Setelah membersihkan diri, berganti pakaian dengan gaun cantik ala bangsawan, Elora keluar dari kamar—dan sudah disambut oleh dua pelayan wanita kembar.
Dia tidak mengerti. Sebagai vampire, harusnya seluruh inderanya bekerja dengan baik, tapi kenapa punyanya sangat tumpul? Kenapa indera penciumannya hanya tajam ke Damio? Apa dia memang vampire bodoh? kalau benar, pantas saja jadi tumbal di adegan prolog.Pelayan satu, yang bermata hitam menyambut, "Nona Elora, selamat pagi, saya Mina."Saudarinya yang bermata coklat terang ikut memperkenalkan diri, "saya Mita, Nona."Elora bersyukur bisa membedakan mereka lewat warna mata. Dia bertanya, "berapa banyak pelayan disini?""Hanya kami, Nona.""Apa? Tapi rumah ini besar, memangnya manusia biasa ... Maaf, maksudku, kalian tidak capek?""Kami semua yang bekerja untuk Tuan Damio memiliki darah serigala, Nona. Kami punya fisik yang kuat, jadi bukan masalah. Lagipula, Tuan Damio tidak percaya orang luar."Elora melongo. Ini artinya mereka semua, Haervis, Fionnan, dan kedua pelayan ini adalah manusia serigala?Di novel, diceritakan secara singkat kalau manusia serigala adalah musuh alami vampire."Ka—kalian ... kalian ... serigala ... aku ..." Elora tegang, tidak tahu caranya bertarung.Bagaimana kalau dia dikeroyok para pelayan disini, sementara Damio sedang pergi? Apa ini alasannya dia ditinggal di mansion? untuk jadi makanan pelayan?Mita dan Mina bingung dengan reaksi Elora. Mereka kompak bertanya, "Nona tidak apa-apa?""Aku vampire.""Iya, kami tahu."Tiba-tiba, suara langkah kaki mendekat. Sosok sang kepala pelayan datang. Dia menyela, "Mina, Mita, kalian membuat Nona menjadi takut. Tolong jangan salah paham, Nona— kami bukan serigala yang senang berseteru dengan vampire.""Benar?" Elora sedikit lega."Iya, Nona.""Jadi, Damio ... maksudku Duke Grim tidak meminta kalian menghabisiku?"Kepala pelayan itu tersenyum, seperti tak mengira kalau ada vampire yang begitu penakut dan polos seperti Elora.Dia menjelaskan, "Nona, justru kami yang akan dihabisi kalau membiarkan Nona terluka. Jadi, mari ikut kami ke ruang makan, kami sudah menyiapkan sarapan untuk Nona."Elora mengangguk.***Di novel tak dijelaskan lebih lanjut tentang kehidupan para vampire, termasuk dari daratan Vesper. Jadi, Elora tidak mengira tetap bisa merasakan makanan enak.Layaknya anak kecil, dia melahap apapun yang ada di meja makan. Porsi makannya masih sama seperti sebelum dikirim ke novel.Iya, porsi jumbo.Dia menunjukkan potongan daging dari garpu. "Wah, ini enak sekali. Ini apa? daging apa? Dibumbui apa kok enak ... gurih, manis, asin, enak banget."Haervis yang setia berdiri di sebelahnya, menjawab, "itu daging rusa buruan Sir Fionnan dari hutan Floryenan yang terkenal akan kelembutannya. Tuan Damio memintnya berburu itu semalaman untuk diberikan ke Nona. Rusa Floryenan hanya bisa ditemui saat malam."Elora tidak terlalu mengerti, dimana juga hutan tersebut, namanya juga sulit sekali. Dia tidak ingat membacanya di novel. Tetapi, dia sangat yakin rasanya jauh lebih enak dari daging sapi supermarket.Dia tak bisa berhenti mengunyah. "Enak sekali, tapi kenapa Dam— maksudku Duke Grim sampai meminta pengawalnya berburu rusa khusus ini?""Kemarin Tuan Damio berkata kalau Nona perlu banyak nutrisi agar tenaga Nona kembali terisi setelah semalaman bersama Tuan."Telinga Elora merinding. Ucapan itu bermaksa ganda. Dia sampai terdiam, daging yang ada di atas garpunya pun jatuh ke piring.Dia menoleh ke Haervis yang ternyata menahan senyuman. "Dengar, jangan salah paham, tidak terjadi apapun semalam. Aku tidak melakukan apapun yang aneh dengan Duke Grim.""Iya, Nona."Elora kesal karena kepala pelayan itu masih menahan senyuman yang menandakan tidak percaya.Untuk menepis rasa malunya, dia lanjut makan daging panggang rusa lagi.