Pagi hari di kantor sebuah penerbitan buku, masuklah seorang wanita cantik berkulit putih blasteran Austria dan Indonesia, yang perawakan bak gitar spanyol. Memiliki nerta hijau sebagai daya tarik, berambut panjang warna coklat blonde. Rachel biasanya datang ke kantor di dampingi dengan sang asisten Juan yang setia mencatat segala kegiatan Rachel. Mulai dari bangun tidur hingga tidur lagi.
Kini Juan yang berlari membawa sarapan pagi Rachel di koridor kantor. "Sial," makanan milik Rachel tumpah.
"Aish! Shit! hari yang sial!" ujar Juan dalam hati dengan mengusap kasar wajahnya.
"Maafkan saya Pak Juan," ucap salah seorang pegawai.
"Bagaimana ini, kalau balik lagi enggak keburu," gerutu Juan.
Mau tidak mau Juan mengganti menu sarapan dengan makanan lain yaitu dengan yang lebih simpel, yakni membuat roti lapis pakai selai cokelat dan teh hangat yang ada di pantry.
"Hati-hati Pak," ucap petugas kebersihan. Dengan mengacungkan sebelah jempolnya menandakan Juan akan baik-baik saja.
Rachel yang di juluki Nenek sihir memang begitu killer di mata para karyawannya. Saat Rachel masuk hawa dingin seperti kuburan tercipta.
Para karyawan langsung duduk di tempatnya masing-masing seperti akan memakan mereka bulat-bulat.
"Biar killer tapi cantik."
"Makin sexy aja ini Nenek sihir."
Melangkah dengan percaya diri. "Kamu, kamu, kamu, kumpulkan laporan," ucap Jihan menunjuk pada karyawannya.
"Aduh Nenek sihir lewat, pasti dia minta laporan juga deh pagi ini," ujar Siska sekertaris Rachel.
Ketika Siska mau menghindari amukan Rachel. "Hey, Siska ayo kumpulan laporan para editor hari ini," ucap Rachel yang mengintip di balik kaca matanya.
"Ba..baik Miss," jawab Siska terbata.
"Mati aku, bagaimana ini? Laporannya belum siap semua," ucap Siska dalam hati.
Juan yang baru sampai terengah-engah, napas yang memburu begitunjelas terlihat pada hidungnya yang kembang kempis. "Sorry Miss," ucap Juan menyodorkan kotak makanan yang berisi roti lapis itu.
"Apa ini? Mana sarapan saya?" tanya Rachel melotot.
"Maaf Miss, lontong sayur Mang Nanang kehabisan," ucap Juan berkata bohong karena tidak ingin di anggap teledor.
Tidak ada kata yang di berikan Rachel hanya mengibaskan tangannya. Sebagai tanda dia menyetujui untuk sarapan yang di sediakan Juan.
"Oke Miss, sama-sama," ucap Juan dalam hati.
"Terimakasih kek," ucap Juan tersenyum miring.
"Ju. Thank you," ucap singkat Rachel.
Juan yang mendengarnya menarik kedua sudut bibirnya.
Saat Siska sedang memikirkan masalah itu, datanglah Juan, "Ssst, si Nenek sihir ngamuk?" tanya Juan.
"Tidak, Pak. Hanya saja minta laporan harian editor." jawab Siska berbisik takut terdengar Rachel, bisa-bisa panas kuping ini.
"Hahah siap-siap saja kamu," ujar Juan senyum menyeringai.
"Tolonglah Pak, ayo bantu saya," pinta Siska pada Juan.
"Oke, aku akan membantumu," jawab Juan lalu memberikan beberapa berkas yang sudah dia dapat.
Gerakan cepat dari Juan itu yang membuat Rachel mempercayakan semua informasi padanya. Juan kemudian memberikan beberapa salinan laporannya.
"Terimakasih kasih Pak," ucap Siska,
"Sebagai tanda terimakasih aku akan teraktir Pak Juan," sambung Siska.
"Oh tentu, aku akan menerima tawaranmu," jawab Juan dengan senyum liciknya.
Namun siapa sangka Rachel sudah lebih dulu mengetahuinya, "Hey, apa-apaan kamu. Minta laporan pada orang lain itukan tugas kamu."
Siska bagai di sambar petir di siang bolong dia diam tidak berbicara apapun, "Sekali lagi kamu berbuat seperti itu siap-siap di tendang dari sini," ujar Rachel dengan sombongnya.
"Iya Miss, saya akan bekerja lebih baik lagi," tutur Siska.
Namun lain di bibir lain di hati, "Dasar wanita sihir, seenaknya kamu berbuat seperti itu."
