Home / Romansa / Tunangan Naif Pewaris Bengis / Mulutku Memang Toxic

Share

Mulutku Memang Toxic

Author: Purplexyiii
last update Huling Na-update: 2023-09-11 08:35:45

“Temenin aku di sini ya, Kak? Aku tidak bisa di rumah sendirian tahu." Nayla kembali memegang lengan Elvan.

“Aku tidak peduli, aku ada urusan. Kamu anak orang kaya, kalau butuh sesuatu tinggal panggil asisten kamu bisa, kan. Jangan manja jadi cewek." Elvan mendecih kecil sambil melepaskan tangan Nayla.

Nayla buru-buru menggeleng. “Asisten aku pulang kampung sejak tiga hari yang lalu, Kak."

Elvan mendengkus kasar. “Memangnya orang tua kamu ke mana, sih?”

“Mereka gila kerja, aku hampir setiap hari di rumah sendirian, Kak. Lagian sebentar lagi kamu bakalan jadi tunangan aku, harusnya kamu sering-sering perhatiin aku, dong, Kak."

Elvan mengusap wajahnya kasar. “Bisa tidak, sih, jadi cewek mandiri? Aku banyak urusan, dan kamu bukan salah satu urusan aku yang penting. Tidak peduli meskipun kamu calon tunangan aku atau bukan.”

“Pokoknya temenin aku, Kak Elvannn,” rengek Nayla tidak menyerah.

Elvan bergidik ngeri, lalu mendecih malas. “Sialan ya, kamu. Aku jadi semakin membencimu."

Meskipun hatinya tersentil mendengar umpatan Elvan, Nayla tetap mengulas senyum saat melihat cowok itu kembali duduk di sofa yang berada di sebelah ranjangnya.

“Takutnya kalau aku sudah tidak bernapas, kamu tidak bisa liat aku untuk yang terakhir kalinya, Kak," kekeh Nayla, Elvan tidak menggubris dan memilih membuka ponsel.

Nayla tersenyum tipis melihat reaksinya. “Toh, tidak ada yang peduli juga.”

"Memang."

Nayla tertawa geli dengan respon Elvan. “Ambilin camilan di kulkas, dong, Kak."

“Aku sibuk," ketus Elvan.

“Ihh, sibuk main game maksud kamu? Jangan bohong, deh.”

“Kalau sakit itu tidur, jangan makan yang aneh-aneh. Aku malas kamu repotin lagi kalau sampai kambuh."

Bukannya kesal, Nayla senyam-senyum. “Kamu khawatir sama aku, ya, Kak?"

Elvan yang semula melihat ke HP spontan mendongak dan menatap tajam. “Kalau kamu mengangguku lagi, aku bakal pulang sekarang."

Nayla melebarkan mata, lalu buru-buru menggeleng. “Eh, jangan. Iya-iya maaf, aku tidak ganggu kamu lagi.”

Nayla menghela napas panjang saat Elvan hanya mendecih. “Aku tidak bisa tidur. Baterai ponselku juga habis. Ajakin aku ngobrol, dong, Kak. Jangan main HP mulu.”

Elvan tidak menggubris. Ia kembali melanjutkan aktivitas bermain game-nya yang sudah berada di babak akhir. Tentu saja ia akan memilih game online tersebut dari pada Nayla yang semakin merengek-rengek.

“Kak? Kak Elvan?" panggil Nayla. Elvan sengaja menulikan pendengarannya.

“Kak?"

“Kak Elvan?”

“Kak El?"

“Kak Elvannnn. Oi? Kak Elvan?” Nayla semakin cemberut sekaligus kesal karena Elvan mencuekinya.

Elvan tetap tidak peduli walau sebenarnya ia emosi setengah mati. Nayla benar-benar menguji kesabarannya yang sudah menipis. Gadis itu masih saja memanggil namanya dengan nada dan suara yang menyebalkan. Sengaja dilembut-lembutkan.

“Kak. Elvan. Kak Elvan ....”

“Kiw, kiw, kakak ganteng. Psssttt, Kak Elvan Sayang!"

“Kak—"

“Sialan! Mulut kamu bisa diam tidak, sih? Aku paling benci sama cewek yang banyak omong!" bentak Elvan kasar dengan tiba-tiba. Matanya memancarkan amarah menatap Nayla.

