Share

Cerita Kakek

Auteur: DeealoF3
last update Dernière mise à jour: 2023-03-06 08:59:01

Selamat membaca, jangan lupa tinggalkan jejak ya, Kak. Makasi udah mampir. Semoga suka. 

Kuusap pelan gambar seorang pria bersama dengan seorang wanita, di dalam album foto berwarna keemasan ini. Seorang pria tampan dengan senyum hangat yang menenangkan siapapun yang melihatnya. Garis wajahnya tegas, tulang rahangnya besar dan ada sebuah lesung pipit di kedua pipinya saat ia tersenyum. Rambutnya hitam bergelombang. Iris mata coklatnya mengingatkanku pada seseorang yang juga mempunyai warna lensa mata yang sama. Diriku. Jika bercermin, aku akan memiliki garis wajah yang serupa dengan pria di foto ini.

"Jadi pria ini adalah ayahku?" tanyaku masih sambil memandangi gambar tak bergerak itu.

"Iya, Cinde. Dia Arjuna, anak Kakek satu-satunya yang juga ayahmu."

"Lalu, wanita di sebelahnya ini ... apa dia ibuku?"

Kakek Sultan menggeleng pelan. 

"Dia Selena. Istri kedua ayahmu," jawabnya pelan seraya mengalihkan pandangan ke arah luar jendela yang terletak persis di sebelah kanannya. "Ibumu bernama Ratu, dia berasal dari keluarga sederhana. Dulu dia bekerja sebagai karyawan hotel milik keluarga kami. Ayahmu bertemu ibumu saat dulu dia sedang mengunjungi hotel kami yang ada di Malang. Waktu itu, ayahmu tidak sengaja menabrak ibumu dengan mobil. Peristiwa itulah yang membuat hubungan ayah dan ibumu semakin dekat. Sayangnya, Kakek, tidak mempunyai foto ibumu," sesal Sultan. 

"Ayahmu yang jatuh cinta kepada ibumu menikahinya secara diam-diam, karena nenekmu Suri, tidak setuju kalau ibumu menjadi  menantunya. Waktu itu ayahmu sempat meninggalkan rumah selama seminggu demi untuk menikah dengan Ratu."

"Nenek tidak setuju karena ibuku berasal dari keluarga miskin?" tanyaku.

Kakek mengangguk mengiyakan.

"Pernikahan diam-diam ayahmu di Malang, membuat Suri marah, hingga menyebabkan ia jatuh sakit. Kondisi jantungnya sudah tidak baik. Dokter tidak memperbolehkan Suri untuk bekerja lagi, untuk mencegah agar ia tidak stress dengan segala masalah di kantor. Karena alasan itulah, nenekmu bersikeras menyuruh Arjuna kembali ke Jakarta, untuk menyerahkan posisinya di hotel milik keluarga Andromeda. Nenekmu juga telah menyiapkan calon pengganti ibumu untuk diperistri Arjuna," sambung Kakek.

"Lalu, demi menjaga kesehatan ibunya, ayahmu bersedia untuk menikah dengan Selena, wanita yang telah nenekmu pilih untuk menjadi istrinya. Tapi, waktu itu, ayahmu meminta kalau Ratu, istri pertamanya, harus tau tentang ini. Arjuna tidak mau menikah diam-diam di belakang Ratu. Bahkan, ia sempat meminta izin kepada Suri untuk kembali ke Malang, tapi Suri menolaknya. Akhirnya untuk memenuhi permintaan Arjuna, Suri membawa ibumu ke sini, tapi ia tidak diperbolehkan untuk bersama dengan Arjuna. Ia hanya dijadikan sebagai pembantu di rumah ini."

Aku tercekat mendengar cerita Kakek. Mengapa nasibku saat ini tidak jauh berbeda dengan nasib Ibu dulu? 

"Tanpa tahu bahwa Ratu sedang mengandung,  ayahmu pergi ke Australia untuk menikah dengan Selena dan selanjutnya menetap di sana," sambung Kakek. 

"Jadi ayah meninggalkan Ibu dan aku, serta menelantarkan kami begitu saja?" tanyaku dengan suara menahan emosi. 

Seketika aku merasa benci dengan sosok ayah dan nenekku. Merekalah penyebab ibuku menderita dan juga yang menyebabkan aku sering mendapat penghinaan karena miskin.

"Tidak Cinde. Ayahmu tidak bersalah. Jangan membencinya."

