Upik Abu dan Bola Cahaya

Upik Abu dan Bola Cahaya

By:  Beyouna  Completed
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
1 rating
52Chapters
2.8Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Bijaklah menyikapi cerita 18+ dalam Novel ini. Upik seorang anak yang terlahir tak diinginkan. Diperlakukan bak binatang ternak selama belasan tahun, Ibunya mati terpasung di dalam kandang ternak. sebuah bola ajaib ditemukan. Bola ini adalah awal dari perjalanan hidup Upik yang sesungguhnya. Hidup yang berawal dari kesuraman, kesedihan, kesengsaraan dan kebodohan, menemukan cahayanya di setiap petualangannya bersama si Bola Ajaib.

View More
Upik Abu dan Bola Cahaya Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments
user avatar
Beyouna
Perkembangan Karakter akan dimulai saat kau membuka bab 10 ... selamat membaca ...
2022-09-11 13:07:20
1
52 Chapters
Bab 1. Siburuk Rupa
Aroma ayam, pakan dan kotorannya semerbak, bisa dipastikan takkan ada yang bisa bertahan di sekitar situ untuk beristirahat setiap hari. Namun tidak dengan Upik. Ia tidur dan makan tepat di sebelah kandang-kandang ayam milik pak Bowo. Ia adalah anak yang terbuang, usianya bekisar delapan belas tahun. Upik seumur hidup tinggal di sana, bekas kandang ayam yang dijadikan tempat ia tinggal. Setiap hari bekerja membersihkan kandang, membantu memberikan pakan ayam, dan makan dari belas kasihan keluarga pak Bowo. Meski usianya sudah beranjak dewasa, Upik sama sekali belum pernah mengalami menstruasi, mengerti bahwa dirinya seorang perempuan-pun mungkin tidak. Perawakannya tak ubah seperti orang yang mengalami gangguan jiwa, rambutnya gimbal kribo, tubuhnya kurus dan tak terurus, bahkan terkesan seperti tak pernah mandi. Aroma ayam lekat betul di tubuhnya, wajahnya kotor, giginya kuning dan ia jarang berbicara. Jika dipanggil, ia hanya menyahut dan datang sesegera mungkin, jika dimarahi bah
Read more
Bab 2. Tikus dan Bola Ajaib
Malam telah tiba, sekitar pukul tujuh Upik bergegas ke dapur, perutnya sudah lapar betul.Pintu dapur rumah pak Bowo belum dibuka, dan nampan yang biasa berisi makanan sisapun belum kelihatan di bawah pintu. Upik menunggu di luar, tepat di samping pintu dapur. Sudah sejam, tak kunjung ada yang membukakan pintu. Biasanya buk Laila istri pak Bowo atau Sukiyem pembantu di rumah itu akan memanggil manggil Upik untuk mengambil jatah makannya. Lapar yang ia rasakan memaksanya mencoba mengetuk pintu dapur. Tok, tok, tok!Upik menunggu, berharap ketukannya disambut terbukanya pintu. Namun, tak ada respon sama sekali. Sudah dua jam lebih Upik menunggu, ia memutuskan melihat ke arah depan rumah. Biasanya pak Bowo ataupun istrinya akan marah jika Upik memperlihatkan dirinya di halaman depan rumah pak Bowo. Namun kini, ia betul betul kelaparan. Ia melangkah ragu ke depan rumah, ia perhatikan pintu dan jendela semuanya tertutup. Sepertinya, keluarga pak Bowo sedang tidak ada di rumah. Upik m
Read more
Bab 3. Pak Bowo Berulah Lagi
Endang, pekerja wanita yang kemarin dipergokin Upik berduaan di bilik kamar mandi bersama pak Bowo, kembali masuk bekerja. Pekerjaannya adalah memberi pakan ayam dan memeriksa telur-telur ayam. Pekerja di peternakan ayam pak Bowo tidaklah banyak, hanya bekisar enam orang tidak termasuk Upik. Empat orang adalah pria dan dua orang wanita. Satu orang wanita lagi adalah Sukiyem, pembantu rumah pak Bowo yang bekerja mengawasi para Pekerja. Pekerja wanita kerap berganti. Kebanyakan diberhentikan sepihak oleh pak Bowo. Alasannya beragam, mulai dari tak becus, sampai karna tak mau melayani pak Bowo. Ibu Laila istri pak Bowo tidak tahu sama sekali ulah nakal suaminya, ia keseringan berada di rumah orangtuanya. Alasannya, karna tak tahan dengan aroma tak enak dari kandang-kandang ayam itu. Sementara para pekerja lainnya, hapal betul kebiasaan pak Bowo. Para pekerja laki-laki kerap diam diam menonton adegan panas antara pak Bowo dan Pekerja wanitanya. Endang berjalan menunduk ke arah kandang
