Rania menepikan mobilnya di dekat menara pandang. Suasana sedang riuh dengan banyak orang, terdapat penjual makanan di tepian sungai.Angin semilir menyapu wajah menghadirkan sensasi dingin dan indah. Rania merasakan sesuatu yang berbeda. Ia membuka pintu mobilnya.Ia melangkah menyusuri tepian sungai berharap menemukan tempat untuk duduk sejenak melepaskan kegundahan hatinya, hingga ia melihat sepasang kekasih meninggalkan bangku yang terbuat dari besi yang tadi mereka duduki.Rania duduk di tempat itu, sebotol air mineral berada dalam genggaman tangan nya di tambah dengan jagung rebus di plastik putih ia letakkan di sampingnya. Rania meminum airnya seteguk.
Rania menangis terisak ketika ia telah tiba di rumahnya, menghancurkan kebahagiaan rumah tangga wanita lain sama dengan mencabut nyawanya sendiri dan Rania tidak bisa melakukan itu. Rania tidak mungkin melakukanya, ia pasti akan terluka. Dirinya bukan penghancur rumah tangga orang lain.Tetapi, menerima kenyataan harus kehilangan seseorang yang selama ini memberikan semangat juga bukan hal yang mudah. Ia seperti kehilangan separoh dari nafas, dan itu sama saja rasa sakitnya.Memilih bahagia diatas penderitaan orang lain atau memilih mencari kebahagiaan lain ? Ini juga bukan hal yang mudah.Rania baru saja bahagia, namun ia kembali merasakan sakit. Ia bahkan telah rela menerima takdir menjadi ‘yang disembunyikan’ demi cinta dan rasa sayangnya pada Pak wahy
Rania belum selesai merapikan mukenahnya ketika ia mendapatkan kabar bahwa Pak Budiman dan Septia akan datang ke rumahnya. Rania makin heran mengapa Septia datang dengan Pak Budiman lagi ?Apakah mereka memang sudah saling menambatkan hati bersama ?Apakah Septia sudah tidak bersama Arifin lagi ?Apakah Pak Budiman sudah bercerita bahwa hubungannya dengan Rania hanya hubungan yang sengaja diciptakan ?Ach, Rania jadi pusing sendiri.Tapi biarlah apapun yang terjadi dengan mereka semoga saja hubungan mereka adalah hubungan yang baik dan tidak merugikan siapapun.“Jam berapa ke rumah ?” Tanya Rania.“Sebentar lagi kak, aku dengan Pak Budiman.” Begitu tulis Septia di pesan whatsappnya. Rania melirik jam kecil yang ada di meja riasnya, masih pukul enam waktu Indonesia Tengah.“Sepagi ini ?”“Iya, Kak.”“Ada apa ?’“Pak Budiman yang ngajak, ada berita penting katanya.”“Yo wes lah. Silahkan saja.”
Rania duduk di gazebo paling ujung dari kampus megah ini, ia menikmati setiap lantunan musik yang ia dengar dari bilik hatinya. Rania mengikuti liriknya, lirik sedih berisi secarik rindu.Akhirnya ia kini menjadi ‘janda’, tanpa ucapan selamat tinggal, tanpa senyuman pahit, tanpa mata penuh harap dan tanpa jabat tangan pnuh keharuan.Ya, Pak Leo akhirnyameloloskan keinginan Rania untuk bercerai tanpa Rania ketahui apa dasarnya. Mengapa ia yang kemarin kokoh mendadak mau meuliskan ikrar talak untuk Rania. Surat yang hanya dititipkan pada Pak Yudha kemudian diantar oleh beliau ke rumahnya.Rania menyandarkan kepalanya diantara tiang-tiang gazebo yang terbuat dari kayu jati, ada pohon pinus di hadapannya yang bergerak seiring semilir angin. Ia pernah menjadi wanita yang di manjakan di awal-awal pernikahannya bersama Pak Leo. Ia pernah menjadi wanita yang menikmati sentuhan lembut dan tatap mata kagum dari suaminya itu. Dulu, dulu sekali, sebelum tragedi perebutan
