Share

5. Cerai

Penulis: Hanana
last update Terakhir Diperbarui: 2025-07-11 17:54:20

“Cerai?” Suara Nathan terdengar pelan, tapi tajam.

Nayla tidak menunduk. Matanya tetap menantang ke arah pria yang dulu pernah dia cintai. Atau lebih tepatnya, dia pikir, pernah dia cintai.

“Nayla, jangan bercanda.”

“Aku serius,” pungkas Nayla. “Aku sudah memutuskan, lebih baik kita bercerai.”

Nathan beranjak mendekat. Senyumnya masih bertahan. Namun, Nayla bisa melihat ekspresi penuh perhitungan di balik topeng yang menampakkan kehangatan dan keramahan.

“Sayang, aku mengerti kamu sedang lelah,” katanya lembut, seolah kalimat itu bukan bentuk pengabaian, melainkan pelukan. “Pernikahan memang tidak selalu mudah. Dan pikiranmu sedang kacau, sampai-sampai kamu terpikirkan ide gila seperti itu.”

Nayla tertawa hambar. “Justru ini adalah ide paling waras yang pernah aku buat dalam kehidupan rumah tangga kita yang gila.”

Nathan berdiri perlahan dari kursi. Sejenak, dia merapikan kerah jasnya. Gerakannya tenang, nyaris teatrikal. Tak lupa, dia juga mengusap rambut Nayla lembut, meski yang bis
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Under His Darkness   5. Cerai

    “Cerai?” Suara Nathan terdengar pelan, tapi tajam.Nayla tidak menunduk. Matanya tetap menantang ke arah pria yang dulu pernah dia cintai. Atau lebih tepatnya, dia pikir, pernah dia cintai.“Nayla, jangan bercanda.”“Aku serius,” pungkas Nayla. “Aku sudah memutuskan, lebih baik kita bercerai.”Nathan beranjak mendekat. Senyumnya masih bertahan. Namun, Nayla bisa melihat ekspresi penuh perhitungan di balik topeng yang menampakkan kehangatan dan keramahan.“Sayang, aku mengerti kamu sedang lelah,” katanya lembut, seolah kalimat itu bukan bentuk pengabaian, melainkan pelukan. “Pernikahan memang tidak selalu mudah. Dan pikiranmu sedang kacau, sampai-sampai kamu terpikirkan ide gila seperti itu.”Nayla tertawa hambar. “Justru ini adalah ide paling waras yang pernah aku buat dalam kehidupan rumah tangga kita yang gila.”Nathan berdiri perlahan dari kursi. Sejenak, dia merapikan kerah jasnya. Gerakannya tenang, nyaris teatrikal. Tak lupa, dia juga mengusap rambut Nayla lembut, meski yang bis

  • Under His Darkness   4. Nathaniel Wyatt Sinclair

    Nayla terbangun dengan penuh rasa malu. Bukan karena sinar matahari yang menampar wajahnya, bukan juga karena tubuhnya yang dingin karena lupa menarik selimut. Namun, karena ingatan semalam menelanjangi dirinya habis-habisan. Kepalanya terus berdenyut. Pahit alkohol masih tertinggal di lidah. Perih juga mengitari perut yang sejak kemarin kosong. Namun, bukan itu yang paling menyakitkan. Yang paling menyakitkan adalah fakta kalau Damian sudah dia biarkan melihat kelemahan yang dia tunjukkan semalam. Terlalu banyak yang Nayla ingin tarik kembali. Namun, semuanya sudah telanjur tumpah. Ratapannya, cerita pahitnya, dan rasa sakit yang selama ini dia sembunyikan di balik senyum buatan. "You're awake," ucap Damian datar. Nayla tidak menjawab. Dia lantas menarik napas, lalu duduk perlahan sambil merapikan rambutnya seadanya. Bahunya berat, sekujur tubuhnya linu, dan kedua kakinya seolah tak bertenaga. Ponsel dengan daya yang hampir habis diraih dari atas nakas. Nayla sempat melirik kal

