Share

Bab 6

"Mau ngomongin apa?" tanya pria itu. Diva terdiam cukup lama. Pria ini tidak berubah, ia selalu saja mendesak seseorang. Sedangkan Diva? Ia tentu bingung harus menjawab apa. Bagaimana bisa ia mengatakan tujuan aslinya mengajaknya bertemu 

"Gue mau bahas soal Airin!" sahut Diva setelah terdiam cukup lama. Pria itu tidak menjawab, ia bingung harus menjawab apa. 

"Kenapa harus bahas dia? Dan lagian lo bisa langsung ngomong disini aja kan?" pria itu bingung, kenapa Diva mau membicarakan hal yang menurutnya tidak penting. 

"Gue ga bisa. Gue ada urusan!" tolak Diva cepat,"Kalau lo mau, lo langsung datang aja nanti. Gua tunggu lo disana." tambah Diva. Diva tidak ingin mendengar penolakan dan dengan cepat ia berlalu dan meninggalkan kelas itu lalu menyusul Airin di kantin. Diva yakin Airin belum selesai dengan kegiatan sarapannya itu.

Saat melihat Airin yang tengah asik makan ia menggelengkan kepalanya, tingkah Airin memang terbilang seperti anak TK yang sedang makan. Berantakan sekali.

"Airin." panggil Diva. Airin hanya menengadahkan wajahnya menatap Diva sekilas lalu fokus kembali memainkan ponselnya. Entah apa yang saat ini gadis itu lakukan, ia tampak sangat sibuk, " Lagi ngapain sih? Serius amat gue lihat." sahut Diva lagi.

"Gue lagi stalking Instagramnya Alvin, kali aja gua bisa dapet info-info tentang dia." jawab Airin sambil fokus mengotak-atik ponselnya itu. Diva hanya memutar bola matanya malas. 

"Dapet apa aja lo?" tanya Diva lagi sambil duduk di bangku yang berada tepat di samping Airin. 

"Alvin itu anaknya pinter yah, sampai banyak foto-fotonya lagi ikut olimpiade matematika gitu. Udah gitu, dia juga rapi dan bersih." Airin mulai mengamati tiap foto yang Alvin unggah di akun instagramnya itu. Followernya sudah mencapai 12 rb. Dia lumayan terkenal di sosmed. Diva hanya diam saja, ia bingung harus merespon seperti apa. 

"Udah ah, buruan makannya. Jangan lama-lama kenapa." tegur Diva. Ia lelah jika terus menunggu.

"Sabarr, baru juga makan. Lu buru-buru banget sih. Emang mau ketemu gebetan ya lu?" selidik Airin. Sontak Diva menggeleng cepat, mana mungkin ia punya gebetan. "Eh iya, kalau difikir-fikir gue gada apa-apanya ketimbang Alvin. Gue ga punya prestasi apapun." ucap Airin lagi. 

"Ih apaan si lu. Lu tuh pinter, terus juga baik. Dan yang paling penting juga lu tuh punya prestasi di bidang olahraga, Alvin mana bisa jadi kayak lu." timpal Diva.

"Nyenyenye." Airin kemudian bangkit dari kursi dan merapikan barang-barangnya lalu memasukkan di tas miliknya. Sebaiknya sekarang ia harus belajar lebih giat. Paling tidak, yah dia bisa masuk 3 besar dikelasnya. Ia harus bisa seperti Diva. Ia tidak boleh menyerah.

***********

Jam menunjukkan pukul 2 siang, dan bel pertanda akhir pelajaran sudah berbunyi. Semua siswa-siswi bergegas memasukkan barang-barangnya kedalam tas masing-masing dan tidak terkecuali Airin dan Diva. 

"Hari ini pulang bareng Div?" tanya Airin sembari fokus memasukkan buku-bukunya kedalam tas.

"Emm, kayak gak bisa deh." tolak Diva. Airin kemudian beralih dan menatap Diva heran. Kenapa?

"Lah kenapa?" tanya Airin heran.

"Gue ada les. Lu tau kan secinta itu gue sama les." Diva berusaha mencari alasan agar ia tidak pulang bersama Airin. Ia masih ada urusan. 