Telah meluap sudah perkataan kasar Elvan yang tertahan sedari tadi. Dan seketika itu membuat jantung Nayla berdegup kencang. Bibirnya reflek terbungkam dengan dada yang terasa sesak. Ia memang paling lemah jika dibentak.

Elvan memejamkan mata, mengepalkan jemari tangannya dan menghela napas kasar. Nayla yang menunduk membuat Elvan merasa bersalah meski seharusnya ia senang melihat gadis itu terluka. Elvan akhirnya mengumpat di dalam hati sebanyak-banyaknya.

“Sorry, aku kelepasan. Mulut aku memang gampang toxic,” celetuk Elvan dengan nada rendah.

Nayla masih diam. Elvan menghela napas panjang lagi. “Jangan nangis, aku udah minta maaf.”

Bukannya mengangguk atau berkata iya, Elvan justru mendengar suara isakan kecil. Sudah bisa dipastikan jika Nayla menangis. Elvan berdecak mendengarnya. Nasib buruk untuknya hari ini karena telah membuat seorang gadis menangis. Dan ia membenci hal itu. Gadis yang lemah.

“Cengeng banget kayak anak kecil,” hardik Elvan.

Dengan dongkol ia memasukkan ponsel ke dalam saku. Telinganya masih mendengar tangisan Nayla, malah isakannya semakin keras. Elvan lantas berdiri, berjalan mendekat ke samping ranjang gadis itu.

“Mau apa, sih? Aku ambilin." Elvan langsung to the point dengan nada bicara yang berusaha ia lembutkan. Meski di dalam hati ia mengumpat kesal karena harus melakukan hal ini.

“A–apa a–aja." Nayla sesenggukan. Elvan mengeraskan rahang.

“Batu sama kayu?"

"B–bukan itu j–juga, dong.”

Elvan memutar bola matanya jengah. “Bisa tenang dulu tidak? Aku bukan penerjemah orang nangis."

Nayla memajukan bibir, namun tetap menuruti perkataan Elvan. Ia menarik napas dalam-dalam dan mengembuskannya perlahan. Berulang kali sampai napasnya kembali normal dan tidak sesenggukan lagi.

“Udah?”

Nayla mengangguk-angguk. “Cepat ambilin.”

“Batu sama kayu?”

Nayla melotot. "Camilannya, Kak. Terserah apa saja."

Elvan berdecak. Inilah yang paling ia benci dari perempuan. “Camilan yang mana, sih? Namanya apa? Yang jelas, kek."

“Apapun yang penting camilan, Kak."

Elvan mengepalkan jemari tangannya sekuat mungkin di sisi celana. Menahan untuk mengumpati Nayla. “Aku bawain satu kulkas awas saja kalau tidak kamu makan.”

Nayla terkikik geli. “Memang Kak Elvan bisa?”

“Aku bisa segalanya."

Nayla mencibir. “Jangan sombong, Kak."

Elvan mendengkus keras. "Kamu juga jangan kepedean karena aku mau melakukan ini. Aku cuma kasihan sama kamu. Tidak ada perasaan lebih."

“Iya, aku tahu, kok." Nayla tersenyum tipis.

Elvan lantas berbalik dan keluar dari kamar Nayla. Aktifitas bermain game-nya harus tertunda hanya untuk menuruti permintaan gadis itu. Elvan menuruni anak tangga dengan gerutuan kesal. Ia merutuki dirinya sendiri karena harus kalah dengan rasa ibanya.

Seharusnya ia tidak perlu repot-repot menolong Nayla sampai membawanya ke rumah sakit. Kalau saja tadi pagi ia memutuskan untuk putar balik ke jalan lain, mungkin ia tidak akan terjebak di rumah gadis merepotkan dan manja itu.

“Kenapa takdirku kayak gini, sih? Aku benci sama dia. Aku tidak menyukai gadis itu!" batin Elvan ketika langkah kakinya sampai di dapur.

***

Elvan kembali ke kamar Nayla dengan beberapa kantong kresek yang berisi camilan. Ia meletakkannya ke atas nakas dan melirik Nayla yang sudah tertidur. Tanpa berkata apapun Elvan berbalik dan keluar dari kamar Nayla.

Bunyi pintu yang tertutup, membuat Nayla yang sebenarnya pura-pura tidur lantas membuka mata. Ia mendudukkan diri dan menatap camilan yang Elvan letakkan tadi.

