Share

UANGKU BUKAN BERARTI UANGMU, MAS!!!
UANGKU BUKAN BERARTI UANGMU, MAS!!!
Author: Yanikdwilestari

1. Jatah bulanan

last update Last Updated: 2022-12-07 14:25:44

Jangan lupa like, komen dan follow cerita-cerita ku yang lain...

*****

"Astaghfirullah... Kenapa cuman segini mas. Biasanya kamu memberiku 3 Juta sebulan. Kenapa ini cuman 800 Ribu?"

"Mana cukup buat hidup sebulan mas!! Apalagi harus bayar SPP Anita. Beras, minyak, gula pasir, kopi, semua juga sudah pada habis. Kamu gimana sih mas??" Cerocosku pagi hari saat mas Bowo menyerahkan gajiannya kepadaku.

"Halah berisik banget sih Da, kamu cukup-cukupin tuh uang segitu. Lagian kamu harus tau, ibuku perlu biaya berobat. Kamu mau ibu tambah sakit, hah????" Bentak mas Bowo

"Tapi mas, kamu kan juga bisa patungan sama si Lusi adik kamu. Bukan berarti kamu harus membiayai sendiri!!

"Heh, kamu harus tau Da. Aku tuh anak lelaki, kewajiban utama ku tetap kepada ibuku, bukan kamu."

"Tapi mas, kalau sudah menikah yang lebih utama itu kebutuhan istri. Rumah tangga kita. Baru yang lainya..."

"Aku juga gak masalah kalo harus bantu ibuk.. Tapi kan mas bisa memberikan satu juta dulu, biar yang 2 Juta bisa kita buat hidup sebulan ke depan!! Kalau kayak gini gimana kita bisa hidup mas??"

"Kamu kan juga kerja Da??? Kamu juga berpenghasilan. Kamu jadi istri jangan pelit-pelit dong sama suami dan mertua. Masih mending ibu sudah memberikan kita rumah. Jadi kita ga usah susah-susah buat beli rumah. Kamu tuh jadi istri gak ada rasa bersyukurnya"

"Mas, aku bekerja hanya untuk membantu bukan sebagai tulang punggung. Harusnya kamu sebagai suami itu yang tanggung jawab. Dan soal rumah ini, memang sudah sepatutnya kamu memberikan anak istrimu tempat tinggal yang layak. Entah dari manapun itu berasal. Jadi itu bukan lah sebuah alasan pembenaran untuk kesalahanmu ini mas!!" Kataku yang juga tak mau kalah dengan mas Bowo.

"Halah, cerewet kamu tuh Da.. Emang dasarnya kamu ga bisa bersyukur dan pelit sama keluargaku." Kulihat mas Bowo pergi meninggalkan ku yang masih menahan rasa marah.

Okelah mas kalau itu maumu.. Aku juga akan bermain cantik sepertimu. Kau selalu mengutamakan orang tuamu, dan selalu mengabaikan aku yang juga ikut pontang panting berjuang mencari nafkah. Kita lihat, siapa yang akan menang??

******

Aku bergegas pergi ke warung milik Mak Yem untuk membeli beras 1 kilo, tempe, gula, garam dan minyak goreng 1liter.

"Tumben belanja cuman ini aja Da??"

"Iya mak, soalnya yang lainya masih ada" jawabku.

"Oooh, iya sudah ini semua totalnya 44,500." Kata Mak Yem sembari memberikan barang belanjaan ku dan kuserahkan uang 45ribu kepadanya.

"Kembalinya tak kasih micin aja ya da.. Gak ada kembalian 500 soalnya"

"Boleh mak..." Ku buka kresek belanja ku, dan mak yem memasuk kan bumbu penyedap rasa ke dalamnya.

"Makasih mak.. Aku pulang dulu."

Setelah sampai rumah, aku memasak tempe goreng, dilengkapi dengan sambal tomat kesukaan ku sendiri. Sedangkan Anita, biarlah nanti akan aku buatkan dia telur. Keenakan mas Bowo bila aku menggoreng telur sekarang.

"Kamu gak masak Da hari ini???"

"Lah mas ga lihat, ada tempe goreng di atas meja?? Kok masih bilang aku ga masak??"

"Maksudku, menu yang lainnya Da. Masa cuma tempe goreng sama sambal tomat??"

"Masih mending ada makanan yang bisa dimakan mas.. Uang 800 Ribu bisa buat makan aja kita harus bersyukur." Ucapku dengan kesal.

"Kan kamu juga baru gajian. Masak gajian baru masuk, kita malah makan tempe. Ayam atau daging, dong!!"

