Share

BAB 42. Tidur di luar? Aku lawan!

“Mbak benar kan, itu Mbak Lintang? Itu, tu ... lagi ngobrol sama Mas Fais.” Kuikuti arah jari Susanti. Benar saja itu Mas Fais sedang ngobrol dengan Mbak Lintang. Mereka terlihat akrab sekali.

“Cocok ganteng dan cantik udah gitu sama-sama tajir melintir, tir, tir,” ujar Santi.

“Iya, benar. Memang ya, kalau jodoh itu ada kemiripan.”

“Ke sana, yuk, Mbak. Kita belum disapa sama Mbak Lintang.”

“Eh, jangan ... enggak usah sok akrab. Mereka orang kaya, beda dengan kita, San.”

“Eh, iya, juga, sih, Mbak. Ya, udah kita foto aja, yuk, kita kan, belum foto.”

Akhirnya aku dan Susanti foto-foto sendiri dengan berbagai gaya. Di sini tidak ada yang kenal kami, jadi mereka hanya menyapa saja. Sedang tuan rumah masih sibuk.

Aku sama sekali tidak mempermasalahkan itu dan aku sangat maklum. Sudah diundang ke sini aja aku bahagia sekali.

“Coba lihat, San, fotonya?” Kulihat foto kami berdua. Memang cantik dari biasanya pantas saja di rumah tadi semua orang pangling.

“Kirim ke HP-ku ya, San, mau aku kirim
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status