Share

Cerita Kakek

Selamat membaca, jangan lupa tinggalkan jejak ya, Kak. Makasi udah mampir. Semoga suka. 

Kuusap pelan gambar seorang pria bersama dengan seorang wanita, di dalam album foto berwarna keemasan ini. Seorang pria tampan dengan senyum hangat yang menenangkan siapapun yang melihatnya. Garis wajahnya tegas, tulang rahangnya besar dan ada sebuah lesung pipit di kedua pipinya saat ia tersenyum. Rambutnya hitam bergelombang. Iris mata coklatnya mengingatkanku pada seseorang yang juga mempunyai warna lensa mata yang sama. Diriku. Jika bercermin, aku akan memiliki garis wajah yang serupa dengan pria di foto ini.

"Jadi pria ini adalah ayahku?" tanyaku masih sambil memandangi gambar tak bergerak itu.

"Iya, Cinde. Dia Arjuna, anak Kakek satu-satunya yang juga ayahmu."

"Lalu, wanita di sebelahnya ini ... apa dia ibuku?"

Kakek Sultan menggeleng pelan. 

"Dia Selena. Istri kedua ayahmu," jawabnya pelan seraya mengalihkan pandangan ke arah luar jendela yang terletak persis di sebelah kanannya. "Ibumu bernama Ratu, dia berasal dari keluarga sederhana. Dulu dia bekerja sebagai karyawan hotel milik keluarga kami. Ayahmu bertemu ibumu saat dulu dia sedang mengunjungi hotel kami yang ada di Malang. Waktu itu, ayahmu tidak sengaja menabrak ibumu dengan mobil. Peristiwa itulah yang membuat hubungan ayah dan ibumu semakin dekat. Sayangnya, Kakek, tidak mempunyai foto ibumu," sesal Sultan. 

"Ayahmu yang jatuh cinta kepada ibumu menikahinya secara diam-diam, karena nenekmu Suri, tidak setuju kalau ibumu menjadi  menantunya. Waktu itu ayahmu sempat meninggalkan rumah selama seminggu demi untuk menikah dengan Ratu."

"Nenek tidak setuju karena ibuku berasal dari keluarga miskin?" tanyaku.

Kakek mengangguk mengiyakan.

"Pernikahan diam-diam ayahmu di Malang, membuat Suri marah, hingga menyebabkan ia jatuh sakit. Kondisi jantungnya sudah tidak baik. Dokter tidak memperbolehkan Suri untuk bekerja lagi, untuk mencegah agar ia tidak stress dengan segala masalah di kantor. Karena alasan itulah, nenekmu bersikeras menyuruh Arjuna kembali ke Jakarta, untuk menyerahkan posisinya di hotel milik keluarga Andromeda. Nenekmu juga telah menyiapkan calon pengganti ibumu untuk diperistri Arjuna," sambung Kakek.

"Lalu, demi menjaga kesehatan ibunya, ayahmu bersedia untuk menikah dengan Selena, wanita yang telah nenekmu pilih untuk menjadi istrinya. Tapi, waktu itu, ayahmu meminta kalau Ratu, istri pertamanya, harus tau tentang ini. Arjuna tidak mau menikah diam-diam di belakang Ratu. Bahkan, ia sempat meminta izin kepada Suri untuk kembali ke Malang, tapi Suri menolaknya. Akhirnya untuk memenuhi permintaan Arjuna, Suri membawa ibumu ke sini, tapi ia tidak diperbolehkan untuk bersama dengan Arjuna. Ia hanya dijadikan sebagai pembantu di rumah ini."

Aku tercekat mendengar cerita Kakek. Mengapa nasibku saat ini tidak jauh berbeda dengan nasib Ibu dulu? 

"Tanpa tahu bahwa Ratu sedang mengandung,  ayahmu pergi ke Australia untuk menikah dengan Selena dan selanjutnya menetap di sana," sambung Kakek. 

"Jadi ayah meninggalkan Ibu dan aku, serta menelantarkan kami begitu saja?" tanyaku dengan suara menahan emosi. 

Seketika aku merasa benci dengan sosok ayah dan nenekku. Merekalah penyebab ibuku menderita dan juga yang menyebabkan aku sering mendapat penghinaan karena miskin.

"Tidak Cinde. Ayahmu tidak bersalah. Jangan membencinya."

Sepertinya Kakek bisa membaca apa yang sedang aku pikirkan. 