***Setelah makan, Elora diajak berkeliling oleh kepala pelayan Haervis. Dia dikenalkan dengan beberapa ruangan, mana yang boleh dimasuki, dan mana yang tidak boleh dimasuki kecuali dengan ijin Damio.Dari seluruh pintu larangan, ada satu yang menarik perhatian Elora. Sebuah pintu kayu ganda yang memiliki ukiran seperti jantung.Di bagian tengah, gagang pintunya dililit oleh rantai yang telah karatan serta gembok misterius yang memiliki lambang keuarga Grim.Saat berdiri terlalu dekat dengan tempat itu, Elora merasa ada angin yang keluar dari dalam melalui celah bawah pintu."Tempat apa ini?" Elora yakin tidak ada penjelasan lengkap tentang ruang rahasia di kediaman keluarga Grim."Ini adalah ruang terlarang nomer satu di kediaman Grim, tempatnya mengarah ke ruang bawah tanah, tidak pernah dibuka sejak kepala keluarga pertama meninggal dunia.""Saat ini Duke Damiano Grim adalah kepala keluarga ke tiga belas, berapa ratus tahun tidak buka?""Saya tidak tahu pasti.""Memangnya di dalam ada apa?""Saya tidak boleh mengatakan tentang tempat ini. Maafkan saya."Elora tertegun sejenak, mencoba mengingat-ingat, apakah ada deskripsi tentang rahasia keluarga Grim?"Eizabell ..." Dia bergumam lirih.Di novel, dikatakan kalau wanita itu ingin menguasai tempat ini setelah mengkhianati Duke Damiano Grim.Apakah itu maksudnya untuk mendapatkan sesuatu di balik pintu terlarang ini? Apakah ini sesuatu yang hanya bisa dimiliki jika Damio mati?***Setelah dikenalkan dengan banyak ruangan di kediaman Grim, Elora masuk kamar, lalu menghempaskan diri di atas ranjang empuk."Aaah ... capeknya ... memangnya vampire bisa capek ya? kenapa aku lemah sekali?" ucapnya sambil memandangi langit-langit kamar yang terhias oleh lampu bertabur berlian.Dia berbicara lagi, "lampunya pasti mahal itu, ranjang ini juga empuk sekali, spreinya harum, pasti sudah diganti. Apa begini rasanya jadi bangsawan?"Dia teringat lagi pada perannya yang hanya karakter sampingan di novel. Sebagai penikmat buku genre romansa fantasi, dia miris harus terjebak di tubuh ini."Dulu aku mengkhayal gimana rasanya jadi anaknya Duke, lalu jadi istri putra mahkota, tapi kenapa malah terjebak di tubuh vampire lemah begini?" ucapnya.Kepalanya menggeleng, rasanya jahat sekali dia. Padahal, tubuh yang dia tempati ini cukup manis dan cantik.Dia terus bicara sendiri, "Tidak, tidak, maafkan aku, Elorayna, aku tidak bermaksud mengejekmu. Aku masih bingung, kok bisa aku di tub
Halaman belakang kediaman Grim begitu indah dan segar. Banyak sekali bunga-bunga mawar putih tumbuh subur membentuk pagar alami yang memisahkan rumah itu dengan hutan di belakangnya.Indah sekali. Pemandangan ini membius mata Elora. Ia tidak pernah melihat sesuatu yang seindah ini.Ada meja-kursi taman yang terbuat dari besi berlapis perak ada di dekat situ.Damio menarik salah satu kursi sambil mempersilakan, "silakan."Elora menatapnya. Dia baru sadar, sejak kemarin, sikap Damio makin membaik. Dia diperlakukan seperti seorang Lady, padahal dia hanyalah vampire asing."Terima kasih." Dia duduk di kursi yang dipilihkan oleh Damio. Agak gugup. Damio tersenyum tipis.Melihat senyuman seorang bangsawan itu, Elora jadi tegang. Ini tidak masuk akal. Kenapa Damio tampan sekali? Tidak adil. Apa dia reinkarnasi dewa?Damio bertanya, "Kenapa melihatku terus begitu?" "Kamu yang melihatku terus," balas Elora masih gugup.Obrolan mereka terhenti akibat kedatangan kepala pelayan, Haervis, yang m
Damio menyerahkan setangkai bunga mawar merah kepada Elora. Dia masih menunjukkan senyum misteriusnya.Elora tak tahu harus terpesona atau ketakutan. Dia tidak pernah mendapatkan perlakuan manis dari pria manapun. Selain itu, kepalanya mendadak berputar-putar akibat mencium aroma pemikat ini lagi.Iya, ada goresan kecil di jari telunjuk Damio sehingga membuatnya berdarah.Elora memalingkan pandangan. "Kamu sengaja ya membuat dirimu terluka?""Kamu bicara apa? Ini ambil bungaku, kamu tidak mau menerima bungaku?" Damio pura-pura tak mengerti ucapan Elora. Dia jelas sedang menggoda vampire itu dengan tetesan darahnya."Tidak mau."Damio memegangi pundak Elora. Dia membungkuk sedikit agar bisa berdekatan dengan telinga wanita itu, lalu mengancam, "ambil bunganya atau aku akan menyerahkanmu ke tentara kerajaan?"Ancaman itu paling ditakuti oleh Elora. Dia sangat lemah. Hidupnya pasti berakhir mengenaskan kalau sudah bertemu pemburu vampire.Dia mengambil bunga itu meskipun sambil menutup h
