Share

Kehidupan Baru

Author: DeealoF3
last update Last Updated: 2023-02-24 16:25:40

"Jadi, nanti kamu akan tinggal di sini bersama kakek, Cinde," ucap Sultan Andromeda.

Aku masih menggeleng-gelengkan kepala atas semua yang baru saja terjadi. Sulit sekali rasanya untuk mempercayai ini semua. Siapa yang menyangka, bahwa kehidupanku yang beberapa menit lalu masih tidak jelas akan tinggal di mana, beberapa saat selanjutnya malah akan tinggal di rumah mewah bak istana ini.

"Tapi saya masih belum percaya, Tuan. Eh, maksud saya, kakek. Bagaimana bisa kakek yakin kalau saya adalah cucu kakek?"

Sultan tersenyum. "Besok pagi akan kakek ceritakan semuanya. Sekarang sudah larut malam. Kamu pasti lelah. Istirahatlah," sahutnya bijak.

"Asykar, tolong panggil pelayan untuk mengantar Cinde ke kamarnya."

"Baik, Tuan."

Om Asykar menghubungi salah satu pelayan melalui intercom yang terpasang di dinding belakang, tempat ia berdiri.

Tak lama kemudian muncul seorang wanita bereseragam hitam-putih yang sebelumnya sudah aku lihat di pintu masuk tadi.

"Bi Jariyah, tolong kamu antar nona muda ke kamarnya."

Wanita yang dipanggil Bi Jariyah itu hanya menjawab dengan membungkukkan sedikit badannya. Kuperhatikan ia juga tidak berani untuk memandang langsung ke arah Tuan Sultan Andromeda.

"Mari Nona, ikut saya," ucapnya hormat yang sontak membuatku jadi salah tingkah. Ia meminta tas ranselku untuk ia bawakan, tapi kutolak secara halus.

Bi Jariyah membawaku ke lantai dua rumah ini. Kami melintasi sebuah lorong panjang yang dialasi oleh karpet berwarna coklat keemasan. Kemudian ia membuka sebuah ruangan.

"Nona, ini kamar nona. Silakan beristirahat . Jika Nona butuh bantuan, jangan sungkan hubungi saya melalui intercom yang ada di kamar nona," ucapnya lagi.

"Baik, Bu. Terima kasih banyak," jawabku canggung sambil membungkukkan badan. Membuat wanita paruh baya di depanku ini mengatupkan mulut untuk menahan tawa.

"Nona bisa panggil saya, Bi Jariyah. Saya dan para wanita yang berseragam di rumah ini adalah pelayan nona. Baik, Nona, Saya permisi. Semoga Nona betah tinggal di rumah ini."

"Oh, iya, Bi. Saya boleh minta tolong?"

"Silakan Nona."

"Tolong Bibi panggil saya, Cinde saja. panggilan nona terdengar aneh di telinga."

"Maaf, Nona, tapi itu tidak mungkin saya lakukan. Sudah peraturan di rumah ini seperti itu."

Aku mengangguk-anggukan kepala. "Kalau begitu panggil saya Cinde jika kita hanya berdua saja, ok? Saya harap kita bisa menjadi teman."

***

Perlahan kumasuki ruangan yang kini menjadi kamarku itu. Begitu masuk ke dalamnya, mata ini kembali dibuat terpukau dengan pemandangan indah di depanku. Kamar berukuran kira-kira 5 x 10 meter yang didekorasi dengan tema girly dan feminin. Keseluruhan dindingnya dilapisi wallpaper berwarna soft pink dengan motif bunga.

Di tengah sisi kanan ruangan terdapat ranjang dengan tiang di keempat sisinya. Ditutupi dengan kelambu berwarna senada dengan seprai berwarna pink yang melapisi kasur yang sangat nyaman saat kududuki. Kucoba meraba pelan seprai yang terasa begitu lembut di tangan.

Di bagian sudut kamar, sejajar dengan tempat tidur, terdapat pintu berwarna krem yang menuju ke kamar mandi yang juga besar dan nyaman. Sedangkan di sisi lain berdiri gagah sebuah lemari empat pintu berwarna putih berukuran besar. Tepat di tengahnya terdapat cermin setinggi orang dewasa.

Karpet lembut berwarna soft pink yang melapisi sebagian besar kamar semakin membuat kamar ini terkesan indah dan menawan.

Kurebahkan tubuh keatas ranjang yang begitu empuk ini. Saking senangnya, kuputar tubuh ke kanan ke kiri berkali-kali. Kucubiti kedua pipi, untuk memastikan kalau ini nyata dan bukan mimpi.

"Aaaarggh!" pekikku. "Aku adalah cucu dari Sultan Andromeda. Aaa ...."

"Ehem."

Terdengar suara berat seseorang dari arah pintu. Dengan gerakan secepat kilat, aku segera bangkit dari posisiku semula.

