Beranda / Romansa / Tunangan Kontrak Sang CEO / Bab 103 — Bengkel 3D, Pengakuan Bagas, dan Nama yang Keluar dari Mulut Orang yang Tak Ingin Bicara

Share

Bab 103 — Bengkel 3D, Pengakuan Bagas, dan Nama yang Keluar dari Mulut Orang yang Tak Ingin Bicara

Penulis: Wildan
last update Terakhir Diperbarui: 2025-10-22 11:15:13

Sore hari, kabar dari polisi siber datang lebih cepat dari biasanya: Bagas Wiratma—pemilik bengkel ForgeKreasi 3D—ditangkap setelah sempat kabur kemarin. Di kantor polisi siber, ruangan interogasi tidak seperti film; lebih mirip kelas malam dengan papan tulis putih dan termos kopi. Bagas duduk di seberang dengan wajah pucat, tangan gemetar menimang topi yang ia bawa sendiri. “Saya hanya mencetak,” katanya berulang. “Saya tidak tahu untuk apa.”

Penyidik memutar rekaman CCTV tokonya: dua laki-laki bertopi mengambil paket; satu membawa tas datar, satu lagi menandatangani dengan tangan bersarung. Lalu mereka menaruh foto mold finger_mold_v3.stl, jig prox_clamp_rev6.stl, dan cangkangnano-case_SVC.stl di atas meja. Bagas menunduk. “Itu pesanan R.Daro,” akunya. “Nama akun itu sering memesan—katanya untuk maintenance Mahendra. Pembayaran pakai virtual card. Saya tidak menanyakan lebih.”

Legal bertanya pelan, “Siapa yang menghubungi pertama kali?” Bagas menghela napas. “Ses
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Tunangan Kontrak Sang CEO   Bab 140 — Peta Marker: Preset, Timecode Meleset, dan Inisial yang Membuka Pintu

    Pagi berikutnya, war room terasa seperti laboratorium film. Inez datang lebih awal, membawa kopi pahit dan daftar marker yang ia cetak besar. “Kita tidak menuduh dengan rasa, kita menunjuk dengan jejak,” katanya. “Mari kita mulai.” Ia memosisikan tiga layar berdampingan. Layar kiri memuat timeline proyek; layar tengah menampilkan footage mentah; layar kanan memutar versi teaser. “Marker pertama,” Inez menunjuk, “Punch‑in 12% pada detik 00:24.” Di footage mentah, wajah nyaris tidak bergerak. Di teaser, ada zoom halus yang membuat jarak terlihat mengecil. “Ini teknik sederhana untuk menanam rasa intim. Bukan haram, tapi bila dipadukan dengan splice suara, ia mengubah makna.” “Marker kedua,” lanjutnya, “Shadow fix pada 00:31.” Ia membekukan dua bingkai dan menyorot tepi bahu. “Ada masking tipis—lihat feather di sini? Itu menjelaskan mengapa interframe kemarin tampak melompat. Editor menutup sebagian tepi agar bayangan ‘masuk’ ke tubuh orang lain.” Sinta menulis di p

  • Tunangan Kontrak Sang CEO   Bab 139 — Skenario Cadangan: Dump File Mentah, Marker Editor, dan Cerita yang Disetel Ulang

    Kenan tidak banyak bicara ketika USB itu diletakkan di meja. “Aku dapat ini dari jalur lama,” ucapnya, duduk tanpa menunggu dipersilakan. “Dari seseorang yang dulu handler teknis saat kita memutar loop CCTV. Ia tidak mau disebut.” Inez tidak bertanya siapa, hanya kapan dan bagaimana rantai serah terimanya. “Tiga jam setelah konferensi,” jawab Kenan, lalu menyerahkan catatan tertulis ringkas tentang chain of custody dadakan: lokasi, waktu, saksi, dan perangkat.Folder yang dibuka bukan video tayang. Itu dump proyek editorial: subfolder footage mentah, audio cache, render temp, file proyek dari perangkat lunak sunting video, dan yang paling menarik—file marker yang biasanya dipakai editor memberi catatan pada timeline. Inez membuka proyek di mesin air‑gapped. Timeline terbentang seperti rel kereta, dengan titik‑titik berwarna menandai marker: “Punch‑in 12%”, “Shadow fix”, “Noise gate 60Hz”, “Warm Film LUT”, dan—yang membuat ruangan hening—“Overlay 2 — quote splice.”

