Elora menenangkan diri agar tidak ketakutan. Kalau saja jantungnya berdetak, mungkin sangat berdebat tidak karuhan.
Dia menjelaskan, "Tanda kutukan di dada kamu akan menyebar, dan kamu akan mati dalam tiga bulan lagi."Damio mengerutkan dahi, curiga. "Bagaimana kamu tahu aku punya tanda kutukan di dada? Tidak ada yang tahu.""Aku ... aku punya kenalan penyihir juga, tapi dia tidak jelas ada dimana. ""Kenalan penyihir?""Iya...""Siapa namanya?""Namanya Diosa." Elora hanya bicara ngawur, kenalan yang dimaksud adalah nama pena orang yang menulis novel ini.Sosok misterius yang belum dia ketahui. Entah bagaimana rupa penulis itu, sekarang malah terjebak di dalam ceritanya. Jadi, dia menyamakan penulis itu sebagai penyihir. Apa mungkin bukunya mengandung sihir?Dia menambahkan, "Penyihir itu berkata aku harus memberitahumu kalau cara untuk menanggulangi kematianmu adalah dengan membunuh orang yang mengutuk kamu sejak kecil, dia adalah penyihir hitam.""Siapa?""Aku belum yakin, tapi aku tahu cara menemukannya. Kalau kamu mau melakukan perjanjian denganku, maka aku akan mengatakan semuanya.""Apa maumu?""Untuk sementara aku butuh perlindungan dari para pemburu vampire kerajaan. Mereka pasti mengincarku lagi kalau aku keluar dari wilayahmu. Percayalah, aku berguna, aku tahu rahasia semua orang, termasuk kamu."Damio memandang wajah Elora, dia tidak merasakan kebohongan di ucapannya. Tetapi, dia ingin memastikan, "apa rahasiaku?""Kamu anak dari raja sebelumnya, tapi pihak kerajaan menutupi tentangmu karena menganggap kamu anak terkutuk yang lahir dari ibu seorang penyihir. Ibu kamu dibunuh oleh suruhan dari kerajaan, kamu diasuh oleh mendiang Duke Rionn Grim, dan menjadi penerusnya sekarang. Kamu sebenarnya adalah pangeran ke tujuh di kerajaan Lux, pangeran terbuang, Damiano Heinrich Lux."Damio tersenyum tipis. Tidak mungkin ada orang luar yang mengetahui itu kecuali kepala pelayan, pengawal pribadi, mendiang Duke Rionn Grim yang merupakan ayah angkatnya, serta beberapa orang di kerajaan. Ini adalah aib bagi raja sebelumnya alias sang ayah kandung, jadi sudah jelas akan ditutupi mati-matian.Elora merinding melihat senyuman itu, takut kepalanya akan ditebas. "Apa?""Aneh sekali, kamu tahu tentang itu semua. Tapi, aku percaya ucapanmu, aku jadi ingin tahu rahasia yang lain ...""Kalau begitu perjanjiannya?""Boleh saja." Damio melonggarkan kancing kemeja atasnya sambil berjalan mendekati Elora."Ma... mau apa kamu?" Suara Elora gemetar.Dia mundur selangkah demi selangkah. Namun, langkah tersebut harus terhenti akibat punggungnya menabrak pohon."Kulitmu sangat pucat, pupil mata kamu tidak tenang, berlari dari kejaran pemburu vampire saja kamu sudah kuwalahan begini, kamu pasti belum meminum darah dalam waktu yang lama."Begitu dada Damio mendesaknya, Elora meneguk ludah. Di dunia nyata, dia hanyalah wanita pekerja keras yang tidak pernah dekat dengan pria. Jadi, dia mudah gugup.Karena kancing sudah sebagian terlepas, kemeja Damio jadi longgar. Kulit dada atas, sebagian bahu juga terekspos.Elora tegang. "Aku ... aku ...""Aku memiliki darah penyihir, aku kebal terhadap racun