Share

8 - Taktik Nakal

Penulis: Di_evil
last update Terakhir Diperbarui: 2021-05-28 12:13:29

Wilzton merasakan kesunyian cukup mencekam, saat masuk ke dalam kamar tidur Sarla. Sedangkan, suasana juga gelap. Tanpa ada nyala lampu yang menerangi.

Namun demikian, ia masih tak menemukan kendala berjalan ke ranjang tidur wanita itu dengan langkah santai saja. Seringaian dibentuknya pada wajah. Tatapan lurus ke depan.

"Miss Sarla!" Wilzton berseru kencang, sengaja.

Salah satu sudut bibir semakin dinaikkan. Ia sudah berdiri di samping tempat tidur yang digunakan oleh Sarla. 

Arah pandang pun telah terpusat penuh ke sosok wanita itu. Tak ada tanda-tanda respons dari Sarla. Walau, volume suaranya terbilang keras. Ia begitu yakin sudah didengar. Tak mungkin tidak.

"Aku kira kau tidak akan malas lagi. Ternyata, masih saja kau lakukan kebiasaanmu. Cepat bangun! Kau tidak boleh menjadi pemalas."

Telinga Sarla langsung memanas karena seruan begitu kencang nan penuh sindiran diucap oleh seseorang. 

Sangat dikenalinya dengar benar pemilik suara berat tersebut. Dada pun seketika menjadi panas. Emosinya pun ikut terpancing.

Sarla tetap memejamkan mata dan tidak bergerak dalam posisi berbaring. Selimut menutupi hingga bagian kepala. 

Napas teratur karena tidak ingin Wilzton tahu jika dirinya pura-pura tidur. Ia pun enggan untuk segera menanggapi pria itu.

Tentang seruan bernada kencang sarat perintah dari Wilzton, tentu menimbulkan kekesalan untuk dirinya. Ia diperlakukan seperti pelayan. 

Tak bisa diterima hal tersebut hingga detik ini. Walau, kesalahan juga terletak padanya yang menyetujui kesepakatan ditawarkan oleh pria itu semalam.

"Cepat bangun, Miss Sarla! Kau harus masak sesuai dengan kontrak yang kau setujui kemarin. Kau harus melaksanakan semua mulai pagi hari!"

"Miss Sarla, kau tidak mendengar ucapanku? Kau tidak mungkin tuli. Kedua telinga yang kau miliki pasti masih bisa berfungsi dengan baik."

Sarla memilih tetap diam. Pergerakan sama sekali tak dilakukan pada tubuhnya. Penarikan napas pun seteratur mungkin, meredamkan gejolak dari emosinya yang semakin bertambah karena kalimat sindiran dilontarkan santai oleh Wilzton. 

Namun, ia tetap menangkap dalam nada sarat kesinisan. Tak akan pernah bisa dibayangkan pria itu berbicara dengan intonasi suara yang manis dan lembut.

"Miss Sarla …,"

Kedua telinga kian memanas mendengar panggilan dari Wilzton Devins untuk kesekian kalinya. Dan, ia tetap memilih tidak menunjukkan reaksi apa-apa. 

Tentu memiliki tujuan agar pria itu segera pergi dari kamar. Lalu, tidur yang terganggu bisa dilanjutkan dan tak perlu melakukan perintah Wilzton Davis.

"Miss Sarla, aku tidak menyangka jika kau akan berani melanggar perjanjian."

"Ah, kau juga berani tidak mematuhi perintahku sebagai tuan rumah di sini. Kau pantas mendapatkan hukuman dariku."

"Baiklah, aku tidak akan memperpanjang waktuku lagi memberikan kau toleransi."

Sarla merasakan keterkejutan yang begitu besar, saat selimut digunakan menutupi seluruh tubuhnya disingkap oleh Wilzton. 

Sarla pun langsung membuka mata. Dapat dilihatnya nyata seringaian pria itu di wajah, ketika sudah berada di atasnya. Benar, ditindih. Walaupun, tubuhnya tidak ditekan. 

Namun, tetap risi akan posisi pria itu yang tak semestinya. Tentu, perlawanan segera dilakukan. Sayang, tidak membuahkan hasil karena kedua tangan dipegang.

"Yahh! Lepaskan!" Sarla berseru kencang sembari badannya digerak-gerakan, bermaksud berontak.

"Jangan berani macam-macam kau, Berengsek! Aku akan membuat perhitungan!" Sarla semakin mengencangkan suaranya. Delikan maut dilempar.

