Share

Bab 6

Penulis: Hanni Hann
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-23 10:56:18

Setelah bertahun-tahun melewati pelatihan yang berat dan misi percobaan yang nyaris merenggut nyawa, keduanya akhirnya diterima sebagai anggota resmi NOX pada usia dua puluh tujuh tahun.

Bagi orang lain mungkin pencapaian ini tidak berarti apa-apa. Tapi bagi mereka yang datang dengan membawa luka dan dendam, ini adalah pencapaian luar biasa yang didapatkan bukan hanya menggunakan hasil keringat, tapi juga darah dan air mata.

Saat ini mereka ditugaskan mendadak ke sebuah area gudang tua terbengkalai yang diyakini sebagai tempat persembunyian orang yang mencuri dokumen internal NOX. Keduanya ditugaskan bersama agen bernama Erico, untuk mengambil kembali dokumen tersebut.

Berbeda dengan si kembar yang datang karena balas dendam, Erico datang dari kehidupan yang nyaman dan berkecukupan.

Namun rutinitas itu memicu rasa bosan di dalam dirinya hingga membuatnya memilih dunia bayangan yang penuh adrenalin, sesuatu yang tidak bisa dibeli dengan uang.

Malam yang pekat dan dinginnya udara yang menusuk menemani mereka dalam menjalankan misi ini. Di sana, di dalam gudang tua itu langkah kaki mereka bertiga bergema samar di sepanjang koridor yang gelap gulita.

Aroma dari karat besi dan debu yang tak tersentuh dalam waktu yang lama memenuhi indra penciuman mereka. Joylin bergerak dengan lincah menyusuri sisi kiri koridor sementara Jayden di sisi kanan.

Erico dengan langkah santai yang penuh rasa percaya diri menjaga jarak aman di belakang kedua kakak beradik itu.

Joylin melirik sekilas ke arah Erico yang berjalan santai di belakang mereka dengan satu tangan yang dimasukkan ke dalam saku celananya seolah ini bukan misi berbahaya. “Apa dia pikir kita sedang piknik disini?” gumam Joylin pelan melalui earpiece.

Jayden mendengus pelan, “Biarkan saja, selama dia bisa menutupi punggung kita saat diperlukan,” balas Jayden tidak peduli. Tapi dari nada bicaranya, terdengar jelas bahwa ia tak sepenuhnya percaya pada pria itu.

Bermodalkan cahaya remang-remang dari rembulan yang menerobos masuk dari celah bangunan, “Seseorang sudah ada disini lebih dulu,” bisik Joylin sambil menunjuk sarang laba-laba yang rusak di arah pintu yang menghubungkan ke ruangan lain.

Saat perhatian Jayden dan Erico sedang terfokus pada Joylin, tiba-tiba saja terdengar suara benda jatuh dari arah rak logam yang tak jauh dari posisi mereka saat ini.

Jayden refleks menunduk dan mengisyaratkan untuk bersiap. Dari balik bayangan dua pria bersenjata muncul dan menyadari kehadiran mereka. Pria itu melepaskan tembakan ke arah tiga agen tersebut. Beberapa peluru menghantam kontainer tua dibelakang mereka dan menyebarkan serpihan logam berkarat yang beterbangan di udara.

Joylin segera berpindah ke pilar beton terdekat dan melepaskan beberapa tembakan balasan. Jayden memanfaatkan kesempatan itu dengan melompat ke sisi lain membuat fokus musuh terpecah.

Salah satu pria maju terlalu terbuka menciptakan timing yang pas bagi Jayden untuk meluncur ke arahnya dan menghantam perut pria itu dengan lututnya serta memelintir pergelangan tangannya hingga senjatanya terjatuh.

Di sisi lain, Joylin melesatkan pelurunya ke kaki pria kedua dan berhasil membuatnya tersungkur. Tetapi ada kejadian tak terduga, tiba-tiba tiga pria muncul dari kegelapan yang mengejutkan Joylin. “Back up mereka datang!” seru Joylin.

Erico akhirnya beraksi, melemparkan dua pisau lipat ke arah tiga pria itu, tapi hanya satu yang tepat sasaran, menancap dipundak musuh. “Kalian membuang-buang waktu,” ujar Erico sambil melepaskan beberapa tembakan.

Jayden bergerak dengan presisi menuju tumpukan palet di dekatnya dan memanfaatkan ketinggian itu untuk satu musuh dari atas dan menjatuhkan tubuh pria itu dengan hantaman keras.

Salah seorang dari mereka mencoba kabur dengan membawa tas di punggungnya yang diduga berisi dokumen yang mereka cari. “Dokumennya!” teriak Joylin.

Tanpa aba-aba, Jayden mengejar pria itu melewati lorong yang minim cahaya. Pria itu menjatuhkan beberapa rak logam untuk menghambat Jayden yang sedang mengejarnya. Namun usahanya sia-sia. Jayden berhasil melewati rintangan itu dan menendang punggung musuh hingga jatuh terjerembab.

