Share

Bab 7

Hari ini Airin tampak sangat bersemangat, entah kenapa. Ia bahkan sampai lupa berpamitan pada kedua orangtuanya dan abangnya. 

"Airin!" teriak Arkan sambil berusaha menarik tangan Airin. 

"Apa sih bang?" Airin sangat kesal, kenapa sih pagi-pagi abangnya selalu saja mengganggu. 

Arkan tidak menjawab, ia terdiam cukup lama hingga membuat Airin benar-benar kesal. 

"Apaan bang? Ish buang-buang waktu Airin aja tau gak?! Kalau mau nyari Diva, noh dirumahnya sono. Airin ga tau." Airin belum mendengar jawaban apapun dari Arkan ia langsung pergi begitu saja dan menuju mobil. 

"Galak amat sih." ucap Arkan membatin. 

"Airin mana?" tanya Papahnya yang baru saja selesai sarapan. 

"Udah berangkat dluan Pah, diantarin sama Pak supir tadi. Yaudah Arkan pamit juga yah, buru-buru mau ke kampus." setelah pamitan Arkan segera menuju ke garasi untuk mengambil motor sportnya dan berangkat ke kampus. Ini merupakan tahun pertama Arkan. Yah, dia masih semester 1. 

Papahnya Airin adalah orang yang cukup berpengaruh di kantor, yah kenapa tidak dia adalah putra pemilik perusahaan dan tentu saja semua urusan kantor adalah tanggung jawab Papahnya. Maka tak jarang kalau Papahnya Airin jarang ada dirumah karna setiap minggu ia selalu saja ada kegiatan di luar kota. 

Lain halnya dengan Mamahnya Airin, beliau punya toko kue yang terletak tepat di depan rumah Airin, dan pelanggannya cukup banyak. Airin dan Arkan termasuk orang yang sangat berkecukupan, yah bisa dibilang seperti itu bund!. 

*********

Diperjalanan menuju sekolah, Airin terlihat cemas. Yah, ia ingin belajar les tapi malu jika mengatakannya pada kedua orangtuanya apalagi kalau sampai bang Arkan tau, pasti nanti Airin diejek. 

Dengan pertimbangan yang sangat matang, Airin memutuskan untuk menelpon Papahnya dan mengutarakan maksudnya untuk dicarikan tempat less private matematika. 

"Hallo Pah." sapa Airin gugup. Ia benar-benar malu jika harus menyampaikan keinginannya.

"Iya sayang kenapa?" 

"Pah, Airin pengen deh dicariin tempat les matematika yang bagus. Airin mau belajar." jujur Airin sangat gugup. 

"Terus tenis kamu gimana sayang? Kamu tau kan Papah ga mau kamu mengikuti les dua sekaligus Papah maunya kamu fokus sama satu aja. Jadi gini deh, sekarang kamu milih, mau ikut les matematika atau tenis?

"Ih Papah ga bisa gitu dong! Airin mau dua-duanya Pah, gamau milih." sebenarnya Airin tidak begitu peduli dengan matematika tapi ini kan usahanya untuk mendapatkan Alvin. Dan Airin juga tidak mau kehilangan kesempatan untuk belajar tenis. Ia benar-benar bingung.

"Gimana sayang?"

"Emm... Gak jadi deh Pah. Airin belajar tenis aja. Kalau matematika bisa belajar di sekolah kan." yah benar saja. Airin tidak mungkin menghentikan hal yang sudah sangat ia sukai itu yakni tenis. Olahraga yang berhasil membuatnya jatuh hati. 

"Yasudah. Selamat belajar yah sayang. Papah sayang kamu."

"Iya. Airin juga sayang sama Papah. Yaudah Airin tutup dlu yah telponnya. Bye-bye Pah." Airin hanya bisa pasrah saja. Lantas bagaimana caranya bisa mendekati Alvin? Sedangkan matematika saja ia tidak bisaa. Tidak Airin sudah frustasi karna ini. 

"Apa gua minta Diva aja yang njarin yah? Gak-gak nanti gue malah diejek lagi. Aduh..  gimana dong?" Airin mengusap wajahnya kasar, "Pak! Bapak bisa matematika gak? Ajarin Airin dong." ucap Airin pada sopirnya. 

"Enggak non. Saya gak bisa matematika." 

"Kenapa coba bapak ga bisa matematika. Harusnya bisa dong." Airin memang sudah gila. Bisa-bisanya ia minta diajari sama supirnya. 

"Kan bapak ga lulus SD non. Gimana mau ajarin non Airin." nah sampai lupa. Supirnya ini tidak lulus SD. 