Read more
Bab 4. Termakan Sumpah
Mendapati hal tersebut, buk Laila langsung naik pitam. Emosinya membara, ia mengambil sekop dan melangkah lebar-lebar hendak menghantamkan sekop tersebut ke arah mereka berdua. Kepanikan terjadi, pak Bowo sontak menghindar, demikian Endang. Sekop tertancap di tengah-tengah antara pak Bowo dan Endang. "Kurang ajar! laki-laki iblis! lacurrr!!" teriak buk Laila menggelegar. Ia melempar apapun yang ia dapati di gudang itu ke arah mereka berdua. Endang yang menyadari posisinya sedang tak aman segera menyelamatkan diri, berlari keluar sambil menyambar pakaiannya. Ia berpakaian sambil berlari. Pak Bowo tak kalah panik. Ia berusaha menghindar sambil tetap berusaha menenangkan istrinya. "Buuuuk, tenang Buuuk! ini tidak seperti yang Ibuk fikirkan.""Kau menelfonku dengan alasan sakit, tapi kau malah pijat-pijatan dengan Pelacur itu!""Siapa yang menelfon? aku gak pernah menelfon Ibuk.""Sialaaan! kau rasakan ini!" bu Laila melempar sebuah ember ke arah kepala pak Bowo, dan tepat sasaran. "
Read more
Bab 5. Benda Bulat itu Lapar
Banyak orang mengerumuni jenazah pak Bowo. Tak ada usaha penyelamatan dilakukan, karna korban sudah meninggal. Mereka membopong tubuh pak Bowo masuk ke dalam rumah. Upik masih berdiri di teras gudang, ia menyaksikan sendiri bagaimana benda bulat hitam itu mengeluarkan cahaya ungunya, saat terjadi angin, mendung dan kilat. Upik berlari mengejar benda bulat itu, ia sembunyikan di balik bajunya. Seolah tak perduli keributan yang terjadi, ia berlari menuju rumahnya. Sampai di rumahnya, ia keluarkan benda bulat itu dari bajunya. Ia perhatikan betul-betul, benda itu tampak tak mengeluarkan cahaya ungu lagi dari celah-celah retakannya. Digoncang-goncangkannya benda tersebut, namun benda itu tetap tak mengeluarkan cahayanya. "Kau ini apa?"Benda bulat itu tampak mengeluarkan cahaya redup keunguan tidak seperti biasanya, lantas padam kembali. "Apa kau hidup?"Kembali benda bulat itu mengeluarkan cahaya redupnya seolah menyahuti pertanyaan Upik. "Kau mengenalku?"Kembali mengeluarkan caha
Read more
Bab 6. Kisah Bowo, Ainun dan Laila
"Aku tak mau berpisah denganmu Bowo! kau sudah berjanji menikahiku!""Aku tak bisa Ainun. Jika kita menikah, kita mau makan apa? aku sama sekali tak punya pekerjaan.""Lantas kau memilih Laila karna ia memiliki Peternakan Ayam?""Ini kesempatanku untuk merubah hidup Ainun. Mengertilah! Peternakan ayam milik keluarga Laila itu sangat besar, orangtuanya berjanji akan memberikan seperempat dari ternak ayam itu menjadi hak milikku jika aku menikahi putrinya.""Lantas bagaimana nasibku Bowo? kau lupa, aku mengandung anakmu sekarang? sudah memasuki empat minggu Bowo!""Aku mencintaimu Ainun, hanya saja kau harus ikuti rencanaku. Aku takkan membiarkanmu sendirian.""Apa rencanamu?""Kau akan kubawa ke rumah kami setelah aku menikahinya nanti. Akan kuperkenalkan kau sebagai sepupuku yang hamil di luar nikah.""Bagaimana kau bisa meyakinkannya?""Dia cinta mati padaku Ainun, dia akan menurutiku."***Rencana Bowo benar-benar terjadi. Ia menguasai seperempat dari ternak ayam milik keluarga Lail
Read more
Bab 7. Petualangan