Dengan panik pria itu meraih senjatanya tapi Jayden mendahuluinya. Ia membanting tubuh pria itu ke dinding dan mengunci tangan di belakang yang membuatnya tidak bisa bergerak. “Aku mendapatkan mu,” bisik Jayden sambil menyentakkan tangan pria itu hingga senjatanya terjatuh.

Jayden berhasil melumpuhkan musuh dengan cekatan sebelum mengikatnya agar tidak memberikan celah untuk kabur. “Katakan bagaimana kau bisa mencuri dokumen ini tanpa terdeteksi oleh sistem keamanan?” tanya Jayden berusaha menginterogasi musuh.

Nafas musuhnya terdengar saling memburu dengan keringat yang mengucur deras membasahi wajahnya. “Jawab atau kubuat kau diam untuk selamanya!” gertak Jayden mengeluarkan pisau lipat dari sakunya dan menempelkannya ke bawah dagu orang itu.

Orang itu menelan ludah dengan kasar. Dirinya enggan untuk memberikan jawaban. “Masih tidak ingin menjawab?” tanya Jayden lagi dengan suara yang tenang namun ada bahaya dalam nada bicaranya.

“S–Seseorang telah menjualnya pada kami!” akunya dengan nafas yang terengah-engah.

“Heh, ada pengkhianat diantara kalian,” lanjutnya sambil meludah darah.

Rahang Jayden menegang, “Sebutkan siapa orang itu sekarang atau aku akan …,” ancamnya sedikit menekan pisaunya ke leher musuh.

“Apa yang membuat kalian begitu lama menyelesaikan ini?” tanya Erico dengan suaranya yang berat membuat si kembar terkejut. Melihat sosok Erico yang tiba-tiba muncul membuat mata orang asing itu membelalak, seolah ingin mengakui sesuatu.

Pria itu melirik ke arah Erico, bersiap untuk membuka mulutnya. Namun sebelum mengucapkan sepatah kata, tiba-tiba saja terdengar suara tembakan yang berasal dari pistol Erico.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Twilight of Us    Bab 20

    Beberapa jam sebelum keberangkatan Joylin“Aiden, kau menyukainya, kan?” tanya Luna menyandarkan tubuhnya pada dinding ruangan tempat mereka melakukan rapat terakhir kali. Aiden yang sedang menyiapkan beberapa barang langsung menghentikan aktivitasnya, “Apa maksudmu, Luna?” tanya pemuda itu refleks menoleh pada Luna.“Joylin. Aku tahu kau punya perasaan padanya. Dia gadis yang melanggar misinya demi menyelamatkanmu, kan?” tanya Luna menyorot Aiden dengan tatapan yang menenangkan.Aiden tidak langsung memberikan jawaban, namun Luna seolah dapat menebak apa isi hati rekannya. “Aku benar, ya? Mengubur perasaanmu dalam-dalam hanya akan membuatmu menyesal, Aiden,” tambah gadis itu, lalu berjalan ke arah Aiden dan menyentuh bahunya.“Sebaiknya kita segera berangkat,” balas Aiden datar, mencoba untuk mengabaikan perkataan Luna. Namun di dalam hatinya, ia membenarkan apa yang Luna katakan. Samar-samar sudut bibirnya terangkat, tak dapat menyembunyikan perasaan aneh yang menggelayuti hatinya

  • Twilight of Us    Bab 19

    Keduanya saling pandang beberapa saat, lalu mengangguk yakin. “Kami siap menerima konsekuensinya, Paman,” ucap Jayden, sorot matanya penuh dengan keyakinan.Nathan menarik napas panjang dan menghembuskannya lewat mulut. “Maaf, tapi paman tidak sanggup kalau harus kehilangan kalian berdua,” balas Nathan menutpi mata dengan jemarinya. Pria itu tertunduk, bahunya sedikit turun kali ini.Joylin berdiri dari duduknya, berjalan ke arah Nathan dan berjongkok tepat di hadapan pamannya. “Paman … Terima kasih sudah menerima kami menjadi bagian dari keluargamu dan maaf kalau kami sangat egois,” ujar Joylin menyunggingkan senyum tipis yang menenangkan.“Dulu paman pernah bilang, begitu masuk ke dunia ini kami tidak bisa mundur begitu saja. Ingat, kan?” tanya Jayden, berjalan dengan tenang mendekati Nathan yang masih tertunduk lesu. “Kami janji, akan pulang dengan selamat,” tambahnya di ikuti oleh anggukan Joylin di sampingnya.Nathan mengangkat kepalanya perlahan, matanya merah seperti menahan ta