"Uang yang kau berikan tak cukup untuk beli itu mas. Udah, dimakan aja. Gak usah banyak protes. Oh ya satu lagi, uang gajiku juga bakal aku kasih ke emak bapak ku di kampung."

"Loh, gak bisa gitu dong da??? Terus gimana kita bisa makan?? Kan, uang dariku tidak cukup??"

"Itu urusan mu sebagai kepala keluarga mas. Ingat dalam islam, uang suami itu adalah hak istri. Dan di dalam uang istri, tidak ada sedikitpun hak suami. Jadi, uangku bukan berarti uangmu mas!" Aku meninggalkan mas Bowo yang juga menahan amarah kepadaku, terlihat dari wajahnya yang sudah merah padam.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (9)
goodnovel comment avatar
Tina Tinul
ya Allah sabar kak
goodnovel comment avatar
Tina Tinul
jos lanjut
goodnovel comment avatar
Sutri Ani
yg paling menyakitkan tdk bisa terlupakn kata2 suamiku yg mengatakn apa haknya sya dlm gajinya sesak dadaku mendengr ucapannya.........
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • UANGKU BUKAN BERARTI UANGMU, MAS!!!   128. Ending

    Setelah semua kejadian yang menimpa Lusi, awalnya dia begitu terpukul dan hampir depresi. Karena dia memang bakal tak bisa mempunyai anak untuk selamanya.Berkat kesabaran Ibunya, dan juga Bowo yang selalu memberi dukungan, perlahan Lusi mampu menerima takdirnya.Begitupula Dendi yang juga perhatian pada nya pasca kehilangan buah hati mereka. Tapi semenjak kehadiran Romi, mantan pacar Lusi dulu, hidupnya berubah. Terutama hubungan nya dengan Dendi.Rama, lelaki yang dulu mencintai Lusi sepenuh hati. Tapi karena dulu dia belum memiliki pekerjaan yang mapan, dia pun memilih untuk mundur. Apalagi waktu itu dia melihat Lusi yang juga sudah dekat dengan Dendi yang memiliki pekerjaan dengan penghasilan yang lumayan besar.Hingga akhirnya, dia pun memilih untuk merantau. Bekerja jadi kontraktor disebuah tambang."Lus...!" Sapa Rama saat mereka bertemu membeli martabak disebuah sentra PKL bersama Narendra."Rama....!" Balas Lusi yang juga tak kalah bahagia dan mereka pun bersalaman."Anak kam

  • UANGKU BUKAN BERARTI UANGMU, MAS!!!   127. perpisahan

    Hallo Mas!" Sapanya begitu lembut saat mengangkat telepon ku."Lagi apa Ras?""Nih, lagi santai sama calon anak kamu. Oh iya, uda makan belum?" Tanya nya.Aaah, Laras benar-benar perhatian sekali. Bahkan Lusi pun jarang menanyakan hal sekecil ini tapi mampu membuat ku merasa dipedulikan. Tak seperti Lusi yang hanya lebih sering menanyakan uang dan uang.Untung saja aku cinta. Kalau tidak, mungkin aku sduah meninggalkan nya."Sudah kok. Kamu juga sudah makan apa belum? Jangan sampai telat makan ya?" "Iya Enggak Mas." Jawab nya seraya tersenyum."Oh iya Ras, mobil yang kujanjikan pada Lusi sudah datang hari ini. Ku rasa dia begitu bahagia!" Ucapku.Tapi Laras tak menanggapi ucapan ku."Halo Ras kamu masih disana?" Tanya ku.Karena memang seketika suasana jadi hening. Hanya terdengar suara helaan napas yang berat keluar dari mulutnya."Iya masih Mas. Tapi aku ngantuk mau tidur dulu. Capek!" Jawab nya seketika cuek."Oh yasudah kalau gitu, kamu istirahat dulu gih. Met tidur ya sayang dan

  • UANGKU BUKAN BERARTI UANGMU, MAS!!!   126. pov. Dendi

    Aku dulu memang sangat mencintai Lusi. Apapun yang dia inginkan, sebisa mungkin bakal aku turutin.Tak ada kata penolakan yang bakal keluar dari mulutku ini, semua ucapannya pasti ku iyakan. Tapi ada satu hal yang mengganjal hatiku. Aku ingin keturunan. Sudah hampir lima tahunan aku dan Lusi menjalin rumah tangga, tapi kami belum juga dikarunia i seorang anak.Lantas aku harus bagaimana? Apakah aku harus menunggu terus dengan sabar? Tapi sampai kapan? Aku juga tak tau kapan umurku akan berakhir. Tapi setidaknya sebelum umur ku usai, aku sudah memiliki seorang penerus.Semakin hari aku semakin bimbang. Ingin rasanya menyudahi hubungan ku dengan nya, tapi aku masih terlalu cinta."Ini pesanan nya ya Pak!" Ucap seorang pelayan restoran saat kapalku sedang bersandar dan kami makan malam disuatu kota.Aku melihat gadis ini begitu manis, dengan postur tubuh yang aduhai menggoda iman. Ku lirik name tag nya, dan kulihat nama yang tertera disana "Laras".Aku pun tersenyum manis padanya, dan di

