Keberhasilan Gana membuat Victoria bersamanya, Marcho juga terlihat sangat bahagia dekat dengan ibu sambungnya itu. "Victoria, kita menginap di sini," ucapnya membuka pintu hotel yang sudah di reservasi terlebih dahulu. "Kita satu kamar?""Lalu? Apa kamu mau tidur di luar?!"Gana masuk lebih dulu, wanita itu hanya menahan rasa kesal atas jawaban Gana. "Huh, sabar Victoria, kamu jangan terpancing, sifatnya memang seperti itu, kamu harus santai," batin Victoria sedang memberikan semangat pada dirinya sendiri. Marcho cepat sekali tertidur, ada tempat tidur kecil yang Gana minta untuk Marcho sudah menjadi tempat tidur anak itu. "Aku atau kamu yang mau mandi duluan?""Heh? Man... di?""Iya, mau tidur tanpa membersihkan badan kamu? Apa kamu tidak mau ganti pakaian?"Lirikan mata Gana dari atas sampai bawah terlihat sinis dengan apa yang dikenakan Victoria. "Eh, benar juga. Kalau begitu aku duluan, kamu jangan ikut.""Siapa juga yang mau? Cepat masuk dan jangan lama-lama! Aku sudah ger
"Marcho di mana?"Pertanyaan itu dilayangkan untuk Victoria yang baru saja mengikuti Gana keluar dari kamar mandi. "Entah, aku juga baru keluar, kamu jangan tanya aku.""Eh, sudah jelas tadi aku membiarkan kamu berdua dengan Marcho, jangan bercanda sama aku, di mana kamu sembunyikan Marcho? Dia juga harus mandi dan beristirahat kembali.""Tenang Gana, aku pun bingung harus menjelaskan ini bagaimana, tapi tadi Marcho masih ada di sini, dan aku juga tidak tau dia di mana?"Victoria bingung, dia mencari ponselnya yang tadi ada di atas tempat tidur, tidak ada, begitu juga ponsel Gana yang dicari pria itu ternyata tidak ditemukan. "Serius kita di sini tanpa alat komunikasi agar bisa minta bantuan keluar? Gawat betul ini!"Gana mendengarkan istrinya dari tadi mengeluh tanpa berpikir solusi yang tepat, Gana melihat masih ada jendela hotel itu yang menjadi salah satu jalan untuk meminta bantuan. "Kamu mau keluar kan?""Yah, aku sangat mau keluar, memangnya gimana?"Victoria sangat ingin me
Cara Jose ini cukup ampuh agar membuat Victoria akan jauh dari Gana, dia juga punya kesempatan untuk lebih dekat. "Iya, sekarang aku menjadi pelatih utama untuk tim kalian, termasuk kamu, karena aku yakin kamu bisa menjadi ketua tim, maka kamu diperlakukan khusus.""Mungkinkah aku bisa menolak?""Tidak mungkin!""Pemaksaan status dan nama kampus.""Begitu rupanya, kamu mau apa? Mau menggagalkan mimpi kamu selama ini?""Bukan begitu, tapi aku rasa ini sangat kebetulan."Jose masuk ke dalam mobilnya, begitu juga Victoria yang ikut ke dalam mobil Jose, cara itu sudah membuat wanita seperti Victoria tidak bisa berkutik dan menolaknya lagi. "Lalu apa?""Aku hanya tidak mau urusan pribadi dilibatkan sama pertandingan ini, dan kamu sepertinya menyalahgunakan semua ini.""Semua orang ingin dilatih sama aku, predikat aku bagus, prestasi aku seluruh dunia mengetahuinya, bukankah itu bisa kamu manfaatkan? Apa kamu tidak mau dilatih olehku?""Mau, kamu tau kan dari dulu idola aku itu kamu, tapi
Dalam renungan Jose yang ada di dalam kamarnya, dia tidak luput membayangkan kebahagiaannya di masa yang akan datang bersama dengan Victoria. "Baby, kamu adalah waktu yang akan datang untuk aku kelak, mungkin Gana hanya menjadi suami masa kini yang tidak lama melepaskan kamu, tapi aku, akan selamanya ada untuk kamu, percayalah."Setelah berucap, barulah Jose memejamkan matanya yang sangat kantuk itu. Di pagi harinya, Victoria sudah bangun lebih dulu daripada Jose, wanita itu terlihat bugar setelah mandi, dia paham kalau pintu kamarnya sudah dikunci oleh Jose. "Percuma aku kabur atau teriak, yang terpenting nanti aku harus ke kampus, latihan jauh lebih penting, kampus juga meminta Jose untuk melatih aku, mungkin memang aku harus lebih fokus dulu ke permainan ini."Victoria tidak memaksa dirinya harus berada di sisi Gana pada saat ini, tetapi dia melihat bayangan seseorang dari jendela kamar tersebut. "Eh, tadi itu apa?"Victoria merasakan pergerakan manusia di sana, tetapi tidak ad