Seorang pria gagah berwajah tampan sedang berdiri sambil bersandar di pintu kamarku yang belum kututup. Kakinya menyilang dan kedua tangannya terlipat di dada. Matanya memandang tajam tepat ke arahku, menyapu dari atas sampai ke bawah. Membuat ragaku serasa dingin dan membeku. Refleks aku langsung membungkuk memberi hormat.

"Se-selamat malam, Tuan. Saya, Cinde," ucapku terbata.

Seketika pria itu tertawa singkat, hingga menampakkan deretan gigi yang putih dan terawat.

Perlahan kuangkat wajahku. Kuberanikan diri untuk melihat sosoknya secara lebih jelas. Alisku bertaut sambil menatapnya dengan raut wajah bingung.

"Hai, Cinde. Lo, pasti gadis yang Asykar maksud. Lucu juga," ucapnya sambil mengangguk-anggukkan kepala. Tangannya masih terlipat di dada.

Ia berjalan mendekat, lalu menghampiriku yang masih terpaku di posisi semula.

"Kenalin, Prabu Andromeda. Panggil aja, Prabu. Aku kakak sepupu kamu." Ia mengulurkan tangan.

Prabu Andromeda? Namanya terdengar tidak asing. Di mana ya aku pernah mendengar nama itu?

Ah iya, jadi ini, sosok Prabu Andromeda yang kemarin Kak Drewnella maksud?

Bersambung.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Upik Abu jadi Nyonya   Bantuan Gita

    "Saya nggak pa-pa, Ustaz. Kalau diizinkan, saya mau izin dari pelajaran."Ustaz Novan sedikit terkejut dengan sikap ketus Ananta. Ia kemudian terdiam beberapa detik. "Silakan. Salma kamu tolong antar Ananta ke kamar, ya.""Baik, Pak Ustaz."Ustaz Novan hanya memandang punggung Ananda yang semakin mengecil. Kelas pun seketika hening.Sepeninggal Ananta, Ustaz Novan meneruskan kembali pelajaran. Tapi tetap saja ia tidak bisa kembali berkonsentrasi dengan apa yang ia sampaikan. Sikap Ananta tadi terus membayangi kepalanya. Ia sangat yakin pasti Bu Nyai sudah menyampaikan maksud baiknya pada Ananta. Dan ia juga yakin bahwa perempuan itu menolak untuk berta'aruf dengannya. "Pasti ia tidak mau," gumam Ustaz Novan. Sama seperti Ustaz Novan, setelah keluar dari kelas Ananta pun dilanda kegelisahan. Ia mendadak diam seribu bahasa. Salma pun jadi bingung dibuatnya. Sahabat Ananta itu ingin sekali menasehati Ananta bahwa sikapnya tidak baik. Tapi ia yakin Ananta pasti tahu apa yang ia lakukan *

  • Upik Abu jadi Nyonya   Kisah Prabu

    Jutaan detik berlalu hingga mampu mengikis nama Cinde di hati seorang Prabu Andromeda. Keputusannya menetap di Jepang adalah keputusan tepat karena di sana ia bisa menyibukkan diri dengan banyak aktivitas. Namun, meski usianya sudah hampir kepala tiga, ia masih belum bisa menemukan wanita yang mampu membuat hatinya gemetar. Seperti dulu, saat ia bersama Cinde. "Pagi, Pak Prabu," sapa Yuki, sekretaris pribadinya. Meski tahun ini ia sudah merayakan hari jadinya yang ke 45, tapi Yuki sangat cekatan. Ia adalah salah satu orang kepercayaan Prabu. "Pagi, Yuki san. Ada menu apa hari ini?"Tidak hanya piawai dalam pekerjaan, Yuki pun dikenal sangat pandai memasak. Dia bisa membuat banyak menu enak hanya dalam waktu singkat. Setiap hari ia selalu membuat eksperimen yang akan ia berikan pada Prabu. "Ini, cobalah. Aku baru selesai membuat muffin isi ayam." Yuki menyajikan dua buah kue berwarna keeemasan yang dialasi alumunium foil. Sontak, wangi tumisan ayam yang berpadu dengan bumbu dan iri

