Elora membuka mata, lalu bangun perlahan. Dia merintih kesakitan ketika sadar lengan atasnya terdapat goresan yang membuatnya berdarah.
Dia melihat diri sendiri yang menggunakan pakaian kusut terselimut jubah coklat penuh lumpur kering serta daun-daun basah. Semua itu karena dia berulang kali jatuh di hutan ini."Di mana ..." Elora bingung.Sejauh mata memandang hanya ada pepohonan dan burung gagak yang berterbangan di langit. Mereka berputar-putar di atas seolah memberi tanda kalau dirinya di sini.Elora menahan napas, sadar sedang berada dimana. "Mustahil, hutan ... gagak ... bagaimana mungkin aku di sini? Aku tidak ingat apa-apa. Ini ..."Iya, suasana itu adalah narasi prolog di novel yang baru saja selesai dia baca."ITU DIA! ITU DIA VAMPIRE-NYA!" Teriakan seorang pria menggema di seisi hutan. Setelah itu disusul oleh suara tapal kuda yang menginjak tanah basah."Jika aku yang dikejar, berarti aku mati sebentar lagi!" Elora memeriksa gigi taringnya yang masih muncul, seorang vampire yang tengah dikejar oleh pasukan pemburu kerajaan Lux.Elora hanya karakter sampingan yang biasa mati di prolog sebagai pembuka cerita. Karakter paling sampingan di antara sampingan, dibuat muncul hanya untuk mati.Tak mau mati, dia berlari ke arah yang berlawanan dengan apa yang dia baca."JANGAN BIARKAN DIA LOLOS! DIA VAMPIRE VESPER! VAMPIRE YANG TAHAN MATAHARI!" Suara pimpinan para pemburu yang terdengar menggelegar, nyaring nan garang. Pasukannya terlihat melesatkan anak panah bermata perak ke arah Elora.Di dalam novel, sosok vampire Elora sangat lemah sehingga mati di tangan para pemburu. Meskipun lemah, tapi dia tetap vampire daratan Vesper, yang terkenal tahan matahari.Wanita vampire itu bisa saja selamat jika mau masuk ke wilayah kekuasaan Duke Damiano Grim yang misterius. Namun, semua orang takut pada pria itu, tak hanya manusia, bahkan vampire pun tak berani mendekati wilayahnya.Desas-desus menyatakan dia setengah penyihir, dan penyihir adalah sosok yang paling ditakuti dan dikucilkan di seluruh negeri. Mereka bagaikan kaki tangan iblis"Tidak mau, tidak mau, aku tidak mau mati ..." Elora nekad masuk ke wilayah hutan Duke Damiano Grim. Area yang paling gelap, paling basah, dan paling rimbun.Berbeda dari hutan sekitar, area hutan ini masih banyak kabut putih yang menggantung. Suasananya sangat mengerikan, dingin dan misterius.Elora bersembunyi di balik salah satu pohon besar, lalu mengintip ke arah pasukan pengejar.Sesuai dugaannya, para pria berkuda itu berhenti di perbatasan wilayah Duke Damiano Grim. Kuda mereka meringkik tidak nyaman berada di sekitar situ."Bagaimana ini, Sir Greggori?" tanya seorang pria."Ayo pergi. Tidak mungkin masuk ke wilayah Duke Grim," jawab Pria paruh baya berambut coklat bernama Greggori itu. Dia menggunakan zirah kerajaan, membawa pedang perak yang merupakan kelemahan Vampire."Tapi kalau wanita vampire itu berkeliaran di kota lagi bagaimana?""Tidak mungkin ada vampire yang bisa keluar hidup-hidup setelah masuk ke wilayah itu, ayo pergi."Mereka semua mulai pergi menjauh. Ketakutan mereka terhadap sosok Duke melebihi ketakutan saat menghadapi vampire.Elora lega. Dia letih sekali sampai bersandar pohon, menenangkan diri. Untuk satu menit lamanya, dia hanya diam.Setelah merasa kuat, dia berjalan kembali menyusuri jalan setapak di antara pepohonan