  • Tunangan Kontrak Sang CEO   Bab 138 — Konferensi: Mengakui Perasaan, Menutup Celah, dan Menolak Kambing Hitam

    Wartawan duduk dalam setengah lingkaran; tidak ada karpet merah, tidak ada photobooth. Hanya meja, mikrofon, dan papan peta tata kelola—kotak dan panah yang mungkin membosankan bagi sebagian orang, namun menenangkan bagi mereka yang mengelola risiko. Arga masuk tepat waktu, menyapa singkat. Naya berdiri di sisi, separuh berlindung di balik panel, separuh ingin melihat reaksi ruangan tanpa menjadi pusat sorot. “Terima kasih sudah datang,” Arga membuka. Suaranya datar, namun terukur. “Saya akan bicara pendek dan jelas. Pertama, tentang pernikahan. Kami menikah secara legal dan tercatat. Karena itu saya menjalankan recusal—saya tidak ikut memutus hal yang menyangkut langsung kepentingan Naya. Keputusan yang berpotensi konflik melewati gate legal dan pengawas independen. Ini bukan janji; ini struktur yang bisa diperiksa.” Ia menunjuk peta. “Kedua, tentang governance. Kami telah menyerahkan paket bukti kepada regulator, menindaklanjuti rekomendasi panel, dan

  • Tunangan Kontrak Sang CEO   Bab 137 — Permintaan Komitmen Publik: Compliance, Firewall Relasi, dan Keputusan Arga untuk Bicara

    Pagi itu IR menyampaikan pesan ringkas dari investor besar yang selama ini menjadi jangkar: mereka meminta komitmen publik dari Arga mengenai dua hal—compliance yang tak bisa ditawar, dan firewall relasi pasca pernikahan sipil. “Mereka ingin mendengar langsung dari mulut CEO,” ujar analis IR, “bukan dari lembar fakta. Mereka butuh kalimat yang bisa dikutip, namun tetap akurat.”Arga tidak menunda. Ia tahu semakin panjang jeda, semakin banyak orang menulis cerita sendiri. Ia meminta tim menyiapkan konferensi pers singkat yang bukan panggung drama, melainkan meja informasi. “Tujuannya dua,” katanya kepada Naya, Sinta, Inez, dan Laila. “Menegaskan tata kelola dan menutup celah bagi narasi yang menjadikan Naya tumbal.”Sinta menyusun kerangka pernyataan dalam kalimat yang mudah diingat tetapi sulit disalahpahami. Bagian pertama berjudul Legal & Tata Kelola: pernikahan sipil legal, tercatat resmi; recusal berjalan—Arga tidak ikut memutus hal yang menyentuh langsung kepe

  • Tunangan Kontrak Sang CEO   Bab 136 — Deep‑Edit: Interframe Janggal, Cahaya yang Tidak Setia, dan Jejak Server yang Aneh

    Pukul tujuh lewat lima, video teaser versi panjang naik. Bunyi musiknya seperti jam dinding tua yang dipaksakan lari maraton—berdebar terlalu cepat, memaksa penonton merasa ada sesuatu yang dikejar. Tim digital Mahendra sudah duduk di depan layar bahkan sebelum hitungan mundur selesai. Inez memimpin, Sinta di sampingnya, Rendra di belakang dengan catatan rute unggahan. Naya memilih berdiri, karena duduk membuatnya merasa menunggu.Pemutaran pertama tidak untuk yakin atau tidak yakin, tetapi untuk mencatat. Inez membiarkan video berjalan tanpa jeda, lalu memutar ulang dengan kecepatan seperlima. “Lihat ini,” katanya, menyorot bagian ketika bayangan di balkon tampak condong ke Arga. “Interframe‑nya janggal. Di bingkai ke‑274 sampai 279, ada lompatan luminans yang tidak selaras dengan arah lampu kota.” Ia mengekstrak enam bingkai itu ke panel terpisah. Pada satu bingkai, garis tepi bahu terlihat bergerigi tajam; pada bingkai berikutnya, halus seperti dilukis ulang. “Ini tanda

  • Tunangan Kontrak Sang CEO   Bab 135 — Loyal pada Proses: Menolak Tumbal, dan Hashtag Lama yang Menjelma Hantu Baru

    Malam hari di kantor terasa seperti peron kereta setelah keberangkatan terakhir: sunyi tetapi penuh jejak. Di ruang rapat kecil tanpa jendela, Arga duduk bersama Naya, Sinta, dan Laila. Press line tentang skors telah terkirim; balasan dari investor masuk dalam bentuk pertanyaan singkat: “Kapan Plt. CFO?” “Berapa cakupan audit?” “Bagaimana memastikan keputusan finansial tak tertunda?” Pertanyaan‑pertanyaan itu sehat, terdengar teknis, namun di luar sana arus lain mulai deras: saran, bisikan, ancaman halus agar Naya ditaruh di altar ketenangan pasar. Arga menatap selembar kertas kosong, lalu berkata tanpa menaikkan suara, “Ada dorongan menukar proses dengan tumbal. Jawabannya tidak. Ketertiban lahir dari aturan, bukan dari kepala yang dikorbankan.” Kalimat itu tidak ditujukan untuk media. Itu kompas bagi tim. Naya mengangguk; ia tidak mencari pembelaan manis, ia hanya membutuhkan arah yang tegak. Laila menambahkan rencana: Plt. CFO akan diumumkan paling lambat H+3, mele

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status