PEMBICARAAN TENGAH MALAMSaat ini Rania rindu pada Pak wahyu nya, namun sayang Pak Wahyu sepertinya sengaja menjauh. Biasanya beliau akan menghubungi Rania di pagi hari, siang hari dan malam sebelum Rania tidur. Begitu saja sudah cukup membahagiakan Rania. Rania tidak memita apapun, ia hanya minta sepucuk perhatian itu saja. Sayangnya Pak Wahyu justru mejauh. Sedangkan ada banyak cerita yang igin Rania sampaikan pada Pak Wahyu. Cerita tentang ikrar talak yang telah di berikan Pak Leo padanya, cerita tentang bahagianya ia saat ini, juga cerita tentang Pak Yudha yang tiba-tiba melamarnya dan sebongkah cerita tentang kerinduan yang selama ini melanda dirinya. Tapi Pak Wahyu seolah hilang, mungkin penolakan yang pernah beliau sampaikan atas sikap manja Rania coba beliau wujudkan dengan cara ini. Dan Rania memilih diam. Ia tidak ingin menambah lukanya dengan menghubungi Pak Wahyu, Rania takut rindunya terpeti es kan.Malam yang dingin ketika ada panggilan di ponsel
SEBUAH KEPUTUSANSudah hampir dua bulan Rania tidak menjumpai Pak Yudha kecuali hanya mendengar kisahnya dari video call antara dirinya dengan Septia dan Pak Budiman. Dan dari rumahnya juga Rania tahu bahwa Septia telah lama putus dengan Arifin hanya karena Arifin ingin menciumnya saat mereka kencan berdua. Saat ini Septia telah menerima ucapan rasa cinta dari Pak Budiman.Pak Budiman lelaki yang baik bagi Septia, lelaki yang mencintai Septia apa adanya, lelaki yang tidak pernah mengajak Septia untuk melakukan sesuatu yang dilarang agama. Begitu penuturan Septia saat mereka bicara di malam-malam panjang. Rania mendapat informasi tentang banyak hal dari Septia. Rania bersyukur pernah mengenal gadis dengan dagu belah itu.“Pak Budiman adalah sosok yang mempesona bagiku, mungkin juga bagi semua wanita.” Cerita Septia suatu malam.Ach, Rania menikmati masa iddahnya, mensucikan dirinya untuk dapat kembali bersih saat berada di sisi Tuhannya.Rani
PERSIAPAN PERNIKAHANLembayung senja masih bersinar ketika Pak Budiman, Septia juga Pak Yudha telah hadir di rumah Rania. Mereka datang untuk membahas pesta pernikahan antara Rania dengan Pak Yudha. Rania nampak sibuk menimang-nimang contoh undangan yang ada di hadapannya. Musim pandemi saat ini memang tidak di perbolehkan mengadakan pesta dan membuat kerumunan, masih sangat rawan, untuk itu Rania dan Pak Yudha sepakat hanya mengundang beberapa orang saja untuk datang ke pesta mereka di gedung. Beberapa dari kawan dan kerabatnya di persilahkan datang ke rumah Rania, maka otomatis di rumah pun akan di tata sedemikian rupa.Mereka masing-masing sedang sibuk dengan persiapan dan perhitungan rencana biaya yang akan dikeluarkan, sedangkan waktunya hanya tinggal satu bulan lagi.Rania menatap heran dengan jumlah yang tertera disana, seratus lima puluh tujuh juta hanya untuk sebuah pesta pernikahan seorang Rania, Rania menghempaskan tubuhnya di sandaran kursi y
HADIAH SEBUAH PESTA PERNIKAHAN MEWAHGolden Tulip 5 Januari 2020, kamar 25.Rania berada di dalamnya dengan seorang perias pengantin dan dua asistennya. Wajah Rania di poles perlahan-lahan. Sampai usai. Kemudian sebuah gaun panjang berwarna putih yang melekat dibadannya dengan bahan duchesse satin campuran sutra dan rayon yang di hiasi taburan permata berwarna merah menyala senada dengan kalung yang melingkar di lehernya. Bagian kepala Rania tertutup jilbab kalungnya tergantung di atas kain bajunya, ada semacam mahkota kecil dengan liyer panjang. Baju itu nampak elegan, ditambah dengan kerutan-kerutan tiga lapis yang membuat Rania nampak seperti putri raja.“Cantiknya mbak, Rania.” Seru perias pengantin itu dengan tatapan takjub. Rania tersenyum kecil. Tangannya yang terbalut heena berwarna silver masih dengan hiasan pernik cantik merah menyala. Sesuai dengan dresscode hari ini, gaun putih dan merah menyala.Rania turun, melintasi karpe