Lantas, secara refleks, matanya dipejamkan saat wajah Wilzton Davis mendekat. Ia bahkan dapat merasakan embusan napas pria itu dengan begitu nyata di bagian lehernya. Membuat merinding dan juga menimbulkan sensasi yang sulit terdefinisi.

"Sudah aku bilang jangan macam-macam dengan pria sepertiku. Lakukan apa yang aku tadi berikan perintah padamu. Paham tidak?"

Sarla memberanikan diri untuk membuka mata. Ia enggan dicap penakut. Lebih baik menunjukkan perlawanan kepada Wilzton Davis. Delikan yang cukup tajam diarahkan ke sepasang mata pria itu. Seringaian Wilzton dilihat dengan jelas.

"Jika aku tidak mau melakukannya? Apa yang kau ingin lakukan? Aku tidak akan gentar." Sarla pun berujar dalama nada tegas. Menolak nyata.

"Konsekuensi? Bagaimana aku memakan tubuhmu saja?"

"Aku lebih suka sarapan dengan menciumi bagian dada dan lainnnya yang kau miliki, Miss Sarla."

"Lebih memuaskan daripada sepiring salad dan segelas susu hangat. Kau juga akan suka."

Sarla mendorong keras Wilzton. Kali ini, ia sukses membuat pria itu menyingkir. Segera pula, bangun. Berdiri di dekat tempat tidur.

"Ckck, busuk sekali idemu. Tidak akan terjadi seperti kau mau!"

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • UNCONTROL CEO DESIRE (INDONESIA)   25 - Godaan Saudara Wilzton

    "Aku kira kau akan menginap di sana."Sarla langsung berhenti mengunyah kentang di dalam mulut. Hanya sesaat, ketika menggelengkan kepala guna menjawab pertanyaan kakaknya.Sarla pun kembali memasukkan sepotong tomat, tentu selepas menelan kentang. Diperhatikan lekat sosok Christoper. Senyum kakaknya tampak aneh."Apa yang kau pikirkan?" Sarla bertanya curiga."Tentang kemalanganmu, Adikku. Kau pasti merasa kecewa karena tidak bisa bercinta dengan Wilzton."Sarla langsung mendelikkan mata. Menunjukkan bahwa jawaban sang kakak sudah membuatnya jadi begitu terkejut. Memang, tak disangka-sangka.Reaksi yang diberikan sudah pasti menyebabkan tawa sang kakak keluar. Jelas, ia semakin jengkel. Harus diakui Christoper mudah mencandainya."Aku masih tidak percaya adikku ini sekarang tidak anak kecil lagi. Tapi, wanita dewasa yang sudah bisa bercinta. Padahal, dulu kau itu cengeng."Sarla menambah delikan mata. "Kau juga sering bercinta

  • UNCONTROL CEO DESIRE (INDONESIA)   24 - Tangisan Rindu Sarla

    Waktu berjalan cepat karena Sarla mengisi harinya dengan kesibukan bekerja. Tak terasa sudah dua minggu, sejak ia kembali ke New York.Sarla menempati lagi mansion miliknya yang telah ditinggali selama enam tahun belakangan ini. Tak jauh dari kediaman orangtua dan kedua kakaknya.Sarla lebih banyak berada di kantor, datang pukul delapan. Dan, baru pulang lewat dari jam sepuluh. Pernah juga hingga dini hari, satu minggu lalu.Bukan diakibatkan karena pekerjaan benar-benar banyak atau menumpuk. Hanya saja, memanglah dengan sengaja membuatnya dirinya sibuk.Bertujuan agar tidak terus memikirkan hal lain kurang penting yang dapat menyebabkan timbul perasaan gundah, menyerang kenyamanan.Tentu sangat berkaitan dengan hatinya. Ya, lebih tepat sosok Wilzton. Selalu dapat diingatnya pria itu. Terus muncul begitu saja di dalam benaknya.Sudah berupaya untuk tak memikirkan apa pun yang ada hubungan akan Wilzton. Namun, ia gagal melakukannya. Kenangan