"Sis, maafkan saya, sepertinya dia punya inner yang kuat," ucap Juan lalu meninggalkan Siska berkutik dengan tugasnya.
"Inner apa? Magic," tanya Siska dalam hati.
Kini Juan kembali ke tempat kerjanya yiatu di sebrang meja milik Rachel, "Coba kalau kamu tidak sekiller ini kamu itu manis, Uweeek," maki Juan dalam hati.
Namun saat mereka tengah serius datanglah dua orang pria dari kantor agensi imigrasi setempat, yang menyatakan bahwa kartu Visa Rachel akan habis dan terancam akan di deportasi.
"Selamat siang Nona, kami dari agensi imigrasi," ucap petugas itu yang bernama Gerry wilson dan asistennya Tomy Jeremy.
"Iya kedatangan kami hanya ingin menginformasikan bahwa masa kartu Visa anda akan kadaluarsa," tutur Tomy.
"Tapi saya sudah memperpanjang kartu c312 saya Pak, lagi pula ibu saya orang Indonesia," ucap Rachel.
"Tapi tetap saja anda masih status kewarganegaraan asing," balas Gerry.
"Kartu c312 hanya berlaku selama setahun saja, jika anda tidak ingin di deportasi maka selesaikan kewajiban anda Nona," sambung Gerry.
"Mungkin hanya itu yang saya sampaikan," ucap Tomy.
"Kami permisi Nona," mereka berdua meninggalkan ruangan Rachel.
"Tapi Pak," sanggah Rachel, kedua petugas itu hanya mengangkat tangannya saja.
Rachel tidak tahu harus bagaimana waktu sesingkat itu harus menyelesaikan kartu Visa-nya, dalam kurun waktu 7 hari 24 jam harus selesai, dia memijat kepalanya untuk mencari jalan keluar. Karena tidak mungkin jika dirinya harus kembali lagi ke Negaranya, dalam keadaan pekerjaannya belum selesai, di tambah statusnya yang sekarang. Yaitu jomblowati sejati, karena mementingkan karirnya.
Di sebrang mejanya terlihat Juan yang menahan senyum, kebalikan dengan Rachel,
"Rupanya dia mentertawakan ku," geram Rachel.
"Hey, bisa-bisanya kamu mentertawakan ku," ucap Rachel.
"Maaf Miss, aku tidak menetertawakanmu. Aku hanya memberi senyum saja," jawab Juan.
"Heh, kegeeran amat kamu di senyumin aku. Senyumku mahal tahu?" ucap Juan dalam hati.
"Apa kamu bilang bisa-bisanya kamu bebicara seperti itu," jawab Rachel.
"Inner sihir kamu berfungsi juga," teriak Juan.
"Berani-beraninya kamu hah," geram Rachel.
"Ya bisalah, aku manusia biasa. Nafsu manusiawi, aku bisa marah," balas Juan dengan tertawanya.
"Oh jika itu mau mu, aku mau kamu angkat kaki dari perusahaan saya," timpal Rachel.
"Dengan senang hati aku akan keluar dengan secara hormat," geram Juan.
Kemudian Juan berteriak, "Tidaak."
"Ampun, ampun," teriak Juan.
"Heh, dasar gila," ucap Rachel yang membangunkan Juan karena ketiduran.
Dengan senyum miring, "Heh rupanya aku hanya bermimpi, kalau aku sampai di pecat. Haduh amsyong deh, aku sangat perlu pekerjaan ini," ucap Juan dalam hati.
"Siap di kerjakan," ucap Juan.
Rachel tersenyum di paksakan melihat tingkah Juan.
"Aneh," ucap Rachel.
Teringat akan masalah dia mencari cara agar tidak di deportasi, dengan senyum menggigit bibirnya Rachel memiliki ide yang tidak masuk di akal, mungkin bisa di pilihan tergila yang pernah dia lakukan selama hidupnya.
"Apa aku harus lakukan itu?" gumam Rachel dalam hati.
Juan sembari mengerjakan tugas sembari melihat Rachel yang sedang berfikir.
"Imut juga,"
"Hah, tidak mungkin," Rachel membolak-balik isi kepalanya untuk mendapatkan rencana terbaik.
