Share

Bab 3. Pak Bowo Berulah Lagi

Endang, pekerja wanita yang kemarin dipergokin Upik berduaan di bilik kamar mandi bersama pak Bowo, kembali masuk bekerja.

Pekerjaannya adalah memberi pakan ayam dan memeriksa telur-telur ayam. Pekerja di peternakan ayam pak Bowo tidaklah banyak, hanya bekisar enam orang tidak termasuk Upik.

Empat orang adalah pria dan dua orang wanita. Satu orang wanita lagi adalah Sukiyem, pembantu rumah pak Bowo yang bekerja mengawasi para Pekerja.

Pekerja wanita kerap berganti. Kebanyakan diberhentikan sepihak oleh pak Bowo. Alasannya beragam, mulai dari tak becus, sampai karna tak mau melayani pak Bowo. Ibu Laila istri pak Bowo tidak tahu sama sekali ulah nakal suaminya, ia keseringan berada di rumah orangtuanya. Alasannya, karna tak tahan dengan aroma tak enak dari kandang-kandang ayam itu. Sementara para pekerja lainnya, hapal betul kebiasaan pak Bowo. Para pekerja laki-laki kerap diam diam menonton adegan panas antara pak Bowo dan Pekerja wanitanya.

Endang berjalan menunduk ke arah kandang. Ia tahu pak Bowo memperhatikannya dari jauh. Saat memasuki gudang tempat pakan ayam disimpan, pak Bowo tampak bergerak dari posisinya. Ia berjalan menuju gudang, mengikuti Endang masuk ke dalam.

Sampainya di dalam gudang, pak Bowo menutup pintu, mendapati Endang yang sedang menakar pakan ayam. Endang terkejut, pakan ayam terjatuh dari tangannya.

"Bapak! kenapa ke sini?"

"Kita masih punya urusan yang belum kelar Endang."

"Tt, tapi pak. Banyak orang di sini, jangan Pak!"

Endang melangkah mundur, pak Bowo mendekatinya dan kemudian mendekap tubuh Endang dengan kuat. Nafas pak Bowo memburu, mencumbui leher Endang seperti ingin melahapnya. dalam sekejab ia sudah berhasil membuka kaos lengan panjang yang dikenakan Endang.

Di luar, para Pekerja menyadari hal itu. Mereka berempat mengendap-endap mengintip gudang. Sukiyem kebetulan sedang menyetrika di dalam rumah, ia tak menyadari hal tersebut.

Di dalam gudang, Endang berlari menghindari pak Bowo yang sudah kesetanan. Atasan yang ia kenakan hanya Bra berwarna putih saja, belahan dadanya menyembul mengkal. Pemandangan ini semakin membuat gila pak Bowo, dan panas dingin para pengintip di luar.

***

Di dalam rumah, Sukiyem sedang menyetrika. Tumpukan pakaian yang sudah ia susun rapi tampak membuatnya kelelahan. Ia meregangkan badan sembari menenggak minuman teh manis di sebelahnya.

Dari dapur, terdengar suara pak Bowo memanggilnya.

"Hei kamu! segera telfonkan istri saya untuk pulang ya! badan saya sakit semua ini." perintah pak Bowo.

Sukiyem heran, tak biasanya pak Bowo memanggilnya dengan panggilan tegas seperti itu. Biasanya pak Bowo memanggilnya dengan panggilan lembut jika istrinya tak di rumah.

"Bbbaa, baik Pak."

Sukiyem mengambil HPnya. Ia juga heran, kenapa pak Bowo tak memintanya untuk memijatnya saja seperti biasanya. Namun, karna kali ini pak Bowo terlihat tak seperti biasa, Sukiyem takut untuk menawarkan pijatan mesranya.

Sukiyem-pun menelfon buk Laila, meminta untuk segera pulang karna Bapak sedang tidak enak badan. Buk Laila sebenarnya istri yang sangat mencintai suaminya. Saking cintanya, semua hartanya ia percayakan saja pada pak Bowo, termasuk peternakan ayam tersebut.

"Ibuk sebentar lagi pulang Pak, udah di jalan katanya."

Sukiyem berjalan menuju dapur, mengira pak Bowo masih ada di sana. Ternyata pak Bowo sudah tidak di sana lagi.

Para pekerja yang mengintip dari luar sedang gerah-gerahnya menyaksikan adegan panas dari dalam gudang, menyaksikan bagaimana Endang berontak dan pak Bowo tak kunjung mendapatkan 'gol kemenangan'. Pak Bowo semakin beringas, menindih tubuh Endang seperti harimau yang menaklukkan mangsanya. Ia membuka sabuk pinggangnya terburu-buru demi melihat Endang yang sudah tak berdaya. Celana jeansnya ia tanggalkan seketika, pakaian dalamnya ia lempar entah kemana. Ia tarik celana training Endang, sekali tarik tertanggallah setengah, semakin gilalah pak Bowo demi melihat tubuh mulus nan putih di depannya.

Upik yang sedari tadi menyapu pinggiran kandang-kandang ayam, seperti melihat keadaan dejavu. Jika para pekerja laki-laki sudah berkumpul mengintip seperti itu, berarti di dalam pak Bowo dan pekerja perempuan sedang melakukan hal yang membuat mereka bergairah dan senang. Upik tetap melanjutkan pekerjaannya seolah menganggap itu hal yang lumrah. Tiba-tiba ia melihat benda bulat hitam yang semalam ia bawa dari kebun ubi, menggelinding keluar dari belakang rumah pak Bowo. Menggelinding terus sampai berhenti di dekat perapian yang ia buat semalam dan masuk ke dalam tumpukan jerami. Benda bulat itu mengeluarkan sedikit cahaya ungunya dari celah-celah retakan permukaannya.

Entah kenapa Upik merasa benda itu telah melakukan sesuatu.

Sebuah kendaraan roda dua berhenti di halaman. Setelah masuk ke rumah, ia kembali keluar.

"Bapaaak! dimana Bapak?"

Buk Laila tampak turun dari motornya, memanggil-manggil suaminya. Ia melihat para pekerja kemudian berhambur bubar seketika demi melihat kedatangan buk Laila secara kebetulan, mereka lari terburu-buru menuju kandang ayam.

"Hey kalian! Bapak dimana?" tanya buk Laila.

Para pekerja berhenti seketika, mereka membalikkan badan ke arah buk Laila dan saling menoleh satu sama lain.

"Saya tanyak kok diam? Bapak dimana?"

Para pekerja serentak menunjuk ke arah gudang dengan ragu.

Buk Laila mendekati gudang, saat tangannya hendak membuka pintu, ia mendengar suara dari dalam.

"Paaaak, tolong jangan lakukan ini paaak. Saya mohon, huhuhuhu. "

"Gak bakal sakit kok, malah enak. Kamu tenang saja ya, rileks, saya pelan-pelan saja yaaa!"

Mendengar hal ini buk Laila langsung meradang, ia buka pintu selebar-lebarnya. Tampak olehnya pak Bowo sedang berada di atas tubuh Endang, mereka sama sekali tak mengenakan pakaian sehelaipun.

______________

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status