vampire, dan aku sangat kuat. Kamu boleh menghisap darahku.""Tidak. .. eh ... tidak."Elora terpana melihat senyuman dari bibir Damio, wajah tampannya sulit diterima akal sehat. Kok bisa ada orang setampan ini? Apa karena dia keturunan bangsawan?" ... kamu pasti tidak bisa menolak aroma ini 'kan? Darah penyihir selalu memabukkan untuk vampire, hisap saja darahku sebagai awal perjanjian kita," ucap Damio dengan suara lirih seperti rayuan iblis."Tapi, aku tidak ... bisa ... tidak tahu ..."Damio mendekatkan wajah mereka. Dia menyentuh pinggiran bibir Elora yang telah terbuka, lalu kembali merayu, "lihat, gigimu sudah tajam, kamu tidak bisa menahannya 'kan?"Senyum di bibirnya begitu mempesona, aroma darahnya juga terlalu menggoda, Elora tak tahan lagi, dia bisa gila kalau terlalu lama menolak.Dia berjinjit, langsung menarik bahu Damio sampai menunduk sedikit. Dengan penuh nafsu predatornya, ia menggigit leher pria itu.Damio bisa merasakan hisapan Elora yang begitu kelaparan. Rasa nyeri hanya berlangsung sesaat, setelah itu tubuhnya merasa panas, seperti terbakar gairah.Aneh memang, ia tidak mengerti. Apa begini rasanya digigit oleh vampire? Kenapa dadanya sampai berdebar?Dia mengelus rambut Elora, lalu berbisik, "pelan-pelan saja, darahku milikmu, Elorayna Lorelei Celissia Vesper."Sebutan nama itu menyadarkan haus darah Elora. Dia sudah terlalu banyak meminum darah Damio, jadi melepaskan giginya.Bekas darah masih membasahi bibirnya. Dia bertanya, "bagaimana kamu tahu namaku? Apa itu nama lengkapku?"Dia tidak ingat nama lengkap Elora adalah Elorayna Lorelei Celissia Vesper. Apa iya?Di novel hanya disebutkan nama Elora, si vampir dari daratan Vesper yang berlarian di hutan menghindari kejaran para pemburu dari kerajaan. Apa ada bab yang terlewat, belum dia baca?"Elora, saat digigit vampire, seorang penyihir pasti mengetahui nama dari vampire itu. Vampire itu berbahaya, abadi dan kuat, nama bagi vampire adalah hal sakral, terutama Vampire Vesper sepertimu yang konon susah dimusnahkan, kalian biasanya disegel asal tahu nama lengkap."Elora kaget dan takut. Apa ini alasannya dia diperbolehkan menggigit barusan? Agar bisa mengetahui nama lengkapnya? Kenapa dia tidak tahu ada penjelasan semacam ini? Apa ada bab tentang legenda Vampire Vesper di novel?Damio tersenyum. Dia mengambil sapu tangan putih dari saku celananya, kemudian mengusap bekas darah di bibir Elora. "Tapi itu hanya untuk menghadapi vampire kuat saja, tidak untuk vampire kecil, lemah, penakut sepertimu."Elora ingin menangis. Dia takut dengan senyuman Damio, suaranya, tatapannya, dan juga ejekannya barusan.Di hadapan Duke berbahaya itu, dia tak berdaya, bagaikan anak itik di depan singa. Padahal baru saja meminum darah, tapi rasanya lemas sekali.Usai membersihkan bibir Elora, Damio membersihkan sisa darah di lehernya. Di sekitar bekas gigitan ada tanda kecil seperti tatto yang bertuliskan Elorayna. "A ... Apa itu?" Elora tidak mengerti.Damio meraba kulit sekitar gigitan Elora, dia bisa merasakan adanya tanda itu. Dia tersenyum lagi. "Oh, ini tanda cinta. Kamu rakus sekali, menghisap darahku sampai meninggalkan