  • UANGKU BUKAN BERARTI UANGMU, MAS!!!   125. tak tertolong

    Drrrt... Drrrt... Drrrt...Aku jadi terbangun kala hp ku berdering karena sebuah panggilan masuk. Setelah ketahuan hamil, Ibu menyuruhku untuk lebih banyak istirahat. Karena kata Ibu, kehamilan ku ini sedikit rewel. Apalagi ini masih trimester pertama yang pastinya masih teler-telernya. Kuraih hp yang tergeletak tak jauh dari tempat ku berbaring, kemudian melihatnya. Ternyata Mas Dendi lah yang sedang menelponku.Dengan semangat 45, aku pun langsung mengangkat panggilan darinya. Dan sudah pasti, senyum ku pun memgembang."Hallo, iya Mas!" Ucapku "Lus, kamu beneran kan? Kamu gak bohong kan?" Pertanyaa Mas Dendi langsung memberondong ku."Iya Mas, masa' iya aku bohong sih sama kamu Mas?" "Alhamdulillah... Ya Allah Lus, kamu tau aku begitu bahagia. Hiks!" Dari nada suaranya, Mas Dendi begitu terharu."Mas nangis?" "Mas cuman bahagia Lus, Mas gak nyangka akhirnya kamu hamil juga. Tapi....!" Ucapanya terhenti.Tapi aku paham maksut dari ucapan Mas Dendi ini. Tapi dia juga sudah mengham

  • UANGKU BUKAN BERARTI UANGMU, MAS!!!   124. positif

    Karena perjanjian ku dengan Mas Dendi inilah, sekarang aku bisa hidup lebih bahagia. Apalagi dengan harta yang lebih bergemilang. Walau aku harus berbagi suami dengan wanita sialan itu.Tiga hari lagi Mas Dendi juga akan pulang. Dan dia berniat ingin bersama ku nantinya. Jujur saja, aku sudah kehilangan hasrat bersama Mas Dendi. Tapi, mau tak mau aku harus tetap melayani nya.Toh aku juga dapat imbalan yang setimpal. Apapun yang aku ingin kan, Mas Dendi selalu menuruti apapin yang aku ingin kan.Yang terpenting saat ini, aku harus bersiap dan merias diri secantik mungkin. Agar nanti saat Mas Dendi datang, dia terkesima dengan penampilan ku.Tok tok tok!!!"Lus...?" Sapa Mas Bowo didepan kamar ku"Hmm, ada apa Mas? Masuk aja, gak ku kunci kok." UcapkuMas Bowo pun masuk, dan mengeluarkan uamg lembaran merah sebanyak lima biji."Nih...!" Ucapnya sambil meneyerah kan pada ku."Ooh, uda gajian toh. Oke, aku terima." Ku ambil uang ity dari tangan Mas Bowo. Dan memasukkanya kedalam kantong

  • UANGKU BUKAN BERARTI UANGMU, MAS!!!   123. innalillahi...

    Menempuh waktu hampir dua jam lebih, bagiku terasa sangat begitu lama. Tapi aku bersikap biasa saja dihadapan Mas Fero. Aku takut, jika dia melihat ku khawatir, dia bakal ngebut, dan justru malah membahayakan kita sendiri.Padahal dalam hati ini, sudah tak karuan lagi. Campur aduk rasanya, apalagi memang kondisi Bapak yang sudah terlalu lemah beberapa hari ini.Tapi memang saat ini Mas Fero berkendara lebih cepat dari pada saat kami berangkat ke kosan Anita. Untung nya juga, jalanan tak seberapa padat, mungkin karena masih siang juga, dan tak bertepatan dengan jam pulang kerja.Tujuan kita saat ini pun langsung ke rumah sakit Medika. Aku melirik Anita dari kaca spion dalam mobil, terlihat tak tenang juga. Terlihat juga Anita tak lepas dari doa, sama seperti ku saat ini.Sesampainya dirumah sakit, Mas Fero langsung memarkirikan mobilnya, setelah itu, kami langsung berjalan. Menuju ruang ICU, dimana Emak sudah menunggu disana."Mak...!" Sapa ku saat melihat wanita paruh baya itu duduk s

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status