Pras duduk di tepi kasur dengan keringat dingin bermunculan di dahinya. Dia benar-benar tidak mengerti mengapa Dean bisa melihat dirinya di balik jendela yang tidak tembus pandang.
"Tidak! Itu tidak mungkin! Bisa saja dia sedang memerhatikan hal yang lain, aku saja yang terlalu berlebihan," gumam Pras sambil mengelap keringat di dahinya dengan tisu.
Tapi di dalam hati Pras tidak memungkiri kalau Dean memang pantas menyandang gelar pengusaha paling ditakuti dan disegani abad ini. Bisa-bisanya dia menakut-nakuti dirinya hanya dengan gerakan sederhana menunjuk dan melihat ke arah jendela kamarnya.
Dean yang saat ini masih bersama Mirela di taman dengan patuh mengikuti kekasihnya duduk di sebuah ayunan berbentuk setengah telur yang saat ini sedang menjadi trend.
"Apakah kamu menyukai ayunan seperti ini?" tanya Dean.
"Papaku sengaja memesan ini dan menghadiahkannya saat
Mirela merasa nyaman dalam dekapan kekasihnya, Dean. Entah kenapa dia merasa seperti sudah lama mengenal Dean hingga tidak ada rasa canggung di hatinya sebagaimana ketika dia bersama Rengga.Pras yang memerhatikan dari balik jendela kamarnya merasa marah melihat Dean berani memeluk Mirela padahal mereka baru saja jadian. Apakah dia mengira adiknya itu wanita murahan?"Kurang ajar!" gerutu Pras merasa kesal melihat sepasang anak manusia yang saling berpelukan bagai teletabies.Dia bergegas keluar kamar dan menghampiri mereka berdua. Walaupun dia takut dan segan pada Dean tapi ini keterlaluan! Pras tidak terima adiknya diperlakukan seperti wanita murahan yang baru dekat dengan pria sudah langsung menempel jadi satu seperti diberi lem perekat."Lepaskan adikku!"Teriakan menggelegar dari Pras membuyarkan suasana syahdu di antara pasangan tersebut dan mengej
Mirela sendiri langsung tersenyum gembira melihat dua laki-laki terkasihnya saling menjabat tangan dan saling memaafkan. Dia tersipu malu ketika mendengar bahwa kekasihnya itu akan segera memenuhi kata-kata kakaknya untuk secepatnya datang kepada orang tuanya dan melamarnya. Mirela juga merasa dirinya sangat bahagia sekali ketika mendengar sendiri dari mulut Dean, bahwa kekasihnya itu akan bersiap untuk secepatnya menggelar acara pernikahan mereka.Dean memang bertekad dan bersungguh-sungguh ingin menggelar pesta pernikahan antara dirinya dan Mirela secepatnya. Ketika Mirela lepas dari pelukannya ada rasa kosong dan kehilangan di dalam hatinya.Dia sadar kalau ternyata dia benar-benar sangat mengasihi Mirela dan ingin secepatnya memiliki gadis itu seutuhnya, bukan hanya sekadar tertarik sebagaimana pikirannya sebelumnya."Jangan sedih lagi oke? Aku yang salah, aku akan secepatnya menikahimu," kata Dean sambil mendekati Mirela. Dia ingin sekali menyentuh kekasihnya untuk menghilangk
Mirela merasa seperti ada yang bergejolak di dalam dadanya. Apakah dia akan kembali mendapatkan penolakan? Jika Dean merasa terpaksa menikahinya karena ucapan kakaknya bukankah itu tidak akan baik hasil akhirnya? Bagaimana kalau kejadian kemarin terulang kembali? 'Tidak, aku tidak akan sanggup untuk mengalami kegagalan itu untuk kedua kalinya,' pikir Mirela.Dean menatap wajah kekasihnya sambil tersenyum, dia sadar saat ini ada yang sedang dipikirkan oleh kekasihnya dan itu pasti mengenai dirinya."Ada apa?" tanya Dean lembut."Tidak ... aku rasa kita tidak perlu terlalu terburu-buru untuk secepatnya menikah.""Kenapa?""Aku ... aku," Mirela tidak tahu harus berkata apa tidak mungkin dia mengatakan kalau dia takut Dean akan seperti Rengga pada akhirnya jika harus terpaksa menikahinya."Ya?""Menurutku kalau itu berat bagimu sebaiknya kita tunda saja acara itu, apalagi aku juga belum terlalu mengenal dirimu," kata Mirela sambil memalingkan wajah menatap ke arah jalan."Kata siapa aku
Pras sudah lama ingin mendekati Veny dan mulai menghubunginya melalui sambungan telpon namun, baru kali ini dia berani mewujudkan keinginannya karena ada alasan untuk membicarakan tentang hubungan Mirela dan Dean.Veny merasa kaget ketika diberitahu oleh Pras kalau Mirela sekarang menjalin kasih dengan Dean dan bahkan Dean berencana untuk melamar Mirela dalam waktu dekat ini."Mengapa Mirela belum mengatakan apa pun mengenai hal ini kepadaku?" tanya Veny heran.Biasanya sahabatnya itu paling tidak bisa diam jika baru saja memulai hubungan dengan seorang pria sebagaimana ketika dia menjalin hubungan dengan Rengga sebelumnya."Mungkin dia lupa, atau entahlah," sahut Pras merasa tidak enak.Sangat aneh mendengar adiknya belum mengungkapkan tentang Dean kepada sahabatnya, Veny padahal mereka berdua sangat akrab. Apakah karena mereka baru saja jadian?"Kapan mereka mulai berhubungan?" tanya Veny ingin tahu."Semalam.""Pantas, tapi kenapa Dean mengatakan ingin secepatnya menikahi Mirela? A