tanda? Apa darahku semanis itu sampai kamu tandai?""Hah? Aku tidak tahu vampire bisa menandai ... tidak-tidak, seharusnya tidak ada ...." Elora sangat yakin di novel yang dia baca, korban gigiran para vampire semuanya tewas tanpa tanda."Vampire biasa tidak bisa memberikan tanda, tapi Vampire Vesper bisa. Kenapa kamu tidak tahu hal seperti itu— oh, jangan-jangan, aku yang pertama untukmu?" Damio tersenyum tipis, suaranya makin lirih seolah-olah sedang menggoda Elora.Elora meneguk ludah, gugup. Dia masih bisa merasakan manis darah Damio yang bagaikan madu di mulutnya.Karena dia diam saja, Damio menggoda, "jangan tegang, ini juga pertama kalinya aku digigit, dan langsung ditandai begini.""Itu ... aku ... aku tidak bermaksud. Aku tidak tahu ....""Perjanjian kita sudah terjadi, aku akan melindungimu dari pemburu vampire, kamu juga berhak menghisap darahku semaumu, tapi imbalannya kamu harus membantuku melawan musuh-musuhku yang ingin aku mati.""Iya, Tuan—" Elora bingung memanggilnya apa, sebutan itu keluar saja dari mulutnya. Memang apa panggilan untuk bangsawan?"Tuan? Kamu boleh memanggilku Damio, Elora. Kita saling memiliki mulai sekarang."Elora tegang. Kenapa rasanya Damio seperti sengaja menjebaknya?Dia bagaikan anak kecil yang termakan bujuk rayu penculik, bedanya dia dijebak bukan dengan permen melainkan darah.Dalam hati, dia membatin, 'gawat. Apa aku salah pergi kesini?'***"Waw, ini pertama kalinya aku melihat mansion di tengah hutan."Sebagai orang biasa, hidup di kehidupan normal bermasyarakat modern, Elora terus dibuat takjub dengan apa yang dilihatnya, terutama mansion Grim, rumah besar yang dihuni oleh Duke. Bangunan megah itu memiliki dua pilar utama yang dirambati oleh tanaman benalu dengan bunga-bunga ungu kecil, di lantai atas terdapat balkon yang juga penuh oleh tanaman merambat. Sebenarnya, hampir seluruh tembok telah dirambati tanaman serta lumut, nyaris seperti menyatu dengan alam. Jadi, tidak jelas apa warna asli tembok luar mansion itu.Di depan pintu, terlihat ada dua orang, satunya pemuda berambut coklat keemasan, satunya pria tua yang memakai seragam pelayan lengkap dengan bros perak berbentuk lambang keluarga Grim di dadanya.Damio memperkenalkan mereka. Dia lebih dahulu menunjuk ke si pria tua, "Elora, ini kepala pelayan di rumah ini, namanya Haervis." Kemudian dia beralih menuding ke pemuda dengan sorot mata datar tadi. "... ini p
Keesokan harinya ...Elora bangun dari tidurnya. Di novel memang dijelaskan kalau vampire dari daratan Vesper sangat sempurna, selain fisik mereka hebat, tahan matahari, mereka juga bisa berbaur layaknya manusia, seperti tidur, makan dan lain-lain.Karena itulah, Elora terlihat seperti manusia biasa sekarang, gigi taringnya sudah tak runcing lagi. Kalau tidak sedang tergoda akan darah ataupun terancam, gigi taring vampire akan menyusut."Apa yang kulakukan semalam ... oh!" Dia menoleh ke samping. Ternyata, di atas ranjang yang sama, di bawah selimut yang sama, dia telah tidur bersama Damio."Pagi, Vampire Kecil~" Sapa Damio dengan suara malas. Matanya masih enggan terbuka, rambutnya pun berantakan seperti sudah diacak semalaman.Selain itu, Kancing atas kemeja putih yang dipakainya telah lepas. Karena baju itu longgar, tanda kutukan lingkaran hitam di dada atas kirinya sedikit kelihatan."Apa ... apa yang terjadi? Kenapa kamu tidur denganku!" Elora panik, memperhatikan diri, sedikit