Sepertinya Kakek bisa membaca apa yang sedang aku pikirkan. 

"Justru, sebelum berangkat ke Australia, ayahmu menitipkan Ratu pada Suri. Selama berada di sana, ayahmu juga sudah berusaha untuk menghubungi ibumu, tapi selalu mendapat halangan dari Suri. Nenekmu mengatakan pada Arjuna kalau keadaan ibumu baik-baik saja. Bahkan ia juga yang merencanakan agar ayahmu bisa menetap di Australia dan meminta pada Selena untuk membuat Arjuna melupakan Ratu."

"Lalu apa yang terjadi dengan Ibu? Mengapa ia tidak memaksa untuk tetap bersama ayahku? Biar bagaimanapun, ibuku adalah istrinya."

"Itu semua untuk menjaga kesehatan nenekmu, Cinde. Ayahmu terpaksa meninggalkan ibumu di sini. Sepeninggal ayahmu, ibumu memutuskan untuk pergi dari rumah ini. Ia kembali ke rumah orang tuanya di Malang. Tentu saja Suri mengizinkan, bahkan ia menunggu agar Ratu bisa segera keluar dari rumah ini tanpa perlu mengusirnya. Ratu juga belum mengatakan pada siapapun mengenai kehamilannya." Kakek mengakhiri ceritanya. 

Tanpa terasa bulir bening sudah memenuhi pelupuk mataku, "Lalu, buat apa sekarang Kakek mencariku? Mengapa dulu Kakek tidak berusaha melindungi Ibuku?" isakku.

"Maafkan Kakek, Cinde. Saat itu, Surilah yang memegang kuasa atas semua keputusan di rumah ini, termasuk mengatur kehidupan Kakek dan Arjuna, anaknya. Lagi pula, saat peristiwa itu terjadi, Kakek sedang tidak ada di Indonesia. Kakek buyutmu menugaskan kakek untuk mengurus bisnis hotel kami di Jepang. Sedangkan nenekmu tidak menceritakan apapun tentang ibumu. Kakek mohon, maafkanlah sikap nenekmu dulu, Cinde. Biar ia tenang di sana," pinta Kakek.

Aku bergeming, masih tidak menerima perlakuan keluarga ini pada ibuku. 

"Semua yang tadi Kakek ceritakan, berdasarkan apa yang disampaikan oleh Asykar dan Bi Aidah, pelayan nenekmu dulu. Bahkan saat ayahmu menikah dengan Selena, kakek tidak diberitahu kalau sebelumnya ia sudah pernah menikah dengan ibumu. Waktu kakek kembali ke Indonesia, Ratu sudah tidak tinggal di sini. Bi Aidah bilang pada saat meninggalkan rumah ini, Ratu dalam keadaan hamil, karena sebelumnya ia sempat melihat Ratu mengelus-elus dan berbicara kepada perutnya," jelas Kakek.

"Saat itu juga, Kakek secara diam-diam langsung memerintahkan Asykar untuk mencari Ratu di rumah orang tuanya di Malang. Tapi, karena kondisi Suri yang masih sakit, Kakek tidak bisa mengajak ibumu untuk kembali tinggal di rumah ini. Kakek juga tidak bisa menghubungi ayahmu sesuai permintaan nenekmu. Kakek hanya bisa menawarkan bantuan pada ibumu. Tapi, Ratu menolak semua bantuan Kakek. Ia tidak mau anaknya berhubungan lagi dengan keluarga Andromeda."

Aku makin tersedu, membayangkan bagaimana ibuku dulu, harus mengandung dan melahirkanku seorang diri tanpa sosok suami di sampingnya. 

Mendadak hatiku merasa rindu akan sosoknya, bagaimanakah wajahmu Ibu? Agar jika kelak Cinde merasa rindu, Cinde bisa membayangkanmu. 

Kakek juga bilang kalau sebelum melahirkanku, Ibuku kembali menghilang. Saat Asykar dan anak buah kakek mencarinya ke rumah kakek nenekku di Malang, rumahnya kosong, bahkan sudah dijual. Kakek nenekku sudah wafat. Akhirnya Om Asykar bisa menemukan Ibu kembali di sebuah panti asuhan, di daerah Bekasi, Jawa Barat. 

Setelah melahirkanku, ibuku meninggal dunia. Ia sempat mewasiatkan pada pemilik panti agar aku bisa tinggal dan tumbuh besar di panti asuhan itu dan tidak mengizinkan keluarga Andromeda untuk membawaku, serta merahasiakan kalau aku adalah seorang Andromeda.