  • Upik Abu jadi Nyonya   Sikap Ananta

    "Apa? Ustad Novan? Ustadz Novan mau taaruf sama saya, Bu Nyai? Nggak, nggak mungkin. Bu Nyai pasti salah." Wanita berparas ayu itu lalu menggeleng keras. "Tidak, Ananta. Ustadz Novan sendiri yang minta bantuan ibu untuk menyampaikan niat baiknya ke kamu.""Tapi, Bu Nyai, kenapa Ustadz Novan mau taaruf sama saya? Masih banyak gadis lain yang bisa diajak taaruf, kan?" Ananta masih tidak habis pikir. "Ya, ibu juga nggak tau. Itu sudah keputusan Ustaz Novan. Ibu hanya menyampaikan. Gimana, Nanta? Apa kamu bersedia?""Maaf kalau mengecewakan Bu Nyai, tapi saya enggak bisa, Bu Nyai! Saya nggak mau. Tolong katakan sama Ustadz Novan, saya menolak tawaran taaruf itu.""Kamu nggak mau coba dulu? Hanya taaruf aja, kok. Kalau misalnya kamu tidak cocok karena suatu hal, kamu tidak harus lanjut ke proses selanjutnya, kan.""Maafkan saya, Bu Nyai. Keputusan saya sudah bulat."Lagipula kalau aku menyetujui ta'aruf ini, aku takut ke depannya hatiku akan semakin terluka, batin Ananta. "Kamu yakin?"

  • Upik Abu jadi Nyonya   Tawaran Taaruf

    "Apa Ibu tidak salah dengar, Van? Kamu mau menikah dengan gadis cacat? Apa tidak ada gadis lain? Kamu itu masih muda, masih perlu dilayani oleh istrimu nanti. Aktivitas padat. Kalau tidak ada istri yang melayanimu kamu akan kesulitan."Novan terdiam mendengar untaian kata keluar satu persatu dari mulut ibunya. Ia sudah mengira jika ibunya pasti tidak akan mudah menerima keputusannya. Namun, Novan tidak akan menyerah. Ia akan berusaha membujuk Ibunya dan keluarga besarnya agar bisa menerima Ananta. "Iya. Mbak setuju sama apa yang ibu bilang. Sebaiknya kamu simpan saja rasa cinta kamu sama gadis itu. Cari wanita lain yang bisa membuatmu menjadi lelaki sempurna dan bisa melayanimu seperti istri pada umumnya." Setali tiga uang dengan sang ibu, begitu juga dengan Lastri, kakak sulung Novan yang dengan terang-terangan menolak maksud Novan untuk melamar Ananta. Novan meremas ke sepuluh jemarinya yang ia letakkan di atas lutut. Ia lalu menarik napas dalam-dalam dan mengembuskannya perlahan l

  • Upik Abu jadi Nyonya   Perasaan Ustaz Novan

    Di dalam kamarnya Novan merebahkan tubuh sambil melihat ke langit-langit. Memandang wajah Ananta membuatnya teringat akan seseorang yang sudah lama berada dalam hatinya: gadis yang dulu pernah ia sukai semasa kuliah di Turki. Namun, karena perbedaan status, Novan hanya menyimpan perasaannya dalam-dalam.Novan tahu tidak seharusnya menatap wajah Ananta. Karena sebagai guru harus menundukkan pandangan. Ia hanya sesekali menatap wajah itu. Makanya kemarin saat Pak Kiyai memanggilnya, dadanya berdegup kencang. Ia takut perasaannya pada Ananta akan diketahui oleh Pak Kyai.Novan Berencana untuk melamar Ananta tetapi tidak secepat itu, karena mereka juga baru bertemu beberapa kali. Ia ingin menyelidiki keluarga Ananta dulu dan melamarnya langsung pada sang Ibu. Setelah ibunya Ananta merestui baru ia akan mengatakan semuanya pada Pak Kyai. Novan pun berencana untuk menyampaikan maksudnya itu pada sahabat baiknya Ustadz Fadil. Yang juga merupakan pengajar di pesantren itu. "Aku tahu sebenarn

  • Upik Abu jadi Nyonya   Iri

    "Nggak papa, kok, Sal. Aku mau jawab. Apa yang kamu denger emang bener. Aku udah pernah nikah."Ucapan Ananta membuat bola mata Salma membulat. Kemudian ia bangkit dari duduknya dan mendekati Ananta. "Terus gimana ceritanya kamu bisa masuk ke pesantren ini? Suami kamu tahu? Dia ngijinin? Seingatku, kamu datang ke sini cuma sama ibu, teman dan adikmu."Raut wajah Ananta langsung berubah sedih. "Suamiku nggak ikut, Sal, karena dia udah meninggal. selain kehilangan kaki, di kecelakaan itu aku juga kehilangan suami. Dan enggak cuma itu, aku juga kehilangan calon anak," ucap Ananta sambil tersenyum."Ya Allah, Ta." Salma pun langsung memeluk erat Ananta. Beberapa menit ke depan kedua sahabat itu saling mengeluarkan tangis. "Ujian kamu berat banget, sih. Sabar, ya," ucap Salma sambil mengusap pelan punggung Ananta. "Allah memberikan ujian itu karena cuman kamu yang bisa. Orang lain nggak mungkin sanggup. Kalau aku yang diuji kayak gitu, mungkin aku bisa gila kali, Ta.""Iya, Sal. Aku udah

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status