besar nan lebat. Dia melihat-lihat sekitar, sangat ngeri. Padahal hari masih siang, tapi karena rimbun, malah kelihatan seperti sore hari."Oke, tenang, aku ini vampire, harusnya agak kuat, lagian di novel tidak dijelaskan ada binatang buas di sini, jadi pasti aman. sekarang aku hanya perlu mencari mansion Duke berbahaya ini, dan melakukan perjanjian."Tak lama kemudian, ada suara berisik di sekitar semak belukar belakang. Elora berhenti, lalu menoleh cepat, mencari sumber suara.Dia panik. "Siapa?"Tiba-tiba, seseorang berkata, "Aku kira siapa yang berani menyusup ke wilayahku, ternyata cuma vampire kecil yang tersesat."Mata Elora melotot, lalu menoleh lagi ke depan. Dia kalah cepat menyadari karena tahu-tahu ada pria berdiri di depan sambil menodongkan ujung mata pedang ke lehernya. Sejak kapan dia di sini? Kenapa suara langkah kakinya tidak terdengar?Pria depannya itu memiliki rambut hitam legam seperti bulu gagak, wajah yang menawan, terhias oleh mata berpupil hitam, garis rahang yang tegas serta bibir tipis yang tampak kaku. Tubuh tingginya itu terbalut pakaian serba hitam."A ... aku ... aku ..." Elora gugup melihatnya.Di dalam novel, deskripsi Duke Damiano Grim alias Damio cocok dengan pria di depannya. Tampan, memikat, tapi memiliki aura gelap yang tak mengenakkan.Elora seperti kehilangan suara. Dia pikir bisa selamat jika pergi menemui pria ini, tapi siapa yang mengira kalau auranya seberat ini?Pria itu sangat tidak bersahabat, sangat dingin dan menakutkan. Tanpa berkata apapun, dia mengayunkan pedang tipisnya itu untuk menebas leher Elora.Panik, Elora berseru, "Kamu akan mati tiga bulan lagi!"Tebasan pedang itu berhenti sebelum memotong leher Elora. Damio menyarungkan pedangnya lagi, lalu menatap wajah Elora lebih dalam.Dia bertanya, "Apa maksudmu?"Elora meneguk ludah. Dia membeku ditempat. Suara Damio lirih, tetapi seakan menyalurkan rasa takut ke lawan bicaranya hingga ubun-ubun."Cepat bicara atau aku akan membunuhmu sekarang, Vampire Kecil," ancam Damio penuh intimidasi.***Elora menenangkan diri agar tidak ketakutan. Kalau saja jantungnya berdetak, mungkin sangat berdebat tidak karuhan.Dia menjelaskan, "Tanda kutukan di dada kamu akan menyebar, dan kamu akan mati dalam tiga bulan lagi."Damio mengerutkan dahi, curiga. "Bagaimana kamu tahu aku punya tanda kutukan di dada? Tidak ada yang tahu.""Aku ... aku punya kenalan penyihir juga, tapi dia tidak jelas ada dimana. ""Kenalan penyihir?""Iya...""Siapa namanya?""Namanya Diosa." Elora hanya bicara ngawur, kenalan yang dimaksud adalah nama pena orang yang menulis novel ini. Sosok misterius yang belum dia ketahui. Entah bagaimana rupa penulis itu, sekarang malah terjebak di dalam ceritanya. Jadi, dia menyamakan penulis itu sebagai penyihir. Apa mungkin bukunya mengandung sihir?Dia menambahkan, "Penyihir itu berkata aku harus memberitahumu kalau cara untuk menanggulangi kematianmu adalah dengan membunuh orang yang mengutuk kamu sejak kecil, dia adalah penyihir hitam.""Siapa?""Aku belum yakin, tapi ak