Nayla tersenyum tipis setelahnya. “Kamu beneran ninggalin aku, ya, Kak?"

“Kamu benar-benar pulang, Kak El?” gumam Nayla yang akhirnya memutuskan untuk beranjak dan bergegas turun.

"Wah, ternyata aku sendirian lagi, nih?” kekeh Nayla menahan sesak. Juga menertawai dirinya sendiri yang terlalu berharap lebih.

Tepat saat Nayla berbalik hendak kembali ke kamarnya, seseorang tiba-tiba membuka pintu. Nayla hampir saja senang karena ia pikir itu Elvan, tapi begitu menoleh ia justru mendapatkan tamparan keras pada sebelah pipinya.

“Sudah berani bolos lagi, ya, kamu?!” bentak seorang pria yang tidak lain adalah papa tirinya.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Tunangan Naif Pewaris Bengis   Kebahagiaan yang Melimpah

    Beberapa bulan kemudian, Nayla tiba-tiba merasa mual yang tak biasa. Elvan yang waspada segera menyembunyikan kekhawatirannya di balik senyum yang hangat. Ia sudah bisa menebak bahwa kabar baik akan datang.Meskipun begitu hati Elvan tak bisa menahan kecemasan yang berkobar di dalamnya. Akhirnya Elvan memutuskan pergi ke dokter untuk memastikan kondisi Nayla. Elvan berharap Nayla tetap sehat dan baik-baik saja tanpa ada masalah.Di sebuah ruangan, suasana gelisah terasa semakin nyata di antara mereka berdua. Elvan menggenggam erat tangan Nayla, memberikan dukungan dan kehangatan dalam ketidakpastian yang mereka hadapi bersama. Ketika hasil tes keluar, keheningan yang tegang memenuhi ruangan itu. Jantung mereka sama-sama berdegup kencang untuk menunggu detik-detik yang akan datang.Ketika hasilnya sudah keluar, Nayla menatap Elvan dengan mata berbinar, sebelum akhirnya ia meneteskan air mata kebahagiaan. “Aku hamil, Elvan,” ucap Nayla dengan suara bergetar.Elvan tersentak oleh kabar b

  • Tunangan Naif Pewaris Bengis   Sebagai Pendamping Setia

    Elvan dan Nayla memilih untuk hidup sederhana dalam rumah mereka yang indah. Walaupun begitu mereka tetap bisa menemukan kebahagiaan dalam hal-hal kecil, seperti berbagi senyuman di setiap pagi, berjalan-jalan di taman, dan menikmati waktu bersama tanpa banyak kemewahan yang membutuhkan. Nayla merasa senang bisa hidup bersama Elvan tanpa banyak sesuatu yang mewah. Nayla sangat bahagia karena rumah mereka penuh dengan canda tawa dan kasih sayang, sehingga selalu menciptakan suasana hangat dan damai di setiap sudutnya. Nayla merasa jika ia akan selalu bahagia. Nayla jadi yakin bahwa ia tidak akan pernah merasa menderita dan terluka jika hidup bersama Elvan.Berbeda dengan di masa lalu, walaupun mereka berasal dari keluarga yang penuh masalah, tapi mereka tidak ingin di masa depan mereka melakukan hal yang sama seperti orang tua masing-masing. Nayla akan berjanji jika suatu saat ia dan Elvan mempunyai anak, Nayla tidak akan membuat mereka merasakan apa yang ia rasakan di masa lalu. Nayl

  • Tunangan Naif Pewaris Bengis   Komitmen dan Janji

    Beberapa hari setelah pernikahan mereka, Elvan mempersiapkan kejutan istimewa untuk Nayla. Dengan hati penuh cinta, Elvan mengajak Nayla untuk menutup matanya dan membawanya ke depan rumah baru yang ia beli dengan kerja kerasnya sendiri."Kamu membuatku berdebar-debar, El. Sebenarnya apa yang sedang kamu rencanakan? Apa itu bisa membuatku menangis?" tanya Nayla tertawa geli ketika berjalan tertatih-tatih dengan Elvan di belakangnya dan menutup kedua matanya. "Ini rahasia, Nay. Tapi aku yakin bisa membuatmu tidak bisa berkata apa-apa," jawab Elvan tersenyum geli, ia menuntun Nayla untuk berjalan dengan hati-hati.Saat Nayla membuka mata, pandangan mata Nayla terpana melihat rumah sederhana namun modern yang disiapkan khusus untuk mereka berdua. Sorot mata Nayla pun bercahaya dalam kebahagiaan dan terkejut yang tak terkira. Benar kata Elvan, ia tidak bisa berkata-kata. Nayla melebarkan mata, sambil menutup mulutnya dengan kedua tangan. Benar-benar merasa seperti mimpi.Namun, kejutan E