Kakek bilang, Ibu juga sudah menyiapkan nama bayinya jika kelak anaknya terlahir perempuan. Cindelaras Putri Arjuna.

Bersambung.

Continuez à lire ce livre gratuitement
Scanner le code pour télécharger l'application

Latest chapter

  • Upik Abu jadi Nyonya   Bantuan Gita

    "Saya nggak pa-pa, Ustaz. Kalau diizinkan, saya mau izin dari pelajaran."Ustaz Novan sedikit terkejut dengan sikap ketus Ananta. Ia kemudian terdiam beberapa detik. "Silakan. Salma kamu tolong antar Ananta ke kamar, ya.""Baik, Pak Ustaz."Ustaz Novan hanya memandang punggung Ananda yang semakin mengecil. Kelas pun seketika hening.Sepeninggal Ananta, Ustaz Novan meneruskan kembali pelajaran. Tapi tetap saja ia tidak bisa kembali berkonsentrasi dengan apa yang ia sampaikan. Sikap Ananta tadi terus membayangi kepalanya. Ia sangat yakin pasti Bu Nyai sudah menyampaikan maksud baiknya pada Ananta. Dan ia juga yakin bahwa perempuan itu menolak untuk berta'aruf dengannya. "Pasti ia tidak mau," gumam Ustaz Novan. Sama seperti Ustaz Novan, setelah keluar dari kelas Ananta pun dilanda kegelisahan. Ia mendadak diam seribu bahasa. Salma pun jadi bingung dibuatnya. Sahabat Ananta itu ingin sekali menasehati Ananta bahwa sikapnya tidak baik. Tapi ia yakin Ananta pasti tahu apa yang ia lakukan *

  • Upik Abu jadi Nyonya   Kisah Prabu

    Jutaan detik berlalu hingga mampu mengikis nama Cinde di hati seorang Prabu Andromeda. Keputusannya menetap di Jepang adalah keputusan tepat karena di sana ia bisa menyibukkan diri dengan banyak aktivitas. Namun, meski usianya sudah hampir kepala tiga, ia masih belum bisa menemukan wanita yang mampu membuat hatinya gemetar. Seperti dulu, saat ia bersama Cinde. "Pagi, Pak Prabu," sapa Yuki, sekretaris pribadinya. Meski tahun ini ia sudah merayakan hari jadinya yang ke 45, tapi Yuki sangat cekatan. Ia adalah salah satu orang kepercayaan Prabu. "Pagi, Yuki san. Ada menu apa hari ini?"Tidak hanya piawai dalam pekerjaan, Yuki pun dikenal sangat pandai memasak. Dia bisa membuat banyak menu enak hanya dalam waktu singkat. Setiap hari ia selalu membuat eksperimen yang akan ia berikan pada Prabu. "Ini, cobalah. Aku baru selesai membuat muffin isi ayam." Yuki menyajikan dua buah kue berwarna keeemasan yang dialasi alumunium foil. Sontak, wangi tumisan ayam yang berpadu dengan bumbu dan iri

  • Upik Abu jadi Nyonya   Sikap Ananta

    "Apa? Ustad Novan? Ustadz Novan mau taaruf sama saya, Bu Nyai? Nggak, nggak mungkin. Bu Nyai pasti salah." Wanita berparas ayu itu lalu menggeleng keras. "Tidak, Ananta. Ustadz Novan sendiri yang minta bantuan ibu untuk menyampaikan niat baiknya ke kamu.""Tapi, Bu Nyai, kenapa Ustadz Novan mau taaruf sama saya? Masih banyak gadis lain yang bisa diajak taaruf, kan?" Ananta masih tidak habis pikir. "Ya, ibu juga nggak tau. Itu sudah keputusan Ustaz Novan. Ibu hanya menyampaikan. Gimana, Nanta? Apa kamu bersedia?""Maaf kalau mengecewakan Bu Nyai, tapi saya enggak bisa, Bu Nyai! Saya nggak mau. Tolong katakan sama Ustadz Novan, saya menolak tawaran taaruf itu.""Kamu nggak mau coba dulu? Hanya taaruf aja, kok. Kalau misalnya kamu tidak cocok karena suatu hal, kamu tidak harus lanjut ke proses selanjutnya, kan.""Maafkan saya, Bu Nyai. Keputusan saya sudah bulat."Lagipula kalau aku menyetujui ta'aruf ini, aku takut ke depannya hatiku akan semakin terluka, batin Ananta. "Kamu yakin?"