"Les? Setau gua hari ini lu gada les kok. Lu boong yak?" tuduh Airin. Ia memang hapal betul kapan waktu les Diva. 

"Lu mana tau sih. Dah ah gua dluan yah. Tar malem gue nginep lagi. Bye-bye." Diva buru-buru keluar dari kelas. Airin tau ada sesuatu hal yang di sembunyikan tapi, Aorin tidak akan terlalu banyak bertanya. Ia cukup menunggu Diva yang memberi tahunya sendiri. Jik Diva tidak cerita berarti ini privasi bukan?

"Definisi temen gak tau diri!" umpat Airin. Yah itu hanya candaan saja kok. Bukan apa-apa.

Diva tau jika Airin curiga padanya, tapi ia yakin Airin tidak aka senekad itu sampai mengulik-ulik semua informasi hanya untuk mengetahui apa rahasianya. Airin tipe orang yang tidak terlalu kepo dengan urusan orang lain. 

"Gue harus buru-buru ketemu dia." ucap Diva membatin. 

Dengan mengendarai ojek, Diva menuju ke taman yang menjadi tempat untuk bertemu dengan mantan kekasihnya itu. Tempat dimana menjadi saksi bisu kisah mereka yang sudah lama (alias masa-masa esempe nya ya gais) 

"Lo udah nunggu lama?" tanya Diva. Laki-laki itu terlihat santai duduk di bangku. Tampaknya sekarang dia sudah banyak berubah. Ia menjadi sangat tepat waktu. 

"Gausah basa-basi. Lo mau ngomongin apa soal cwek itu?" sahutnya cepat. Ia tampak sangat terburu-buru. 

"Airin suka sama lo Vin. Dia suka banget sama lo. Sampai dia punya akun fake cuma buat stalking Instagram lo." Diva juga tidak ingin basa-basi jadi ia mengutarakan semua maksudnya. 

"Terus?" tanya Alvin lagi.

"Gue mohon, apapun itu dan gimana pun itu lo jangan sampai deket sama dia. Gue tau lo deket sama siapapun. Tapi dia sahabat gue, gue sahabat dari kecil. Jadi pliss lo harus bisa jaga jarak sama dia." Diva tau ini egois. Tapi apa yang bisa ia lakukan, ia tidak mau jika Alvin, mantannya itu bisa jadian sama sahabatnya. Ini pasti sulit dan juga Diva tidak mau jika Airin suatu saat nanti akan sakit hati karna hal ini. 

"Kenapa? Kenapa ga boleh? Lo cemburu? Lo masih sayang sama gue?" Alvin terus melayangkan banyak pertanyaan. Ia hanya ingin mendapatkan jawaban yang ia ingin dengar. 

"Iya Vin. Gue masih sayang sama lo!" Diva tidak bisa berbohong lagi. Nyatanya ia masih sayang pada Alvin. 

Alvin terlihat sangat senang, ia tersenyum. Ini memang jawaban yang sangat ia tunggu-tunggu. Jujur saja. Alvin juga masih sayang pada Diva. Tapi tidak sekarang ia masih harus bersabar. 

Alvin berjalan dan mendekat pada Diva dan segera menarik gadis itu kedalam dekapannya. Ia benar-benar rindu dengan aroma tubuh Diva, aroma tubuh yang sampai saat ini menjadi candu baginya.

"Lo sayang kan sma gue? Gue gamau kalau Airin sampai... Vin.." raut wajah Diva kini berubah menjadi sendu. Gadis ini benar-benar takut jika sampai kehilangan Alvin lagi, lagi dan lagi. 

Alvin melepaskan dekapannya, ia menatap lekat-lekat wajah Diva, "Gue ga bisa janji. Kalau sampai Airin bisa buat gue jatuh cinta gimana?" Diva terlihat tidak senang buru-buru ia mendorong Alvin. 

"Gak. Ga bisa. Gue gak akan rela!" teriak Diva.

Alvin sepertinya tidak puas dengan ini. Ia akan melakukan hal yang lebih untuk melihat kecemburuan gadisnya itu. Yah hanya satu caranya dan dengan mendekati Airin. Itu cukup mudah bukan. Mulai saat ini dia yang harus mendekati Airin. Yahhh

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status