Share

Pembekuan Aset

Laura pikir mereka akan menggunakan mobil yang sama dengan yang mengantar mereka ke kafe, tapi ternyata Laura salah. Alih-alih mobil, Rendra malah menggunakan motor untuk sampai ke kantor. Entah darimana pria itu mendapatkannya.

"Naik ini?" tanya Laura dengan nada tidak percaya.

"Pakai helm dulu, Bu Laura!" 

Laura menepis helm yang diserahkan Rendra padanya. Seandainya pria itu tidak memegang helmnya dengan kuat, benda bulat itu pasti sudah akan menggelinding di jalan.

“Saya tidak biasa naik motor!” tolak Laura dengan nada dongkol. 

Naik motor di siang hari bolong? Kulitnya akan menjadi kusam dan rambut indahnya akan berantakkan. Sementara selama ini Laura selalu tampil rapi dan stylish, Tanpa adanya cela sedikitpun, baik dari segi pakaian, aksesoris, hingga ke rambut panjangnya.

“Hanya ini kendaraan tercepat menuju ke kantor, Bu Laura. Ayo naik sekarang!” seru Rendra, Laura langsung menoleh ke arah lain saat matanya menangkap otot keras paha Rendra yang tercetak jelas di balik celana panjangnya saat pria itu menaiki motor besarnya.

"Bu Laura ... " Rendra kembali menyerahkan helm ken Laura, dengan enggan Laura pun mengambil kasar helm dari tangan pria itu.

“Helm siapa ini? Saya tidak mau menggunakan bekas orang!” ketusnya.

“Tidak ada pilihan lain, kenakan helm itu dan segera naik, atau kita akan datang terlambat dan anda akan mendapatkan hukuman dari Pak Erlan!”

Hukuman dari Erlan? Laura sudah kebal dengan semua hukuman itu hingga ia tidak merasa takut sama sekali. Jadi, Laura tetap bersikeras untuk tidak naik ke atas motor. Ia pun melipat kedua tangannya didepan dadanya, helm pemberian Rendra tergantung di salah satu tangannya.

“Saya tidak mau!” 

Sambil mengumpat pelan, Rendra turun dari motornya lalu mengambil paksa helm di tangan Laura. Rendra baru akan memasangkannya di kepala Laura saat wanita itu bergerak mendorongnya,

“Jangan sentuh saya! Jauhkan helm bau itu dari saya!” geramnya.

“Ok, tidak ada cara lain kalau begitu!”

Tanpa basa-basi lagi, dengan cepat Rendra memanggul Laura di pundaknya dan melangkah menjauh dari motor dan mengabaikan Laura yang berontak keras dengan teriakan yang tidak kalah kerasnya,

“Turunkan saya sialan! Tolong! Siapapun tolong pria ini mau menculik saya!”

Namun mau sekeras apapun Laura berteriak, tidak ada satupun yang datang membantunya, malah mereka mengira kalau Laura dan Rendra hanyalah sepasang kekasih yang sedang bertengkar,

“Lihatlah, manis sekali mereka.”

“Wanita itu menolak naik motor, dan kekasihnya memanggulnya di pundaknya. Aaahh, sweet sekali sih!”

"Bertengkar pun masih terlihat sweet!"

Itulah ucapan samar-samar yang Laura dengar, membuatnya semakin kesal dan luar biasa marah. Tapi mau bergerak sekuat apapun tangan pria itu terlalu kuat menahannya.

Belum pernah sebelumnya ada pria lain yang menyentuhnya selain Erlan. Tapi sekarang, pria itu berani menyentuhnya, dan bahkan salah satu tangannya berada di atas bokongnya, memalukan sekali!

“Dasar penjahat mesum! Cepat jauhkan tanganmu dari bokong saya! Kamu sudah melakukan pelecehan pada saya! Saya tidak akan tinggal diam! Saya akan laporkan perbuatanmu ke pihak berwajib! Ke Erlan sekalian!” ancam Laura.