"Waw, ini pertama kalinya aku melihat mansion di tengah hutan."Sebagai orang biasa, hidup di kehidupan normal bermasyarakat modern, Elora terus dibuat takjub dengan apa yang dilihatnya, terutama mansion Grim, rumah besar yang dihuni oleh Duke. Bangunan megah itu memiliki dua pilar utama yang dirambati oleh tanaman benalu dengan bunga-bunga ungu kecil, di lantai atas terdapat balkon yang juga penuh oleh tanaman merambat. Sebenarnya, hampir seluruh tembok telah dirambati tanaman serta lumut, nyaris seperti menyatu dengan alam. Jadi, tidak jelas apa warna asli tembok luar mansion itu.Di depan pintu, terlihat ada dua orang, satunya pemuda berambut coklat keemasan, satunya pria tua yang memakai seragam pelayan lengkap dengan bros perak berbentuk lambang keluarga Grim di dadanya.Damio memperkenalkan mereka. Dia lebih dahulu menunjuk ke si pria tua, "Elora, ini kepala pelayan di rumah ini, namanya Haervis." Kemudian dia beralih menuding ke pemuda dengan sorot mata datar tadi. "... ini p
Keesokan harinya ...Elora bangun dari tidurnya. Di novel memang dijelaskan kalau vampire dari daratan Vesper sangat sempurna, selain fisik mereka hebat, tahan matahari, mereka juga bisa berbaur layaknya manusia, seperti tidur, makan dan lain-lain.Karena itulah, Elora terlihat seperti manusia biasa sekarang, gigi taringnya sudah tak runcing lagi. Kalau tidak sedang tergoda akan darah ataupun terancam, gigi taring vampire akan menyusut."Apa yang kulakukan semalam ... oh!" Dia menoleh ke samping. Ternyata, di atas ranjang yang sama, di bawah selimut yang sama, dia telah tidur bersama Damio."Pagi, Vampire Kecil~" Sapa Damio dengan suara malas. Matanya masih enggan terbuka, rambutnya pun berantakan seperti sudah diacak semalaman.Selain itu, Kancing atas kemeja putih yang dipakainya telah lepas. Karena baju itu longgar, tanda kutukan lingkaran hitam di dada atas kirinya sedikit kelihatan."Apa ... apa yang terjadi? Kenapa kamu tidur denganku!" Elora panik, memperhatikan diri, sedikit
Setelah membersihkan diri, berganti pakaian dengan gaun cantik ala bangsawan, Elora keluar dari kamar—dan sudah disambut oleh dua pelayan wanita kembar.Dia tidak mengerti. Sebagai vampire, harusnya seluruh inderanya bekerja dengan baik, tapi kenapa punyanya sangat tumpul? Kenapa indera penciumannya hanya tajam ke Damio? Apa dia memang vampire bodoh? kalau benar, pantas saja jadi tumbal di adegan prolog.Pelayan satu, yang bermata hitam menyambut, "Nona Elora, selamat pagi, saya Mina."Saudarinya yang bermata coklat terang ikut memperkenalkan diri, "saya Mita, Nona."Elora bersyukur bisa membedakan mereka lewat warna mata. Dia bertanya, "berapa banyak pelayan disini?""Hanya kami, Nona.""Apa? Tapi rumah ini besar, memangnya manusia biasa ... Maaf, maksudku, kalian tidak capek?""Kami semua yang bekerja untuk Tuan Damio memiliki darah serigala, Nona. Kami punya fisik yang kuat, jadi bukan masalah. Lagipula, Tuan Damio tidak percaya orang luar."Elora melongo. Ini artinya mereka semua,
Setelah dikenalkan dengan banyak ruangan di kediaman Grim, Elora masuk kamar, lalu menghempaskan diri di atas ranjang empuk."Aaah ... capeknya ... memangnya vampire bisa capek ya? kenapa aku lemah sekali?" ucapnya sambil memandangi langit-langit kamar yang terhias oleh lampu bertabur berlian.Dia berbicara lagi, "lampunya pasti mahal itu, ranjang ini juga empuk sekali, spreinya harum, pasti sudah diganti. Apa begini rasanya jadi bangsawan?"Dia teringat lagi pada perannya yang hanya karakter sampingan di novel. Sebagai penikmat buku genre romansa fantasi, dia miris harus terjebak di tubuh ini."Dulu aku mengkhayal gimana rasanya jadi anaknya Duke, lalu jadi istri putra mahkota, tapi kenapa malah terjebak di tubuh vampire lemah begini?" ucapnya.Kepalanya menggeleng, rasanya jahat sekali dia. Padahal, tubuh yang dia tempati ini cukup manis dan cantik.Dia terus bicara sendiri, "Tidak, tidak, maafkan aku, Elorayna, aku tidak bermaksud mengejekmu. Aku masih bingung, kok bisa aku di tub