Nafas mereka saling memburu, deru ombak yang membuatnya lebih menikmati malam indah. Hingga tubuh Juan menimpa tubuh Rachel, mata Juan terlihat sayu seakan-akan Juan meminta lebih. Namun tiba-tiba mata Rachel menyadarkan keduanya. "Sorry Miss, aku terlalu menikmati," ucap Juan. Tidak ada kata yang keluar dari mulut Rachel, dia hanya menganggukkan kepalanya. "Shit!" gerutu Rachel dalam hati. "Ayo Miss, sebaiknya kita pulang. Ini sudah mulai larut pasti sudah di cari sama Ayah." ujar Juan. "Iya Ju," jawab Rachel masih gugup. Mereka pulang dengan Rachel yang mengekori Juan. Sampai di depan resort masih seperti itu. Juan mengakali agar hubungan kami baik-baik. Yaitu dengan Juan berhenti di tengah jalan langsung menggandeng tangan Rachel. "Sorry Miss, kita harus selalu mesra," bisik Juan ditelinga Rachel. Semua orang melihat kejadi
Halimah begitu geram melihat kebersamaan Suaminya dan Rachel."Apa yang diucapkan Agatha ada benarnya juga," ucap Halimah dalam hatinya.Sesekali Halimah memandangi Agatha, dia merencanakan sesuatu. "Kita lihat nanti siapa yang akan menang." ucap Agatha. "Jelas kita yang akan menang lah Tha," balas Halimah. "Untuk saat ini biarkan dia menghirup udara segar," sambung Halimah. Kedua wanita itu meninggalkan Ahmad dan Rachel yang masih mengobrol di pinggir kolam.Kembali pada Juan yang kini di dalam kamar mandi. Memandangi dirinya yang tampan dan macho di depan cermin. Hanya saja kalau di tempat kerja dia tunduk akan Rachel yang disiplin. "Aduh, kenapa akhir-akhir ini hatiku tidak bisa di kondisikan," ucap Juan yang bermonolog dengan dirinya di depan cermin. Dia mengusap dari muka lalu ke rambut dengan air. Hingga wajahnya terlihat segar dan rambut yang sedik
Tubuh terbawa tarikan tangan Juan hingga merekapun makan siang dengan makanan khas yaitu hidangan laut yang membuat makan bus menambah nasi berkali-kali lipat. "Wait, cocok juga kalau di pakai buat foto." ujar Angga.Hingga saat makan pun mereka kena foto Angga."Foto yang jarang di temukan," Angga memuji hasil karyanya."Bang, itu karena yang jadi modelnya cantik," tutur asisten Angga. Rachel tersenyum malu,hingga dia mengalihkan pandangannya ke arah laut. "Ju, duduk di sampingnya dan ikuti arah Rachel," pinta Angga.Beberapa kali Angga mengambil foto yang tak sengaja itu berubah jadi sangat enak di pandang.Sudah 2 jam mereka di restoran itu, dan memutuskan untuk menyusul rombongan yang sudah lebih dulu pergi. Juan membayar semua tagihan berikut numpang foto di restoran itu Pikir Juan tidak ada yang geratis di dunia ini.melanjutkan perjalanan yang menyen
Juan yang memakai setelan anak motor terlihat nampak keren sekali begitu juga Rachel dia memakai setelan yang senada dengan yang di gunakan Juan. "Rupanya wanita ini manis juga," ujar Juan. Rachel tersenyum saat melihat Juan yang sudah menunggu di atas motor. "Ayo naiklah, orang-orang sudah duluan berangkat." "Kamu enggak takut hitam Miss?" tanya Juan. "Enggak, aku senang acara adventure gini," jawab Rachel. Tiba-tiba Juan memakaikan helm ke kepala Rachel, dia hanya diam dan menatap Juan yang tengah serius memasangkan helmnya. Sesekali Juan menatap Rachel dan mereka saling bertukar pandangan. Wajah Juan mendekati wajah Rachel, terlihat bibir tipis namun bawahnya bervolume berwarna pink itu terlihat memanyunkan namun matanya di paksa menutup. Juan menahan tawanya. "Fffft." "Matamu indah Miss," bisik Juan. Perlahan membuka sebelah matanya lalu keduanya, d