  • Under His Darkness   3. Pernikahan Terbuka

    Pagi datang seperti penghukuman. Terang yang menyusup dari celah tirai terasa terlalu kejam, menyinari tubuh Nayla yang masih tergeletak di atas ranjang asing. Sepi menggema di seluruh ruangan, tapi di dalam kepalanya, suara-suara semalam masih menjerit. Suara napas mereka, suara desahan, suara meja yang bergeser kasar. Semua itu menari di benaknya, seperti kutukan yang tak bisa dihapus.Tubuhnya masih panas, tapi hatinya dingin. Dingin karena kenyataan menampar lebih keras daripada ciuman Damian semalam. Nayla perlahan bangkit, mengamati setiap sudut kamar yang baru pertama kali dia lihat, tapi dia tentu sudah tahu siapa pemiliknya.Damian masuk tanpa mengetuk. Tentu saja. Pintu terbuka dengan suara pelan, tapi cukup untuk membuat Nayla reflek menegakkan tubuh.“Aku tidak mengundangmu masuk,” ucap Nayla pelan, meski jantungnya berdetak seperti palu godam.Damian memindai kamar itu sejenak sebelum matanya mendarat padanya. “Ini kamarku.”“Kamu memberikannya padaku tadi malam.” Nayla m

  • Under His Darkness   2. Menjual Jiwa

    Musik dari lantai dansa masih berdentum samar. Ruang ini terlindung dari keramaian, tapi justru disitulah bahayanya. Udara menjadi lebih berat, seperti mencerminkan sesuatu yang belum terjadi, tapi akan segera meledak. Begitu Damian menutup pintu, napas Nayla langsung tercekat. Bunyi klik kunci terdengar seperti palu terakhir yang berhasil memakunya ke neraka. Tidak ada jalan pulang. Tidak ada ruang untuk keraguan. Hanya mereka berdua dan dosa yang menunggu untuk ditelan. “Duduk,” titah Damian singkat. Nayla tidak menjawab, hanya menatap. Damian tampak seperti sesuatu yang seharusnya ditolak, tapi terlalu indah untuk dihindari. Pria itu terlalu menggiurkan, meski sungguh, Damian juga terlalu berbahaya jika diterjang. “Nayla Moretti,” lirih Damian dengan suara sedikit serak. Pria berdarah Italia itu mendekat pelan. Ketenangan gerakannya membuat Nayla justru merasa seperti sedang dicekik secara perlahan. Semakin dekat, semakin membuat Nayla sesak. Tubuh Damian yang tegap selaras d

  • Under His Darkness   1. The Night

    “Nayla!” Adrian Moretti memekik kencang sambil melangkah menembus kerumunan. Wajahnya kaku seperti dipahat dari batu. Sorot matanya menghunus ke satu sosok wanita. Nayla Moretti, adik perempuannya.Nayla duduk di bar dengan kaki bersilang. Minuman berwarna kekuningan tersemat pada jemari tangan. Tak bisa dipungkiri, tubuhnya terlalu mengundang saat dibalut pakaian semi transparan dengan kesan setengah telanjang.Mendengar suara Adrian, Nayla sama sekali tidak menoleh. Dia memilih untuk hanya tersenyum tipis. Mata cokelat dengan bulu matanya yang lebat justru sibuk memandangi kilau gelas.Jemari yang lentik tampak pantas saat dihias dengan kuku panjang berwarna merah menantang. Wajah sinisnya tertangkap jelas di bawah kilatan lampu berwarna campuran merah dan ungu. Meski ekspresinya sama sekali tidak ramah, tapi Nayla tak bisa lagi menghitung berapa banyak tatapan lapar yang tertuju padanya.“What the hell are you doing here?” tanya Adrian yang sudah berdiri di sebelahnya.Dia lantas

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status