  • Twilight of Us    Bab 18

    Joylin melangkah keluar dari ruangan Edric dengan cepat, seakan ingin menjauh dari semua yang menyulut emosinya. Tangannya menggenggam dokumen yang Edric berikan, sementara tangan yang lain sibuk mengutak-atik ponselnya.Joylin: Dimana?Jayden: Di depan gedung, syukurlah kau sudah sadar. Tunggu di ruangan.Joylin: Terlambat. Aku sudah di lobi, aku segera kesa—Langkahnya terhenti ketika mendapati Erico sudah menghalangi jalannya. Gadis itu memutus sambungan telepon, lalu menatap Erico dengan tajam.“Hei, kau kelihatan terburu-buru. Bagaimana kalau kita sarapan bersama terlebih dahulu?” tanya Erico mencoba basa-basi dengan senyum memuakkan terukir di wajahnya.Joylin tidak mengatakan sepatah kata pun dan terus melangkah— tapi Erico terus menghalangi jalannya. “Minggir,” desis Joylin dingin, alisnya bertaut.“Lihat wajahmu ini, sebenarnya apa yang terj—” tangan pria itu bergerak, hendak menyentuh wajah Joylin yang masih pucat namun dihentikan oleh seseorang.“Edric menunggumu di ruang

  • Twilight of Us    Bab 17

    Mata Luna membelalak, mulutnya sedikit terbuka berusaha mengeluarkan kata-kata yang tertahan di tenggorokannya. “Apa maksudmu, Jay?” “Saat di rooftop tadi aku mendengarmu menggumam,” balas Jayden. Luna terdiam, gadis itu terlihat menelan ludahnya dengan kasar. Pemuda itu mendecak, “Maaf. Lupakan saja,” ucap Jayden, lalu masuk ke dalam mobil disusul oleh Luna. “Jay, maaf sudah merepotkan,” ucap Luna, lalu menyandarkan tubuhnya ke kursi yang dingin. Hari ini benar-benar melelahkan. “Tidak masalah,” balas Jayden singkat. Ia menunduk, lagi-lagi pria itu tanpa sadar melakukan kebiasaannya dengan Joylin— memasangkan sabuk pengaman pada Luna. Gadis itu refleks menoleh membuat wajah mereka nyaris bersentuhan. Pipinya memerah seketika, lalu buru-buru mengalihkan pandangannya. “Aku bisa memakainya sendiri,” ucap Luna tergugup sambil memainkan ujung baju dengan jemarinya. Jayden yang tersadar langsung memperbaiki duduknya secepat kilat. “Ah! Haha, kita jalan sekarang. Tunjukkan jalan

  • Twilight of Us    Bab 16

    Jayden tertegun, “Dia? Siapa yang dimaksud Luna?” batinnya bertanya-tanya. “Luna?” sahut Jayden pelan, dengan ragu-ragu ia mendekati Luna yang tengah terhanyut dalam lamunannya. Malam begitu tenang, hanya dihiasi oleh desir angin menambah hening dan tekanan diantara mereka.Luna menoleh perlahan, matanya masih basah oleh air mata yang ia coba sembunyikan. Suara Jayden yang lembut membuat jantungnya berdebar.Dengan tangan yang gemetar, Luna segera menghapus air matanya dengan terburu-buru, berharap Jayden tak melihat sisi lemahnya.Jayden menatap Luna, sorot matanya tak pernah lepas dari gadis di hadapannya. Dia bisa melihat adanya kesedihan yang terselubung meski gadis itu berusaha menyembunyikannya.“Kau menangis?” tanya Jayden dengan nada yang lebih lembut, seolah memberikan Luna kesempatan untuk membuka diri padanya.“Ah, sepertinya ada sesuatu yang masuk ke mataku. Haha,” ujar Luna mengucek kedua matanya seolah berusaha meyakinkan Jayden kalau dirinya baik-baik saja, kemudian te

  • Twilight of Us    Bab 15

    Ketika mendapat laporan dari Joylin bahwa target telah berhasil dieksekusi Jayden dan Aiden langsung menghela napas lega, seolah segala beban yang ada di bahu mereka terangkat. Keduanya bergegas menuju ke titik kumpul dengan senyum samar di wajahnya.“Jay, Aiden … Joy, dia tidak sadarkan diri,” ucap Luna terdengar panik melalui earpice di telinganya. Senyumnya memudar, kegelisahan yang tadinya bersarang di hati Jayden yang perlahan hilang kini tergantikan oleh panik dan khawatir ketika mendengar ucapan Luna.Detak jantungnya tak beraturan, Jayden berusaha untuk tetap tenang. “Apa yang harus ku lakukan? Membawanya ke rumah sakit?” pikir Jayden sambil mencengkeram erat setir mobil.“Tidak. Itu terlalu berisiko, terlebih Joylin baru saja menyelesaikan misi. Seharusnya aku tidak membiarkannya pergi sendirian,” batinnya terus bergemuruh, penyesalan mulai menggerogoti hatinya, membentuk luka baru di antara rasa bersalah yang ia pendam.“Jay, Luna, tenangkan diri kalian. Bergegaslah ke marka

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status