Halaman belakang kediaman Grim begitu indah dan segar. Banyak sekali bunga-bunga mawar putih tumbuh subur membentuk pagar alami yang memisahkan rumah itu dengan hutan di belakangnya.Indah sekali. Pemandangan ini membius mata Elora. Ia tidak pernah melihat sesuatu yang seindah ini.Ada meja-kursi taman yang terbuat dari besi berlapis perak ada di dekat situ.Damio menarik salah satu kursi sambil mempersilakan, "silakan."Elora menatapnya. Dia baru sadar, sejak kemarin, sikap Damio makin membaik. Dia diperlakukan seperti seorang Lady, padahal dia hanyalah vampire asing."Terima kasih." Dia duduk di kursi yang dipilihkan oleh Damio. Agak gugup. Damio tersenyum tipis.Melihat senyuman seorang bangsawan itu, Elora jadi tegang. Ini tidak masuk akal. Kenapa Damio tampan sekali? Tidak adil. Apa dia reinkarnasi dewa?Damio bertanya, "Kenapa melihatku terus begitu?" "Kamu yang melihatku terus," balas Elora masih gugup.Obrolan mereka terhenti akibat kedatangan kepala pelayan, Haervis, yang m
Damio menyerahkan setangkai bunga mawar merah kepada Elora. Dia masih menunjukkan senyum misteriusnya.Elora tak tahu harus terpesona atau ketakutan. Dia tidak pernah mendapatkan perlakuan manis dari pria manapun. Selain itu, kepalanya mendadak berputar-putar akibat mencium aroma pemikat ini lagi.Iya, ada goresan kecil di jari telunjuk Damio sehingga membuatnya berdarah.Elora memalingkan pandangan. "Kamu sengaja ya membuat dirimu terluka?""Kamu bicara apa? Ini ambil bungaku, kamu tidak mau menerima bungaku?" Damio pura-pura tak mengerti ucapan Elora. Dia jelas sedang menggoda vampire itu dengan tetesan darahnya."Tidak mau."Damio memegangi pundak Elora. Dia membungkuk sedikit agar bisa berdekatan dengan telinga wanita itu, lalu mengancam, "ambil bunganya atau aku akan menyerahkanmu ke tentara kerajaan?"Ancaman itu paling ditakuti oleh Elora. Dia sangat lemah. Hidupnya pasti berakhir mengenaskan kalau sudah bertemu pemburu vampire.Dia mengambil bunga itu meskipun sambil menutup h
Tunangan?Siapa tunangan siapa?Apa maksud ucapan Damio barusan?Elora mematung sambil menatap Damio di sebelahnya. Dia tidak bisa berkata apapun saking syoknya. Tunangan pria itu bilang? Tunangan? Seorang Duke, seorang bangsawan, tunangan dengan vampire tidak jelas? Apa mungkin cerita di novel bisa berubah sangat drastis begini?Sir Gregorri kelihatan bingung. Dia bertanya, "maaf, Duke, saya dengar anda akan bertunangan dengan Lady Eizabell, putri dari Marquess Raeven?""Tidak cocok." Damio tersenyum tanpa dosa. Dia mengerti, saat ini pembantaian keluarga Marquess Raeven belum terdengar.Tiba-tiba, pengawal pribadi Damio, Fionnan, datang— dan menghadang mereka semua. Dia tengah memegang pedang, bersiap melindung Damio.Sir Gregorri kaget. Desas-desus mengatakan kalau kekuatan Fionnan dan keahlian berpedangnya sudah setara dengan jenderal perang kerajaan. Wajar saja saja, dia bergidik ketakutan.Damio menenangkan, "Fio, tolong mundur, jangan menakuti Sir Gregorri."Fionnan mundur. Te