Dina merasa sangat terharu sekali pada ketulusan Jimmy, sekalipun dia telah siap untuk menyerahkan segalanya tapi Jimmy masih bersedia menahan dan menunggu hingga hubungan mereka diresmikan. Sungguh Dina menyesal mengapa baru sekarang bertemu dan jatuh cinta pada pria yang benar-benar mencintainya ini. Kemana saja dia selama ini? Mengapa mereka tidak pernah bertemu sebelumnya?"Terimakasih sayang, kamu benar-benar baik," kata Dina dengan suara tersendat menahan haru."Itu karena aku sungguh-sungguh menyayangi dan mencintai kamu," sahut Jimmy sambil mengecup singkat bibir kekasihnya yang menggemaskan itu.Jimmy memang sudah memutuskan untuk menyayangi dan mencintai Dina dengan sepenuh hati dan tidak akan menyakiti ataupun mengecewakannya sebagaimana yang dilakukan oleh sepupunya Rengga. Jimmy benar-benar tidak tahan melihat Dina diam-diam bersedih dan menangis ketika mendapati bahu dingin Rengga. Dia yang selama ini menemani Dina dan pelan-pelan mengobati luka hatinya dan menghapus ai
Pras yang berada di samping adiknya mengerutkan kening galau. Jika Dean sudah menemui orang tua mereka maka tidak ada gunanya lagi mengajak Mirela menemui Rengga. Lagi pula Pras tidak yakin kalau kedua orang tuanya tetap akan setuju Mirela tetap menjalin hubungan dengan pria yang telah meninggalkan dan mempermalukannya.Bahkan ketika papanya mengetahui Pras masih berteman dengan rengga setelah acara pertunangan dibatalkan sepihak, walau tidak berkata apa-apa Pras tahu kalau papanya itu tidak setuju mengetahui dia masih berteman dengan Rengga. Namun, Pras tidak dapat berbuat apa-apa, bisnis is bisnis. Dia dan Rengga memiliki banyak kerjasama yang menguntungkan dalam bidang bisnis, tidak mungkin Pras memutuskan hubungan bisnisnya dengan Rengga, walaupun sahabatnya itu telah mempermalukan adiknya, dirinya dan bahkan keluarganya sendiri ketika membatalkan acara pertunangannya dengan Mirela secara sepihak."Ke mana kamu akan pergi, istriku?" tanya Dean mesra.Mirela tersipu-sipu mendengar
Pras terdiam mendengar kata-kata yang diucapkan Dean. Apakah dia sedang diancam? Serius Pras merasa Dean sebagai calon adik iparnya sama sekali tidak memandang dirinya sama sekali. Walau begitu Pras tidak bisa marah karena bisa saja apa yang dikatakannya itu benar. Kalau Dean bisa membuat Rengga dan Mirela berpisah saat acara pesta pertunangan maka dia juga pasti bisa membuat keduanya terpisah di acara pesta pernikahan."Apakah kamu mengancam aku?" tanya Pras tidak dapat menyembunyikan rasa kesalnya."Anggap saja begitu!"'Sial! Benar-benar orang yang sangat arogan dan blak-blakkan,' pikir Pras kesal.Namun, Pras juga tidak berani menyinggung Dean karena tahu bagaimana wataknya. Dia bukan orang yang suka mencari masalah. Selama apa yang dikatakan dan dilakukan orang lain itu tidak merugikan diri dan keluarganya dia sama sekali tidak peduli."Kamu tinggal di sini saja jangan ikut ke sana," kata Pras kepada Mirela sambil menyerahkan ponselnya setelah memutuskan sambungan secara Sepihak
Dean merasakan bagaimana tubuh Mirela merespon sentuhannya, dia tersenyum lalu melepaskan tautan bibir mereka namun, tangannya masih dengan nakal menggoda Mirela hingga gadis itu merasa gemetar dan tanpa sadar mengeluarkan suara erotisnya.Mirela merasa malu dengan reaksi tubuhnya sendiri, ini adalah pertama kalinya dia merasakan perasaan seperti yang dia rasakan sekarang."Apakah enak?" Bisik Dean sambil menggigit kuping Mirela dan mengusap rambutnya, setelah melihat kekasihnya melepaskan hasratnya dengan erangan nikmat."Kamu nakal!" kata Mirela cemberut.Dia merasa malu karena telah menunjukan kelemahannya di depan Dean."Ini belum seberapa, tunggu setelah kita menikah, aku akan membuatmu merasakan yang lebih dari itu," kata Dean sambil mengecup dahi Mirela sayang."Aku malu,"kata Mirela sambil menutup wajahnya."Mengapa malu? Sebentar lagi kita akan menikah, semua yang ada di dirimu adalah milikku," kata Dean sambil mengusap pipi kekasihnya penuh kasih."Jujur ini adalah pertama k