  • Tunangan Naif Pewaris Bengis   Hari Penuh Makna

    Berbulan-bulan berlalu sejak hubungan antara Elvan dan Nayla semakin erat, kini suasana di sekitar mereka penuh dengan kehangatan dan harapan baru. Hubungan mereka menjadi semakin tidak terpisahkan. Rasa sayang mereka juga bertambah dalam dan luas.Elvan telah berubah menjadi pribadi yang lebih peduli dan penuh kasih, akhirnya hari ini memutuskan untuk mengajak Nayla ke kantor agama dan melangsungkan pernikahan yang dinantikan oleh keduanya. Tanpa perlu kemewahan, mereka hanya berharap bisa segera terikat satu sama lain.Hari yang penuh makna itu pun tiba. Nayla dengan cahaya kebahagiaan yang bersinar dari matanya, memilih untuk berdandan sendiri dan menggunakan make up yang sederhana sebagai bentuk kehematan. Nayla juga tidak ingin membuang banyak uang hanya untuk penampilan heboh selama satu hari. Meskipun sederhana, kecantikan alami Nayla tetap bersinar sebagai cermin dari kebahagiaan dalam hatinya. Nayla tetap menawan dan sempurna di hari pernikahannya. Tidak ada yang bisa menand

  • Tunangan Naif Pewaris Bengis   Kamu adalah Cahaya

    Elvan akhirnya sembuh dari traumanya setelah berbulan-bulan perjuangan yang panjang. Dengan tekad dan dukungan yang tak kenal lelah, ia berhasil bangkit dari keterpurukannya. Elvan benar-benar sudah berubah kembali menjadi Elvan yang hangat dan penuh perhatian pada Nayla. Benar, hanya saat dengan Nayla.Setiap langkah kecil yang Elvan ambil menuju pemulihan menjadi bukti kekuatan dan keteguhan hatinya. Elvan benar-benar sudah kembali menjadi Elvan yang dulu. Menjadi Elvan yang tidak akan menyakiti Nayla dan membuatnya terluka.Berbagai upaya dan terapi yang Elvan jalani membantu meredakan beban traumanya dengan baik. Dukungan dari orang-orang terdekat, termasuk Nayla, memberikan kekuatan tambahan baginya. Elvan bisa melewati semuanya karena semangat yang diberikan Nayla selalu ampuh untuk mengatasi rasa bosannya ketika menjalani terapi.Karena dengan semangat yang membara, Elvan telah berhasil melawan ketakutan dan kegelisahan yang selama ini menghantuinya. Rasa cemas Elvan kini sudah

  • Tunangan Naif Pewaris Bengis   Sudah Mendapat Restu

    Hari yang berjalan seperti biasa. Nayla sedang mengerjakan tugas yang belum selesai. Dan beberapa menit lagi sudah tiba jam makan siang. Walaupun lelah, Nayla sebenarnya sangat menikmati pekerjaannya yang menyenangkan. Meski harus sedikit menguras pikiran dan otak karena jika ada sedikit kesalahan, maka bisa menjadi kesalahan yang fatal. Tapi akhirnya setelah berulang kali memeriksa, Nayla telah yakin dengan hasilnya, ia segera mengirim ke email lalu tepat setelah itu jam makan siang telah tiba.Ketika Nayla baru selesai membereskan mejanya, tiba-tiba ia mendapat telepon dari mama Elvan, Laras. Nayla terkejut karena sudah lama sekali mereka tidak berhubungan. Tapi Nayla segera mengangkat telepon itu agar wanita itu tidak lama menunggu. Ketika selesai bertelepon, Nayla cukup penasaran karena mama Elvan mengajaknya bertemu di kafe. Itu artinya mereka akan membicarakan sesuatu yang serius. Dan entah kenapa Nayla cukup berdebar-debar.“Ada apa, Nay? Apa kamu tidak ke kantin?” tanya sala

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status