Saat suara basket sedang terdengar keras di bagian luar rumah, ada langkah kaki pergi menelusuri jalan menuju tempat yang dijadikan basket, terlihat jika matanya terus menonton anak remaja yang masih dengan begitu bersemangat untuk memasukkan bola ke dalam ring.Dug ... Dug ... Dug.Bola itu sudah lepas dari tangannya ketika seseorang itu masuk ke sana untuk membuat Victoria akhirnya terheran sejenak."Kakak-Ipar? Kenapa ada di sini?""Tentu untuk bermain dengan kamu, katanya kamu suka main basket, berani bertanding melawan aku?" tanya Gana sudah melepaskan dirinya menjadi orang yang lebih santai."Yah, tunggu aku."Victoria datang untuk merebut bola kembali, tidak peduli jika permainan itu adalah ujian dari Gana, apakah adik Marcella ini layak atau tidak untuk di biayai kuliah nanti ketika besar.Pria ini sangat bersemangat bermain dengan Victoria, dia tidak menyangka kalau adik-iparnya mampu untuk bisa bermain sebagus ini, bahkan bisa mengambil bolanya dari tangan Gana."Ternyata be
"Hey, Nona kecil, apakah kamu terlalu lapar hingga tidak bisa bersikap sopan di meja makan?" tanya Gana baru datang.Victoria tidak memperdulikan itu, karena makanan yang di masak Marcella sangat banyak, dia tidak akan membuang waktu untuk hal-hal yang dikatakan kakak-iparnya."Kamu jangan keras sama Victoria, biarkan dia makan dengan gayanya, tentu tidak baik harus bersikap sopan setiap waktu, menjadi diri sendiri jauh lebih menyenangkan hati," bisik Marcella membela adiknya.Gana terdiam dengan bisikan tersebut, bagaimana bisa dirinya harus berhenti untuk membiarkan Victoria makan dengan jorok seperti itu, tidak menggunakan pisau dan garpu, padahal Gana termasuk orang yang sangat bersih dan tidak mau melihat hal-hal seperti ini. namun lagi-lagi karena Marcella."Baiklah, terserah kamu dan dia saja," bisik Gana balik.Marcella lebih tenang sekarang, dia tidak mau sikap Gana membuat adiknya tidak nyaman berada di rumah ini, dengan membiarkan Victoria menjadi dirinya sendiri, itu sudah
Esok hari telah tiba, dua orang yang memasuki stadiun olah raga begitu sangat bersemangat, ada Victoria yang memakai seragam basket dengan nomor punggung dan nama Jose Piter, sudah jelas untuk mendukung idolanya itu."Kak Gana, apa kita akan duduk di kursi paling depan? karena pasti tidak akan terlihat kalau ada di atas, tapi kenapa Kak Marcella tidak ikutan sama kita? Apa kakak sakit?" tanya Victoria di dalam mobil sangat berisik untuk seorang Gana."Tidak tau, kamu diem di sini, nanti kamu akan lihat kita duduk di kursi mana saat sampai di tempat, tidak baik banyak bicara dalam perjalanan, lebih baik kamu pikirkan mau apa saat bertemu idola kamu itu," balas Gana duduk dengan tegap.Victoria mendengarkan Gana, namun dia sendiri tidak mungkin tidak memikirkan Marcella, padahal ini kesempatannya bisa foto dengan Marcella dan Jose, namun harapannya pupus.Gana sudah melihat adik-iparnya diam untuk lebih tenang di dalam mobil, mereka saling bertatapan saat keheningan terjadi, Victoria me
"Apa masih sakit?" tanya Gana sudah memeriksa kaki Victoria di dalam mobil.Wanita itu masih meringis kesakitan, dia tidak mungkin bilang terus terang kalau kakinya sakit sekali, namun tangan Gana terus menekannya dengan keras."Sakitttttt!" Gana menghentikannya, sekarang dia mengetahui di mana letak rasa sakit Victoria, dia mengoleskan salep di bagian tersebut."Tahan sedikit, aku oleskan kamu salep, nanti kita pergi ke dokter untuk periksa ini, jangan banyak bergerak," kata Gana tidak mau dibantah."Iya, kak."Victoria masih kesakitan, namun yang ada dalam pikirannya memang ke rumah sakit bersama Gana, kakinya sangat penting untuk latihan, kalau dia seperti ini, besar kemungkinan akan libur beberapa hari, kecemasan itu terlihat pada Gana."Tidak akan ada apa-apa, hanya beberapa hari, kamu jangan cemas seperti itu," katanya menenangkan."Iya, kak. Semoga tidak akan membuat aku patah semangat."Gana memberikan tangannya di bahu untuk adik-iparnya bisa tenang, hal sekecil ini juga tid