Sampan terus mengikuti arus sungai, saat Pemuda bola cahaya itu melepas genggamannya dari tangan Upik, cahaya yang keluar meredup kembali. Upik yang menyadari itu langsung tersentak, ia masih belum percaya dengan penglihatannya baru saja. Kilas balik tentang kisah hidup orangtuanya dan dirinya. "Bagaimana perasaanmu?" tanya Pemuda itu. Upik tiba-tiba menunduk, isaknya terdengar sesak. Sebenarnya ia tidak mengerti tentang arti hidupnya sampai saat ini. Ia lahir dan hidup dengan penuh kepalsuan dan pembodohan. Membayangkan betapa sulit dan menyedihkannya akhir hidup Ibunya, Upik terisak terputus-terputus, "Maaak..." lirihnya, air mata dan ingusnya seketika membanjiri wajahnya. Tikus yang seolah mengerti kondisi Upik naik ke atas pundaknya, berdecit seolah mengatakan turut berdukanya. "Ini sudah ditakdirkan Upik, aku akan selalu membantumu dalam kondisi apapun. Perjalanan menemukan jati dirimu akan dimulai dari sini.""Jati diri?""Ya! selama ini kau terkurung dan disembunyikan, saa
Read more
Bab 8. Orang Gila
***Aliran sungai yang tenang perlahan membawa sampan menuju pinggiran sungai. Tak begitu jauh terlihat aktifitas warga setempat seperti menyuci pakaian, menyuci piring, mandi dan beberapa anak-anak yang bermain air. Awalnya Upik sumringah, ia sudah membayangkan perubahan hidupnya akan di mulai dari pinggir sungai ini. Bayangan bisa berdampingan dengan masyarakat, beraktifitas seperti orang-orang kebanyakan, dan bercengkrama dengan sesama layaknya manusia, kian membuatnya bersemangat. Tubuhnya ia bungkukkan, kepalanya ia condongkan ke depan, seolah tak sabar menyapa mereka yang berada di pinggiran sungai tersebut. Namun sayang, saat sampan mendekati orang-orang tersebut, respon ketakutan yang ia dapat. Orang-orang yang sedang beraktifitas di pinggir sungai mendadak beringsut, menunjukkan gestur mengusir. Tangan mereka dipukul-pukulkan ke air menghalau sampan mendekat. "Orang gilaaa...! orang gilaa...!" sorakan dari anak-anak yang mengiringi halauan orang tua mengusir Upik untuk men
Read more
Bab 9. Drama Mandi
***Mereka melihat Upik sendirian di atas sampan, penampilan yang tak wajar atau lebih tepatnya seperti orang tak waras, dengan tas karung usang di tangannya. Tiga orang laki-laki tersebut mendadak tertawa, meledek dan ada pula yang menyiram-nyiramkan air ke arah Upik. Salah seoerang yang memegang botol minuman meludah ke arah Upik, yang memegang alat dayung, memukul-mukulkan dayungnya ke sampan yang dinaiki Upik, dan yang berdiri sambil memegang Jala meniru-nirukan gestur kera dengan suara khas keranya. Upik beringsut menjauhkan posisi duduknya dari mereka, dia ketakutan, tas karungnya ia pegang erat-erat, ia tutup matanya sambil berharap Mpus merubah dirinya seketika menjadi manusia bersih dan terlihat normal, agar tiga orang tersebut berhenti membulinya. Berapa kalipun Upik menutup matanya sambil berharap Mpus merubahnya, atau memperlihatkan keajaibannya, saat Upik membuka mata, keadaan tetap sama saja. Hingga sampan milik tiga orang laki-laki tersebut perlahan menjauhinya. Upi
Read more
Bab 10. Nur dan Bagus
***Sore menjelang petang, Mpus dan Upik sudah berjalan jauh dari tepian sungai. Mereka bertemu beberapa orang yang berlalu lalang yang selalu melihat mereka dengan tatapan heran, terutama melihat Mpus. Dari sekian orang yang mereka lalui, ada beberapa yang menyempatkan menyapa. "Dari mana ini ya Mbak dan Masnya?""Kita dari Desa sebelah pak." Mpus yang menjawab. "Ooo, pantas terlihat asing. Mas dan Mbaknya mau kemana?"Mpus dan Upik saling berpandangan, sampai saat ini mereka belum memiliki tujuan. "Kami baru saja di usir oleh orangtua kami Pak, dia adik saya. Ayah kami menikah lagi dengan perempuan jahat." Mpus mulai mengarang sebuah kisah. "Aduuh, kasihan sekali. Padahal kalian terlihat cantik dan tampan. Bahkan pakaian Mas terlihat sangat berbeda dengan pemuda-pemuda yang biasa saya lihat.""Pakaian saya kenapa Pak?" Mpus memperhatikan pakaiannya dari bawah. "Seperti Pemuda Pengembara saja yang saya lihat di filem-filem, hehehhe..." Mpus dan Upik saling berpandangan. Upik t
Read more
DMCA.com Protection Status