“Maaf, Bu Laura. Saya hanya mencegah anda jatuh saja.”

“Erlan akan membunuhmu karena sudah berani menyentuh saya!” 

“Tidak akan. Justru Pak Erlan akan membunuh saya kalau saya tidak berhasil membawa anda tepat waktu!" sanggah Rendra dengan santai, sesantai pria itu membopong Laura tanpa kesulitan sama sekali, bahkan tidak terdengar juga napas memburu pria itu akibat dari kegiatan fisiknya.

Bagi pria tinggi besar itu, berat Laura hanya seringan bulu sepertinya.

“Oh bagus! Dengan matinya kamu saya jadi bebas bergerak kemanapun tanpa ada yang membuntuti saya sepanjang hari!”

“Semua demi kebaikan anda, Bu Laura.”

“Kebaikan saya apa? Kamu tidak tahu apa-apa!”

“Terkadang menjadi tidak tahu itu lebih baik, Bu Laura.”

Laura yang berapi-api beradu kata dengan Rendra yang dingin, malah membuat Laura bertambah panas lagi karenanya. Terutama saat dunianya tengah terbalik sekarang ini, ia menjadi pusing karenanya.

“Ok, kita naik motor! Kepala saya pusing! Turunkan saya!”

“Terlambat untuk kembali, Bu Laura.”

“Kamu akan membawa saya ke mana? Kenapa menyeberangi jalan?” tanya Laura saat melihat zebra cross yang melintang di tengah jalan.

“Kita akan potong arah. Melalui jalan ini akan lebih dekat ke kantor Pak Erlan ,” jawab Rendra dengan santai.

Setelah sampai di tepi jalan, Rendra menghentikan sebuah taksi. Pria itu menyebutkan tujuannya sebelum mendudukkan Laura di kursi penumpang dan ia duduk di sampingnya.

Laura baru akan membuka pintu di sebelahnya ketika tangan Rendra menahannya,

“Jangan lakukan itu, Bu Laura. Tolong bekerjasama lah.”

“Bekerjasama dengan antek Erlan? Cih, tidak akan! Berapa Erlan memebayarmu? Saya akan membayarmu dua kali lipat!”

Rendra tertawa hambar mendengarnya,

“Dengan apa anda akan membayar saya, Bu Laura? Karena Pak Erlan telah membekukan semua aset anda.”

Pertanyaan Rendra sontak saja membuat Laura berhenti berontak. Wanita itu menatap penuh tanya pada pria di sebelahnya?

“Apa maksudmu? Rendra membekukan seluruh aset saya?”

“Begitulah yang saya curi dengar. Dan itulah tujuan Tuan Erlan meminta anda datang ke kantornya sekarang juga.”

“Tidak. Erlan tidak memiliki hak untuk membekukan semua aset saya!” sangkal Laura.

“Memiliki hak atau tidak, pada kenyataannya sekarang ini anda memang tidak memiliki apa-apa, Bu Laura. Bahkan anda tidak bisa mengambil uang sepeser pun tanpa izin dari suami anda.”

Untuk membuktikan pada Rendra kalau ucapannya salah, Laura pun mengeluarkan ponselnya. Ia mencoba transfer uang ke Zevanya, namun tidak bisa. Rendra pun kembali mendapatkan tatapan tajam darinya,

“Kenapa tidak bilang dari tadi?”

“Saya hanya tidak mau membuat anda malu di depan teman-teman anda, Bu Laura.”

“Persetan denganmu dan rasa malu itu!” sungut Laura lalu beralih menatap supir taksinya dari kaca spion tengah mobil,

“Kenapa lama sekali! Bisa lebih cepat lagi tidak?” Kali ini Laura yang tidak sabar ingin segera sampai ke kantor Erlan. Ia akan bertanya langsung pada Erlan, bagaimana bisa suaminya itu membekukan aset dan memblokir keuangannya?

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status