"Justru, sebelum berangkat ke Australia, ayahmu menitipkan Ratu pada Suri. Selama berada di sana, ayahmu juga sudah berusaha untuk menghubungi ibumu, tapi selalu mendapat halangan dari Suri. Nenekmu mengatakan pada Arjuna kalau keadaan ibumu baik-baik saja. Bahkan ia juga yang merencanakan agar ayahmu bisa menetap di Australia dan meminta pada Selena untuk membuat Arjuna melupakan Ratu."

"Lalu apa yang terjadi dengan Ibu? Mengapa ia tidak memaksa untuk tetap bersama ayahku? Biar bagaimanapun, ibuku adalah istrinya."

"Itu semua untuk menjaga kesehatan nenekmu, Cinde. Ayahmu terpaksa meninggalkan ibumu di sini. Sepeninggal ayahmu, ibumu memutuskan untuk pergi dari rumah ini. Ia kembali ke rumah orang tuanya di Malang. Tentu saja Suri mengizinkan, bahkan ia menunggu agar Ratu bisa segera keluar dari rumah ini tanpa perlu mengusirnya. Ratu juga belum mengatakan pada siapapun mengenai kehamilannya." Kakek mengakhiri ceritanya. 

Tanpa terasa bulir bening sudah memenuhi pelupuk mataku, "Lalu, buat apa sekarang Kakek mencariku? Mengapa dulu Kakek tidak berusaha melindungi Ibuku?" isakku.

"Maafkan Kakek, Cinde. Saat itu, Surilah yang memegang kuasa atas semua keputusan di rumah ini, termasuk mengatur kehidupan Kakek dan Arjuna, anaknya. Lagi pula, saat peristiwa itu terjadi, Kakek sedang tidak ada di Indonesia. Kakek buyutmu menugaskan kakek untuk mengurus bisnis hotel kami di Jepang. Sedangkan nenekmu tidak menceritakan apapun tentang ibumu. Kakek mohon, maafkanlah sikap nenekmu dulu, Cinde. Biar ia tenang di sana," pinta Kakek.

Aku bergeming, masih tidak menerima perlakuan keluarga ini pada ibuku. 

"Semua yang tadi Kakek ceritakan, berdasarkan apa yang disampaikan oleh Asykar dan Bi Aidah, pelayan nenekmu dulu. Bahkan saat ayahmu menikah dengan Selena, kakek tidak diberitahu kalau sebelumnya ia sudah pernah menikah dengan ibumu. Waktu kakek kembali ke Indonesia, Ratu sudah tidak tinggal di sini. Bi Aidah bilang pada saat meninggalkan rumah ini, Ratu dalam keadaan hamil, karena sebelumnya ia sempat melihat Ratu mengelus-elus dan berbicara kepada perutnya," jelas Kakek.

"Saat itu juga, Kakek secara diam-diam langsung memerintahkan Asykar untuk mencari Ratu di rumah orang tuanya di Malang. Tapi, karena kondisi Suri yang masih sakit, Kakek tidak bisa mengajak ibumu untuk kembali tinggal di rumah ini. Kakek juga tidak bisa menghubungi ayahmu sesuai permintaan nenekmu. Kakek hanya bisa menawarkan bantuan pada ibumu. Tapi, Ratu menolak semua bantuan Kakek. Ia tidak mau anaknya berhubungan lagi dengan keluarga Andromeda."

Aku makin tersedu, membayangkan bagaimana ibuku dulu, harus mengandung dan melahirkanku seorang diri tanpa sosok suami di sampingnya. 

Mendadak hatiku merasa rindu akan sosoknya, bagaimanakah wajahmu Ibu? Agar jika kelak Cinde merasa rindu, Cinde bisa membayangkanmu. 

Kakek juga bilang kalau sebelum melahirkanku, Ibuku kembali menghilang. Saat Asykar dan anak buah kakek mencarinya ke rumah kakek nenekku di Malang, rumahnya kosong, bahkan sudah dijual. Kakek nenekku sudah wafat. Akhirnya Om Asykar bisa menemukan Ibu kembali di sebuah panti asuhan, di daerah Bekasi, Jawa Barat. 

Setelah melahirkanku, ibuku meninggal dunia. Ia sempat mewasiatkan pada pemilik panti agar aku bisa tinggal dan tumbuh besar di panti asuhan itu dan tidak mengizinkan keluarga Andromeda untuk membawaku, serta merahasiakan kalau aku adalah seorang Andromeda.

Kakek bilang, Ibu juga sudah menyiapkan nama bayinya jika kelak anaknya terlahir perempuan. Cindelaras Putri Arjuna.

Bersambung.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status