"Aku ke sini untuk mencari kamu, apa kamu sudah lapar?""Jose, ini belum waktunya pulang, ayolah kamu serius sedikit."Victoria tahu itu hanya alasan Jose yang mengetahui sesuatu. "Kalau begitu, aku kembali lagi, jangan lupa kita bertemu di lapangan basket, mungkin beberapa menit lagi.""Iya, Jose."Victoria lega dan tarik nafas panjang setelah Jose pergi, pria yang dari tadi selalu membuatnya risih. "Apakah harus hidupku jadi seperti ini? Pasti ada orang yang menjadi kaki tangannya, tapi siapa? Tidak bisa ya, orang tidak mau dibayar hanya untuk pekerjaan kotor?!"Victoria masuk ke dalam kelas, semangatnya cukup tinggi setelah bertemu dengan Gana, senyumnya tidak hilang di dalam kelas, ada tatapan wajah suaminya yang masih membayangi pikirannya sendiri. Laporan dari seseorang mengirim pesan pada Jose, jika raut wajah Victoria sangat segar dan ceria setelah masuk selesai dari kamar mandi tadi. Kelas sudah bubar, Victoria segera bersiap ke arah kamar mandi, dia akan berganti seragam
"Maafkan aku, Baby. Terpaksa aku memarahi kamu demi menjaga harga diriku yang hampir kamu jatuhkan, jujur aku marah dan tidak terima, tapi aku pun tidak mau kehilangan kamu."Jose tetap memikirkan dalam hatinya, pikiran yang tidak tenang itu mengingatkan satu hal. "Victoria, aku mau tanya.""Apa Jose?""Kamu sudah bertemu dengan Gana?""Loh, kenapa kamu tanya seperti itu?""Tadinya aku mau bahas yang lain, tapi rasanya pertanyaan aku yang tadi sudah ada hubungannya dengan pertanyaan kamu di lapangan, apa itu benar?""Heh? Aku dari tadi sama kamu, tadi juga aku ada kelas, bagaimana mungkin bertemu dengan Gana?"Victoria mencoba meyakini Jose jika dirinya memang tidak bertemu dengan suaminya, tetapi Jose bukan orang bodoh, dia mencari tahu nanti, jika memang Gana penyebab pertengkaran dan emosinya naik, maka dia tidak akan memaafkannya. "Kamu benar juga, kalau begitu cukup kamu paham sendiri, aku tidak mau bahas yang di lapangan, aku harap kamu mengerti aku, fokus kita ke latihan, jan
Gana segera berdiri dan mengambil foto Victoria, memang pikirannya masih tertuju pada istrinya yang berada di kediaman Jose. "Victoria, apa kamu baik-baik saja?"Gana menjatuhkan foto tersebut, tangannya meleset saat ingin mempertahankan foto tersebut. "Astaga! Ini sudah pasti ada apa-apa, aku harus pergi ke rumah Jose."Gana tidak mau terlambat, padahal Jose juga tidak melakukan apa pun, pria itu hanya tidur di sampingnya, pria mana yang mau merusak wanita yang paling dia cintai, dia hanya memerlukan kehadiran Victoria di sampingnya saja. Saat Gana ingin pergi ke rumah Jose, terlihat Marcho yang berteriak namanya. "Marcho?"Gana mengurungkan niatnya tersebut, membiarkan semua kekhawatirannya dia pendam malam itu. Sampai pagi matanya masih terjaga untuk Marcho yang akan siap menjalani pengobatan kembali, cuci darah yang dia lakukan harus rutin. Anak kecil itu menjadi murung saat menjalani pengobatan yang membuatnya ketakutan, tetapi dia tidak dapat berontak ataupun menolaknya.
Jose yang sudah bersiap di lapangan basketnya menggunakan seragam dengan nomor miliknya selama ini. Dunia sudah mengenalnya dengan nomor andalan, begitu juga Victoria yang selama ini selalu menggantungkan seragamnya yang ada di dinding kamar. "Jose, aku sudah siap, kamu mau bermain?""Tentu, apakah kamu tetap mau menggunakan sandal jepit?""Eh, aku lupa, aku ganti sepatu dulu."Victoria salah tingkah, wanita itu sedikit terpesona dengan keberadaan Jose di tengah lapangan, sangat tampan. "Jose itu, dia kapan menjadi jelek? Semoga aku kuat agar tidak tergoda dengannya, kita hanya sebatas pelatih dan muridnya."Victoria sudah mengganti sepatunya, dia berlari ke arah tempat posisi Jose berada. "Aku sudah siap."Kini giliran Jose yang terpana dengan pesona Victoria, jantungnya yang berdetak lebih cepat di dekat wanita itu. "Cantik, tidak ada yang bisa mengalahkan eloknya paras Baby Victor, hati ini sudah tepat mencintainya."Jose memegang bagian dadanya sendiri, ada yang dia rasakan, y