  • UNCONTROL CEO DESIRE (INDONESIA)   23 - Kesempatan Mantan Kekasih

    Ayah dan juga ibunya sudah berangkat ke bandara, pukul tiga pagi untuk penerbangan ke Swedia. Akan di sana selama hampir tiga minggu kedepan.Sarla sudah tentu kecewa karena kebersamaan dengan orangtuanya kurang dari 24 jam. Masih tersisa rasa rindu besar pada ayah dan sang ibu.Namun, Sarla memilih mengalah. Ia bukanlah lagi anak kecil. Sudah mendekat ke usia tiga puluhan sebentar lagi. Jadi, harus diutamakan kedewasaan dalam bersikap ataupun berpikir untuk segala hal.Lagi pula, ia telah berjanji akan berubah menjadi sosok wanita yang lebih baik dan berprestasi dalam dunia bisnis. Dengan tekad kuat diwujudkan."Sarla …,"Suara berat yang memanggilnya sangat dikenali dengan betul. Maka, langsung saja bangun dari sofa dan berlari ke arah kakaknya, Charlem.Memeluk dengan erat, saat sudah berada di depan saudara sulungnya itu. Tawa keluar. "Aku rindu.""Aku juga sama. Kau baik-baik saja?"Sarla mengangguk sekali. La

  • UNCONTROL CEO DESIRE (INDONESIA)   22 - Peninggalan Wilzton

    Sarla sadar semangatnya hari ini begitu besar. Ia mempelajari semua buku dan file-file yang diberi oleh Wilzton sebelum pergi dari rumah.Sarla pun merasa bangga sekaligus takjub dengan kemampuannya sendiri karena hampir keseluruhan bahan materi. Banyak ilmu baru didapatkan.Bahkan, ketika masih di universitas, rasanya tidak kompleks dan juga lengkap seperti yang sedang dipelajari, kini. Atau mungkin dirinya tak terlalu bisa menyerap semua pembelajaran dari para dosen.Sarla percaya diri bahwa akan bisa pebisnis yang lebih cakap serta juga cerdik nantinya. Ia ingin ikut mengembangkan beberapa perusahaan ayahnya bersama dengan Christoper dan Charlem.Memang, pengalamannya masih kalah dibanding kedua kakak laki-lakinya. Namun, Sarla yakin akan bisa memanfatkan kesempatan dan peluang.“Selain tampan, dia benar-benar cerdas.”Sarla langsung menutup mulutnya yang baru saja selesai melontarkan pujian untuk Wilzton. Tak disebabkan karen

  • UNCONTROL CEO DESIRE (INDONESIA)   21 - Pengurangan Hukuman Sarla

    Wilzton segera meluncur ke kantor, selepas dikabari oleh sekretaris barunya tentang kedatangan Badav Parker. Ya benar, orangtua Sarla. Sekaligus juga mitra bisnis ayahnya.Sudah, tiga tahun belakangan ini, Wilzton mengambil alih tugas sang ayah meladeni para rekanan dan perusahaan. Kedua kakaknya tentu turut andil. Mereka saling membantu.Hanya saja, kunjungan Badav Parker hari ini terasa cukup berbeda. Tidak akan menyangkut soal kerja sama. Pasti punya kaitan dengan Sarla. Wilzton yakin tebakannya benar.Bukan jadi masalah jika memang tak salah. Ia sudah siap melaporkan perkembangan dan perubahan yang ditunjukkan oleh Sarla. Kecuali, fakta tentang mereka sudah bercinta.“Hai, Nak.”

  • UNCONTROL CEO DESIRE (INDONESIA)   20 - Kian Panas Gairah (Mature Content)

    Sarla sudah bangun sejak pukul enam. Tidurnya tak dapat nyenyak. Bukan karena pikiran disita oleh banyak hal, tetapi disebabkan keberadaan Wilzton.Mereka masih tidur bersama di kasur yang sama, walau percintaan telah selesai sejak tengah malam. Wilzton bahkan terus memeluk dengan erat. Pria itu sudah lama jatuh ke alam mimpi.Wajar jika Sarla merasa begitu gugup dan tak bisa larut dalam tidur yang lelap. Terlebih, mereka telah melewatkan malam panas nan membara.Rasa lelah serta kantuk pun dengan mudahnya hilang oleh kegugupan. Degupan jantung semakin mengalami peningkatan dalam dekapan Wilzton.Dan, tak muncul niatan untuk melepas pelukan pria itu. Karena, begitu hangat. Meskipun, tidak akan terlalu baik bagi ketenangan irama jantungnya.Sarla belum bisa memahami betul bagaimana rasa yang sesungguhnya ia punya untuk Wilzton. Cinta atau sekadar kekaguman dengan tingkat tinggi?Pria itu pantas untuk diidolakan. Kelebihan Wilzton banyak. Mula

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status