Gana berdiri di depan pintu sendirian, dia melihat Marcella yang datang menghampirinya, tentu tidak akan membiarkan lolos lagi."Kamu dari mana?""Aku dari kuburan, kenapa?""Kamu pergi di saat adikku sakit, apa yang terjadi? Apa kamu takut dengan aku? Tadinya aku hanya ingin bertanya kenapa dia jadi seperti ini, tapi kamu kabur, apa ini bukan perbuatan kamu?""Bukan, tapi aku mau memberitahukan satu hal sama kamu," balas Gana menarik Marcella.Dia memberikan ponsel kecil milik Victoria yang masih ada gantungan nama Jose."Coba kamu baca itu, ternyata adik kamu menginginkan aku," kata Gana membocorkan ini.Marcella membaca lebih detail yang ada di ponsel itu, hatinya sakit, namun dia tersenyum di depan Gana."Hal normal saat bertemu dengan pria seperti kamu," kata Marcella menanggapinya santai.Gana terheran, dia tidak menyangka ada wanita yang begitu santai dengan semua ini, padahal ada wanita lain yang menyukai dirinya."Kamu tidak marah?" tanya Gana ingin mengetahuinya, namun Marce
"Di mana ini?"Victoria bangun dari sana, matanya masih sembab dan bengkak karena terlalu lama menangis, apalagi kalau dia ingin memegang kantung matanya jadi sakit."Aw, apa aku terlalu banyak menangis? Tapi, kenapa aku tadi bermimpi sangat panjang? Apa tadi itu masa lalu yang aku lupakan sebelumnya?"Dia tidak mengingat betul ingatan masa remajanya itu, yang dia ingat hanya pernah pergi bertemu dengan Gana dan Marcella di rumah ini.Tok ... tok ...tok."Nyonya, ada tamu untuk Nyonya di luar," kata pelayan.Dia membuka pintu kamar, Victoria berpikir jika Gana sudah pulang."Siapa? Apa bos kamu yang pulan?" tanya Victoria tidak mau bertemu dengan Gana.Pelayan itu hanya menggelengkan kepala, dan ingatannya tentang atlet terkenal yang ada di hadapannya."Itu, Nyonya, ada atlet terkenal masuk ke dalam rumah nyari Nyonya, apa Nyonya kenal sama dia?""Iya, aku kenal sama dia, di mana Jose sekarang?""Ada di ruang depan Nyonya."Victoria bergegas pergi dari sana untuk bertemu dengan Jose d
"Iyah, kamu tau semua tentang aku di sini, tapi kamu tidak menyukai Gana sama sekali, aku berharap kamu tidak memiliki dendam terhadapnya, apa kamu memalukan sesuatu di belakang aku?" Tatapan Victoria sangat tajam, dia tidak mau ada terjadi hal-hal kriminal di sini."Tidak Victoria, kamu jangan salah sangka sama aku, kita sedang mencari keberadaan Gana, aku tidak suka Gana karena dia menyakiti kamu, tidak ada yang lebih bahkan ingin memberikannya pelajaran," jawab Jose berbohong.Sebenarnya dia juga tidak mau berbohong, karena Gana pantas mendapatkan hukuman itu."Maafkan Baby, dia sudah keterlaluan sama kamu, hanya sedikit aku memberinya pelajaran, bisa jadi sekarang dia masuk rumah sakit," batin Jose.Jose sudah bisa menebak itu semua, namun tidak mungkin memberitahukan ini pada Victoria yang sudah jelas akan bisa bersama Gana, sedangkan Gana sendiri memilih untuk pulang dan menjalani perawatan jalan dibantu oleh Dev."Di mana dia?""Mungkin di kamarnya Gan.""Jam segini tidak mung
Gana membuang muka dari wajah Victoria yang masih ingin mengetahui kebenarannya, akan tetapi itu semua memang membuat Gana dilema."Aku hanya kecelakaan kecil, jangan banyak tanya," ucap Gana dengan jawaban yang ketus.Victoria kembali menghela nafas panjang, dia memang harus bersabar menghadapi manusia dingin ini."Terserah kamu kalau begitu! Mau kamu kecelakaan atau dipukul orang, aku tidak mau tau lagi, aku keluar dulu, jangan jatuh ke lantai lagi, kasihan lantainya jadi kotor," ledeknya pergi dari sana.Gana merasa sebal dengan perkataan Victoria, bisa-bisanya lantai lebih dipedulikan daripada dirinya yang sakit."Untuk apa semua ini? Apa demi menutupi Jose di depan Victoria, itu tandanya aku sudah mulai menyukainya? Apa betul kata Dev?"Pria itu masih belum pasti dengan perasaan itu, dia masih terus membandingkan rasa di hatinya dengan Marcella.Gana tidur di dalam kamar, melupakan sejenak untuk masalahnya dengan Victoria dan Jose, memang badannya masih sangat kesakitan sekarang,