Setelah membersihkan diri, berganti pakaian dengan gaun cantik ala bangsawan, Elora keluar dari kamar—dan sudah disambut oleh dua pelayan wanita kembar.Dia tidak mengerti. Sebagai vampire, harusnya seluruh inderanya bekerja dengan baik, tapi kenapa punyanya sangat tumpul? Kenapa indera penciumannya hanya tajam ke Damio? Apa dia memang vampire bodoh? kalau benar, pantas saja jadi tumbal di adegan prolog.Pelayan satu, yang bermata hitam menyambut, "Nona Elora, selamat pagi, saya Mina."Saudarinya yang bermata coklat terang ikut memperkenalkan diri, "saya Mita, Nona."Elora bersyukur bisa membedakan mereka lewat warna mata. Dia bertanya, "berapa banyak pelayan disini?""Hanya kami, Nona.""Apa? Tapi rumah ini besar, memangnya manusia biasa ... Maaf, maksudku, kalian tidak capek?""Kami semua yang bekerja untuk Tuan Damio memiliki darah serigala, Nona. Kami punya fisik yang kuat, jadi bukan masalah. Lagipula, Tuan Damio tidak percaya orang luar."Elora melongo. Ini artinya mereka semua,
Setelah dikenalkan dengan banyak ruangan di kediaman Grim, Elora masuk kamar, lalu menghempaskan diri di atas ranjang empuk."Aaah ... capeknya ... memangnya vampire bisa capek ya? kenapa aku lemah sekali?" ucapnya sambil memandangi langit-langit kamar yang terhias oleh lampu bertabur berlian.Dia berbicara lagi, "lampunya pasti mahal itu, ranjang ini juga empuk sekali, spreinya harum, pasti sudah diganti. Apa begini rasanya jadi bangsawan?"Dia teringat lagi pada perannya yang hanya karakter sampingan di novel. Sebagai penikmat buku genre romansa fantasi, dia miris harus terjebak di tubuh ini."Dulu aku mengkhayal gimana rasanya jadi anaknya Duke, lalu jadi istri putra mahkota, tapi kenapa malah terjebak di tubuh vampire lemah begini?" ucapnya.Kepalanya menggeleng, rasanya jahat sekali dia. Padahal, tubuh yang dia tempati ini cukup manis dan cantik.Dia terus bicara sendiri, "Tidak, tidak, maafkan aku, Elorayna, aku tidak bermaksud mengejekmu. Aku masih bingung, kok bisa aku di tub
Halaman belakang kediaman Grim begitu indah dan segar. Banyak sekali bunga-bunga mawar putih tumbuh subur membentuk pagar alami yang memisahkan rumah itu dengan hutan di belakangnya.Indah sekali. Pemandangan ini membius mata Elora. Ia tidak pernah melihat sesuatu yang seindah ini.Ada meja-kursi taman yang terbuat dari besi berlapis perak ada di dekat situ.Damio menarik salah satu kursi sambil mempersilakan, "silakan."Elora menatapnya. Dia baru sadar, sejak kemarin, sikap Damio makin membaik. Dia diperlakukan seperti seorang Lady, padahal dia hanyalah vampire asing."Terima kasih." Dia duduk di kursi yang dipilihkan oleh Damio. Agak gugup. Damio tersenyum tipis.Melihat senyuman seorang bangsawan itu, Elora jadi tegang. Ini tidak masuk akal. Kenapa Damio tampan sekali? Tidak adil. Apa dia reinkarnasi dewa?Damio bertanya, "Kenapa melihatku terus begitu?" "Kamu yang melihatku terus," balas Elora masih gugup.Obrolan mereka terhenti akibat kedatangan kepala pelayan, Haervis, yang m