  • Upik Abu jadi Nyonya   Tawaran Taaruf

    "Apa Ibu tidak salah dengar, Van? Kamu mau menikah dengan gadis cacat? Apa tidak ada gadis lain? Kamu itu masih muda, masih perlu dilayani oleh istrimu nanti. Aktivitas padat. Kalau tidak ada istri yang melayanimu kamu akan kesulitan."Novan terdiam mendengar untaian kata keluar satu persatu dari mulut ibunya. Ia sudah mengira jika ibunya pasti tidak akan mudah menerima keputusannya. Namun, Novan tidak akan menyerah. Ia akan berusaha membujuk Ibunya dan keluarga besarnya agar bisa menerima Ananta. "Iya. Mbak setuju sama apa yang ibu bilang. Sebaiknya kamu simpan saja rasa cinta kamu sama gadis itu. Cari wanita lain yang bisa membuatmu menjadi lelaki sempurna dan bisa melayanimu seperti istri pada umumnya." Setali tiga uang dengan sang ibu, begitu juga dengan Lastri, kakak sulung Novan yang dengan terang-terangan menolak maksud Novan untuk melamar Ananta. Novan meremas ke sepuluh jemarinya yang ia letakkan di atas lutut. Ia lalu menarik napas dalam-dalam dan mengembuskannya perlahan l

  • Upik Abu jadi Nyonya   Perasaan Ustaz Novan

    Di dalam kamarnya Novan merebahkan tubuh sambil melihat ke langit-langit. Memandang wajah Ananta membuatnya teringat akan seseorang yang sudah lama berada dalam hatinya: gadis yang dulu pernah ia sukai semasa kuliah di Turki. Namun, karena perbedaan status, Novan hanya menyimpan perasaannya dalam-dalam.Novan tahu tidak seharusnya menatap wajah Ananta. Karena sebagai guru harus menundukkan pandangan. Ia hanya sesekali menatap wajah itu. Makanya kemarin saat Pak Kiyai memanggilnya, dadanya berdegup kencang. Ia takut perasaannya pada Ananta akan diketahui oleh Pak Kyai.Novan Berencana untuk melamar Ananta tetapi tidak secepat itu, karena mereka juga baru bertemu beberapa kali. Ia ingin menyelidiki keluarga Ananta dulu dan melamarnya langsung pada sang Ibu. Setelah ibunya Ananta merestui baru ia akan mengatakan semuanya pada Pak Kyai. Novan pun berencana untuk menyampaikan maksudnya itu pada sahabat baiknya Ustadz Fadil. Yang juga merupakan pengajar di pesantren itu. "Aku tahu sebenarn

  • Upik Abu jadi Nyonya   Iri

    "Nggak papa, kok, Sal. Aku mau jawab. Apa yang kamu denger emang bener. Aku udah pernah nikah."Ucapan Ananta membuat bola mata Salma membulat. Kemudian ia bangkit dari duduknya dan mendekati Ananta. "Terus gimana ceritanya kamu bisa masuk ke pesantren ini? Suami kamu tahu? Dia ngijinin? Seingatku, kamu datang ke sini cuma sama ibu, teman dan adikmu."Raut wajah Ananta langsung berubah sedih. "Suamiku nggak ikut, Sal, karena dia udah meninggal. selain kehilangan kaki, di kecelakaan itu aku juga kehilangan suami. Dan enggak cuma itu, aku juga kehilangan calon anak," ucap Ananta sambil tersenyum."Ya Allah, Ta." Salma pun langsung memeluk erat Ananta. Beberapa menit ke depan kedua sahabat itu saling mengeluarkan tangis. "Ujian kamu berat banget, sih. Sabar, ya," ucap Salma sambil mengusap pelan punggung Ananta. "Allah memberikan ujian itu karena cuman kamu yang bisa. Orang lain nggak mungkin sanggup. Kalau aku yang diuji kayak gitu, mungkin aku bisa gila kali, Ta.""Iya, Sal. Aku udah

Plus de chapitres
Découvrez et lisez de bons romans gratuitement
Accédez gratuitement à un grand nombre de bons romans sur GoodNovel. Téléchargez les livres que vous aimez et lisez où et quand vous voulez.
Lisez des livres gratuitement sur l'APP
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status