi netra cokelat milik Irene.

"Tidak perlu, sebentar lagi anak nakal itu pasti kembali."

Irene otomatis mengangguk kaku sebagai respon karena tak tahu harus berbuat apa?

Keduanya seketika terdiam dalam keadaan canggung, hingga suara dehaman Nesya yang tiba-tiba berhasil menyadarkan keduanya.

“Ekhem ... kok pegangan tangan?”

Arsen yang tersadar–segera melepas cekalan tangannya, sedangkan Irene membuang muka.

Nesya yang melihat itu tersenyum miring, perempuan itu berusaha menahan untuk tidak memekik.

Kepala Nesya maju perlahan, embusan napas Nesya di leher kirinya berhasil membuat Irene keheranan.

"Kamu yakin mau nolak setelah ketemu abangku?" bisiknya.

"Nesya!" tekan Irene meskipun suaranya tak kalah kecil dari sang sahabat, mata perempuan itu melotot kesal.

Sialnya, Arsen masih mendengar apa yang keduanya bisikan. Pria itu berdeham keras, berusaha menarik atensi dua perempuan di hadapannya ini.

Irene segera membuang muka, sedangkan Nesya tersenyum tipis.

Dia segera berdiri di sisi Arsen, senyuman manis Nesya nyaris membuat Irene muntah.

Perempuan itu bahkan memutar malas bola matanya, kesal sendiri dengan tingkah Nesya.

"Aku pulang dulu ya, Ren. Besok kita ketemu lagi," pamit Nesya dengan senyuman manis lantas menarik Arsen untuk segera menjauh dari sana.

Irene sontak menghembuskan napas lega.

Perempuan itu memandang kepergian mobil Alphard itu dari perkarangan rumahnya.

"Kenapa punya temen gila gitu, sih?!" Irene menggelengkan kepala tak habis pikir untuk beristirahat dan menenangkan diri.

Sayangnya, ia tak menyangka kalau temannya itu akan kembali pagi-pagi buta sembari menangis ke rumahnya.

“Irene!”

Nesya tiba-tiba menubruk tubuh Irene dan memeluknya erat.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Tunangan Kontrak CEO Duda   Bab 23. Ketemu

    "Jadi Anda memutuskan untuk melakukan bayi tabung?" Kedua pasangan di hadapan Irene mengangguk lan, sedangkan Irene menghela napas panjang. Dia tak masalah jika ada yang ingin melakukan bayi tabung, tetapi di hadapan perempuan itu justru pasangan sesama jenis yang membuat Irene harus berpikir keras. "Sebelumnya, mohon maaf. Bayi tabung sendiri belum bisa dilakukan di rumah sakit kami, silakan kalian mencari rumah sakit lain." Salah satu dari mereka menggeleng keras. "Bukan saya dan dia, Dok! Melainkan saya dan istri saya, sebentar istri saya sedang ke kamar mandi." Irene yang mendengar itu melototkan mata, dia sungguh merasa malu sekarang. Irene tersenyum canggung, sedangkan perawat di sebelah perempuan itu menundukkan kepala menahan malu. Sebenarnya wajar saja jika mereka salah paham, tetapi tetap saja rasanya malu. Tak berselang lama, pintu ruangan Irene dibuka. Seorang wanita anggun memasuki ruangan Irene dengan senyuman manis, salah satu pria berdiri dan me

  • Tunangan Kontrak CEO Duda   Bab 22. Ghibah

    Irene menuruni tangga secara perlahan, perempuan itu baru saja bangun tidur. Saat dia terbangun, Irene tak melihat ada Nesya di sebelahnya, mungkin saja sahabatnya itu telah kembali ke rumahnya sendiri. Menarik napas panjang, Irene membuka kulkas dan meminum air dingin yang ada di botol hingga tersisa setengah. Perempuan itu menutup kembali botol dan meletakkannya di dalam kulkas, dia menutup kulkas lantas mengikat asal rambutnya. "Enaknya makan apa ya?" Perempuan itu mendesah panjang. "Sarapan di kantin rumah sakit ajalah." Dia berjalan ke luar dapur, tetapi ponsel Irene berdering membuat langkah perempuan itu terhenti. Dia mengerutkan kening saat mendapatkan panggilan masuk dari seseorang. "Iya, Pi?" "Papi denger kamu mengubah beberapa peraturan rumah sakit." Irene menarik kursi yang ada di meja makan, perempuan itu mendudukkan diri di sana. Dia mengambil satu buah apel dan menggigitnya. "Iya, terutama standar operasional kita dalam penanganan pa