Rachel akhirnya melepaskan tangannya begitu juga dengan Juan hingga Rachel pun terjatuh."Aww," rintih Rachel. Merasa dirinya terjatuh Rachel lalu duduk menekuk kakinya dan menutupi muka dengan dengkulnya serta tangan yang memeluk erat kakinya. Rachel begitu malu untuk membuka mukanya pada Juan.Juan lalu mengambil selimut yang di atas kasur lalu menutupi badannya. "Sudahlah, maafkan aku. Aku khilaf." sesal Juan"Ayo bergegaslah, kita akan berkeliling ke Tanjung lesung. Ayah meminta kita ke sana." tutur Juan.Hanya anggukkan yang di berikan Rachel. "Manis sekali kamu Miss," cicit Juan namun terdengar oleh Rachel. "Dasar pria gila."Lalu Juan menggendong si kucing itu"Anabul-ku lain kali jangan masuk sembarangan ya," ucap Juan mengusap-usap kepala si kucing."Hacuh, hacuh," Rachel masih bersin."Rupanya dia bukan hanya
Juan yang mendengarnya pun merasa bangga, bagaimana tidak calon istrinya seorang wanita yang cantik jelita. "Oh iya sayang ini calon istrinya Om, cantik banget ya." Juan yang menyombongkan diri. Rachel yang merasa di puji sangat malu tapi bahagia merasa jadi Princess. "Miss, jangan terlalu percaya diri mereka memuji karena mereka hanya melihat dari luar," ejek Juan berbisik. Mendengar dirinya di ejek oleh Tio, tanpa aba-aba Rachel langsung mencubit paha Juan. "Aww," teriak Juan. Rachel hanya menahan tawa, membuat orang-orang di depan mereka bebalik ke belakang. "Aden kenapa?" tanya si sopir Jeep. Rachel nambah tertawa karena mendengar Juan di panggil Aden, Juan yang melihatnya merasa risih. "Ini wanita kerasukan apa?" tanya Oding sopir Jeep Dalam hati. "Aden, sepertinya si Eneng harus di bawa ke orang pintar, dari tadi tertawa
Sesekali Juan melirik Rachel, namun dengan sigap Rachel membuang mukanya ke arah jendela. Seakan dia menyimpan warna kulit mukanya yang hampir memerah. "Miss, ternyata kamu lucu juga," ucap Juan dalam hatinya. Rachel mulai membuka suaranya agar suasana perjalanan tidak sepi."Ju, kita mau kemana ini?" tanya Rachel gugup."Kita akan ke rumahku. Kamu kan sudah dengar." jawab Juan. "Maksud aku itu, daerah mana?" Rachel membenarkan ucapannya. Juan hanya tersenyum, bahkan dia sudah memikirkan apakah Rachel akan siap atau tidak tinggal di rumah Juan. "Kita akan ke Banten." jawab Juan. Rachel yang mendengarnya hanya mengerutkan dahi. "Apa kamu pernah ke Banten Miss?" tanya Juan. Rachel hanya menggelengkan kepalanya saja. "Tapi aku pernah mendengarnya Ju." Juan tersenyum menyeringai akan jawaban Rachel. "Dia tidak tahu kalau di sana
"Jadi Pernikahan ini hanya sebuah kontrak?" tanya Juan. "Tentu saja Tuan, kamu pikir ini nikah betulan," jawab Rachel.Juan terasa sakit padahal dia belum menikah. "Apakah aku harus berterus terang untuk tidak melanjutkan pernikahan singkat ini. Nanti aku jadi duda." Juan mengusap kasar mukanya."Kamu kenapa Ju?" tanya Rachel yang melihat Juan bengong."Tidak apa-apa Miss." jawab Juan tersenyum hambar."Oke, big thanks ya Ju." Rachel yang tiba-tiba memeluk Juan. Entah apa yang ada dalam hati Juan yang pasti dia merasa senang begitu pula dengan Rachel yang merasa tenang seperti ada yang menjaganya. Tak lama kemudian Rachel melerai pelukannya. Berbeda dengan Gery dan Thomas dia berjalan menyusuri Lorong kantor penerbitan itu. "Aku tidak habis pikir, apa yang akan di lakukan bule itu," ucap Gery. "Tuan anda juga bule," lirih Thomas. "Kamu juga sa
Setelah mereka saling mentertawakan satu sama lain. Juan mengawali pembicaraan. "Miss, siapa semalam yang datang ke apartemen setelah aku?" tanya Juan. Rachel mengerutkan dahi, lalu bertanya. "Maksud kamu apa?" "Tidak Miss, hanya saja aku melihat itu." tunjuk Juan pada tandaerah di lehernya. Rachel lalu mengambil ponsel dan melihat apa yanga Juan tunjuk. Tak ada ekspresi apapun dari Rachel dia biasa saja. "Ini bukannya ulahmu ya Juan?" tanya Rachel membuat Juan berfikir keras. "Aku tidak melakukan itu Miss, aku ini pria baik-baik walau aku pria kesepian." tutur Juan. "Kamu mikir apa? Emang ini ulah kamu. Coba ingat-ingat," pinta Rachel. "Miss, aku ini manusia beragama. Mana mungkin aku menyentuh anda," Juan bernada tinggi."Tahu apa kamu, ini ulah kamu kan? Saat aku mau muntah,saat mual-mual siapa yang mijit leher aku?" tanya Rachel.Juan sejenak berf