"Oiya Airin lupa!" ucap Airin sambil menepuk jidatnya. 

*******

Sesampainya di sekolah, dengan buru-buru Airin menuju ke kelasnya untuk bertemu dengan Diva. Yah, kali ini ia hrus minta tolong pada Diva. Siapa lagi coba?

Saat Airin melewati koridor tanpa ia sadari ada seorang laki-laki yang turut berjalan di belakang nya. 

Brukkk

Tiba-tiba seseorang dari arah belakang menabrak tubuh mungil Airin sehingga jatuh. Sial, harinya sangat buruk.

"Sorry gue ga sengaja." ucap pria tersebut sembari membantu Airin berdiri. "Lo gapapa?" tanyanya.

"Alvin?" Airin terkesiap. Jadi pria yang menabraknya barusan adalah Alvin. Kebetulan sekali mereka bertemu.

"Eh elo Rin. Sorry yah gua ga sengaja tadi. Bneran deh." ucap Alvin lagi sambil membantu Airin membersihkan roknya. 

"Iya gapapa kok." sial jantung Airin sepertinya tidak ingin berdamai. Sedari tadi berdegup kencang membuat Airin jadi salah tingkah. Bagaimana jika Alvin mengetahui kalau Airin saat ini sudah benar-benar blushing karnanya. 

"Lo gapapa kan? Itu muka lo merah gitu. Mau gua bantu ke uks?" tanya Alvin lagi.

"Sial!" umpat Airin dalam hati. "Nggak kok. Gue beneran gapapa. Emang muka gue semerah itu yah?" Airin kemudian menelungkupkan tangannya pada wajahnya. Ia malu. 

"Oh yaudah kalau gapapa mah. Mau bareng?" ajak Alvin lagi. Hari ini benar-benar hari yang paling spesial. Alvin kenapa tiba-tiba jadi sweet seperti ini sih?! 

Airin hanya menggangguk setuju. Ia tidak mungkin melewatkan kesempatan ini begitu saja. Airin dan Alvin berjalan beriringan. Mereka larut dalam pikiran masing-masing dan tidak ada satu pun diantara mereka yang berniat bersuara. Dan tak terasa mereka telah sampai di pintu kelas masing-masing. 

"Udah sampe. Yaudah, gua masuk dlu ya Rin. Sampai ketemu lagi." ucap Alvin sembari tersenyum manis. Lalu segera melangkahkan kakinya masuk ke dalam kelas. Perasaan Airin tidak karuan. Ia benar-benar salting dibuat oleh Alvin.

"Lo bareng Alvin?" tanya Diva heran.

"Eh. Iya. Tadi sempet ketemu disana. Lo tuh kebiasaan tau gak, kalau dateng ga ucap salam atau apa gitu." omel Airin. Diva tidak menanggapi ucapan Airin. Ia diam sambil menatap pintu kelas Alvin. 

"Kok mereka berdua bisa barengan sih? Maksudnya Alvin apaansi kayak gini. Bukannya kemarin udah gue jelasin? Kok dia ga ngerti-ngerti sih." ucap Diva membatin. Airin bingung dengan perubahan sikap Diva. Seperti ada hal yang menggangu pikirannya. Tapi Airin tidak tau apa itu. 

"Lo gapapa kan? Kok ngelamun gitu? Lo ada masalah?" Airin cemas. Ia takut sahabatnya ada masalah dan enggan menceritakan padanya. Diva kan selalu seperti itu. 

"Enggak kok. Yaudah masuk yuk" Diva masuk ke kelas dluan. Airin semakin yakin ada sesuatu yang terjadi tapi Diva tidak mau memberitahu pada Airin. Entah masalah apa yang saat ini Diva mencoba untuk tutupi. Yang pasti Airin akan cari tau hal itu walaupun Diva nantinya tidak akan suka. Diva selalu begini. Ia tidak terbuka pada Airin. Sedangkan Airin? Segala sesuatu yang menyangkut hidupnya selalu ia ceritakan pada Diva. Tapi entah mengapa Diva justru sebaliknya. Ia seperti tidak percaya pada Airin. 

****

Airin adalah sosok gadis yang baik dan juga peduli terhadap apapun. Ia juga terbilang gadis yang tidak banyak menuntut macam-macam. Ia juga baik pada siapapun. 

Tapi Diva, yah walaupun mereka bersahabat sejak kecil tapi hal itu sama sekali tidak merubah kepribadian Diva yang tertutup. Segala sesuatu ia tidak pernah ceritaa pada Airin. Diva seperti sulit percaya pada Airin. 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status