  • Tunangan Kontrak CEO Duda   Bab 21. Obrolan Pria

    Irene baru saja selesai makan malam, perempuan itu menjatuhkan tubuhnya ke sofa. Dia mencari remote telivisi lantas menyalakan televisi meskipun tak tahu ingin menonton apa, tetapi perempuan itu tetap membiarkan televisi menyala. Suara bel membuat Irene mengerutkan kening, dia segera berdiri dan berjalan mendekati pintu masuk. Perempuan itu membuka pintu rumahnya dan melihat Nesya yang berdiri di depan pintu dengan senyuman lebar. "Kamu malem-malem ke sini ngapain?" tanya Irene dengan satu alis terangkat. "Bosen." Nesya menggeser tubuh Irene sedikit kasar lantas memasuki rumah perempuan itu yang membuat sang empunya mendengus kesal. "Ya udah, aku putuskan untuk ke rumah kamu hehe ...." "Terus gunanya kamu ada Abang apa?" Irene mendengus kembali, dia berjalan mengikuti langkah Nesya. "Abang di rumah bareng temennya, Mama sama Papa lagi pergi ke pesta sahabat Papa. Ya udah, aku ke sini," balas Nesya. Irene meraup kasar wajahnya, dia mendudukkan diri di samping Nesya. Irene me

  • Tunangan Kontrak CEO Duda   Bab 20. Empati

    "Dok, ada pasien yang mengalami kecelakaan dan dia dalam kondisi hamil." Irene langsung mendongak, perempuan itu segera berdiri dan mengambil sneli yang menggantung di kursinya. Dengan tergesa-gesa Irene memakai snelinya. "Minta Dokter Bedah, Anak, dan Anestesi siap-siap. Kita akan lakukan tindakan operasi Caesar jika diperlukan!" titah Irene. Suster itu mengangguk, dia berlari ke luar. Sementara Irene berjalan dengan tergesa-gesa bersama suster lainnya untuk memasuki ruang operasi. "Perkiraan usia kandungannya delapan bulan, Dok," ucap Suster Rahma. "Kemungkinan kita bakal lakuin Caesar," balas Irene yang diangguki oleh Rahma. Mereka memasuki ruang operasi. Irene segera memasang stetoskop di telinganya, perempuan itu mengecek kondisi jantung dan pernapasan pasien. Perempuan itu beralih mengecek kondisi janin pasien yang terbaring lemah di meja operasi. "Bersihk

  • Tunangan Kontrak CEO Duda   Bab 19. Siapa Dia?

    Nesya memandang seorang perempuan berusia 20 tahun di hadapannya, perempuan itu memandang Nesya dengan tatapan takut. Keputusan yang dia buat untuk datang ke Psikiater tentu bukanlah keputusan yang mudah, ada banyak pergejolakan batin yang dia rasakan saat ini. Nesya berdeham, dia mengubah posisi duduknya menjadi senyaman mungkin. Kedua sudut bibir perempuan itu tertarik membentuk sebuah senyuman manis. "Hallo, Resti! Gimana hari kamu? Dalam kondisi baik?" Nesya lebih dulu memulai percakapan. Perempuan di hadapannya yang bernama Resti itu tersenyum kaku, sedangkan Nesya meneliti raut wajah perempuan yang menjadi pasiennya itu, wajah yang murung dengan lingkaran hitam di sekitar matanya. Pun tubuh Resti yang terbilang begitu kurus kering. "Kurang baik, Dok ...," lirih Resti. Nesya tersenyum simpul. "It's okay, kita memang perlu hari yang buruk. Kira-kira hal apa yang buat kamu kurang baik?"

  • Tunangan Kontrak CEO Duda   Bab 18. Before Anyone Else

    Irene membuka mata perlahan, hal pertama yang dia lihat adalah Arsen yang memeluknya dengan erat. Irene menunduk, dia memandang Arsen yang tertidur pulas dengan kenapa menempel di dadanya. Entah dorongan darimana, tangan Irene terangkat mengelus rambut Arsen dengan erat. "Pasti habis ini dia pusing," gumam Irene. Sejujurnya, perempuan itu sedikit terkejut dengan kehadiran Arsen tengah malam dalam kondisi mabuk. Pria itu bahkan berulang kali memberikan tanda di leher dan sekitar dada Irene. Mata Irene melotot mengingat hal itu, dia segera menunduk memandangi dadanya yang penuh bercak merah. Membuang napas panjang, Irene memandang nanar dadanya itu. "Kenapa semalam nggak aku ketok pakai panci aja kepala ini orang?" kesal Irene seraya memandangi Arsen dengan sinis. "Jangan berbuat kekerasan pada tunangan sendiri," celetuk Arsen dengan suara serak. Irene mendelik saat pelukan Arsen

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status