Damio menyerahkan setangkai bunga mawar merah kepada Elora. Dia masih menunjukkan senyum misteriusnya.Elora tak tahu harus terpesona atau ketakutan. Dia tidak pernah mendapatkan perlakuan manis dari pria manapun. Selain itu, kepalanya mendadak berputar-putar akibat mencium aroma pemikat ini lagi.Iya, ada goresan kecil di jari telunjuk Damio sehingga membuatnya berdarah.Elora memalingkan pandangan. "Kamu sengaja ya membuat dirimu terluka?""Kamu bicara apa? Ini ambil bungaku, kamu tidak mau menerima bungaku?" Damio pura-pura tak mengerti ucapan Elora. Dia jelas sedang menggoda vampire itu dengan tetesan darahnya."Tidak mau."Damio memegangi pundak Elora. Dia membungkuk sedikit agar bisa berdekatan dengan telinga wanita itu, lalu mengancam, "ambil bunganya atau aku akan menyerahkanmu ke tentara kerajaan?"Ancaman itu paling ditakuti oleh Elora. Dia sangat lemah. Hidupnya pasti berakhir mengenaskan kalau sudah bertemu pemburu vampire.Dia mengambil bunga itu meskipun sambil menutup h
Tunangan?Siapa tunangan siapa?Apa maksud ucapan Damio barusan?Elora mematung sambil menatap Damio di sebelahnya. Dia tidak bisa berkata apapun saking syoknya. Tunangan pria itu bilang? Tunangan? Seorang Duke, seorang bangsawan, tunangan dengan vampire tidak jelas? Apa mungkin cerita di novel bisa berubah sangat drastis begini?Sir Gregorri kelihatan bingung. Dia bertanya, "maaf, Duke, saya dengar anda akan bertunangan dengan Lady Eizabell, putri dari Marquess Raeven?""Tidak cocok." Damio tersenyum tanpa dosa. Dia mengerti, saat ini pembantaian keluarga Marquess Raeven belum terdengar.Tiba-tiba, pengawal pribadi Damio, Fionnan, datang— dan menghadang mereka semua. Dia tengah memegang pedang, bersiap melindung Damio.Sir Gregorri kaget. Desas-desus mengatakan kalau kekuatan Fionnan dan keahlian berpedangnya sudah setara dengan jenderal perang kerajaan. Wajar saja saja, dia bergidik ketakutan.Damio menenangkan, "Fio, tolong mundur, jangan menakuti Sir Gregorri."Fionnan mundur. Te
Elora berdiam diri di dalam kamar dengan perasaan tidak menentu. Hatinya masih tidak bisa tenang usai mendengar semua perkataan Damio. Apa maksudnya ingin bertunangan dengannya? Masa iya cuma menggantikan peran Lady Eizabell?Tidak mungkin.Apa jangan-jangan pria itu punya niat lain yang mengerikan? Atau malah ingin menjebaknya?Dia melihat dirinya sendiri di cermin meja rias. Kalau dibandingkan dengan dirinya yang ada di dunia nyata, sosok Elora si Vampire Vesper ini lebih menarik. Wajah sangat imut, rambut coklat lurus memanjang hingga punggung, lalu kulit putihnya sedikit pucat, tetapi tetap menawan."Tidak mungkin dia menyukaiku," kata Elora.Sekalipun sosok vampire-nya ini menarik hati, tapi seorang bangsawan takkan tertarik dengan yang beginian. Iya, seharusnya Damio sudah sering melihat wanita cantik di kerajaan.Apa jangan-jangan ini untuk membantunya tadi? Sir Gregorri curiga padanya, apa itu alasan agar membuat para pemburu tidak curiga?Tiba-tiba, pintu diketuk oleh seseor