Tunangan?Siapa tunangan siapa?Apa maksud ucapan Damio barusan?Elora mematung sambil menatap Damio di sebelahnya. Dia tidak bisa berkata apapun saking syoknya. Tunangan pria itu bilang? Tunangan? Seorang Duke, seorang bangsawan, tunangan dengan vampire tidak jelas? Apa mungkin cerita di novel bisa berubah sangat drastis begini?Sir Gregorri kelihatan bingung. Dia bertanya, "maaf, Duke, saya dengar anda akan bertunangan dengan Lady Eizabell, putri dari Marquess Raeven?""Tidak cocok." Damio tersenyum tanpa dosa. Dia mengerti, saat ini pembantaian keluarga Marquess Raeven belum terdengar.Tiba-tiba, pengawal pribadi Damio, Fionnan, datang— dan menghadang mereka semua. Dia tengah memegang pedang, bersiap melindung Damio.Sir Gregorri kaget. Desas-desus mengatakan kalau kekuatan Fionnan dan keahlian berpedangnya sudah setara dengan jenderal perang kerajaan. Wajar saja saja, dia bergidik ketakutan.Damio menenangkan, "Fio, tolong mundur, jangan menakuti Sir Gregorri."Fionnan mundur. Te
Elora berdiam diri di dalam kamar dengan perasaan tidak menentu. Hatinya masih tidak bisa tenang usai mendengar semua perkataan Damio. Apa maksudnya ingin bertunangan dengannya? Masa iya cuma menggantikan peran Lady Eizabell?Tidak mungkin.Apa jangan-jangan pria itu punya niat lain yang mengerikan? Atau malah ingin menjebaknya?Dia melihat dirinya sendiri di cermin meja rias. Kalau dibandingkan dengan dirinya yang ada di dunia nyata, sosok Elora si Vampire Vesper ini lebih menarik. Wajah sangat imut, rambut coklat lurus memanjang hingga punggung, lalu kulit putihnya sedikit pucat, tetapi tetap menawan."Tidak mungkin dia menyukaiku," kata Elora.Sekalipun sosok vampire-nya ini menarik hati, tapi seorang bangsawan takkan tertarik dengan yang beginian. Iya, seharusnya Damio sudah sering melihat wanita cantik di kerajaan.Apa jangan-jangan ini untuk membantunya tadi? Sir Gregorri curiga padanya, apa itu alasan agar membuat para pemburu tidak curiga?Tiba-tiba, pintu diketuk oleh seseor
Selama seharian, Elora tak melihat Damio. Entah kemana priabitu, tapi dia sudah disibukkan dengan berbagai pelatihan tata Krama bangsawan.Dia diajari oleh Isadora, seorang guru tata krama wanita dari kerajaan. Wanita paruh baya itu menepuk punggung Elora dengan pukulan kayu tipis saat posisi duduknya loyo."Nona, tetap tegak saat duduk," katanya.Elora mulai membiasakan diri menulis sambil duduk dengan tegak. Dia sedang mengerjakan soal matematika dasar yang diberikan. Seluruh pertanyaan yang diberikan terlalu mudah— seperti pelajaran anak SD. Hanya sebatas, penjumlahan, perkalian, akar kuadrat dan lain-lain."Ini saja pertanyaannya?" tanya Elora memastikan. Dia sudah menyelesaikan semua.Isadora menjawab, "iya, Nona. Ini adalah tes untuk menilai tingkatan berapa seorang Lady itu.""Tingkatan?""Kecerdasan wanita bangsawan harus diukur juga, untuk bangsawan Duke harus mendapatkan minimal seorang Lady dengan kecerdasan di tingkat dua ke atas. Ada empat tingkatan kecerdasan wanita bang
Elora tidak melihat Damio dalam dua hari belakangan. Aneh memang. Pria itu seperti lenyap dari pandangannya. Sejak dia diajari cara tersenyum yang baik, pria itu seperti menghindari pandangan dengannya. Memangnya ada apa? Bicara pun seadanya, padahal biasanya dia sangat suka mengganggunya.Hati Elora juga ikutan tidak tenang. Dia masih kepikiran tentang tempat yang ingin dikunjungi oleh Damio bersama dirinya.Apa artinya ini adalah kencan?Wajah Elora memerah, panas sekali rasanya. Dia malu memikirkan semua ini adalah kencan. Di dunia nyata, dia tak pernah diajak keluar sekalipun oleh pria lain. Jadi, dia benar-benar tidak tahu harus berbuat apa.Dia menepuk kedua pipinya. "Apa-apaan aku ini ... ini bukan kencan, kenapa aku kepikiran sekali?" Pintu diketuk.Suara Haervis berkata dari balik pintu, "Nona, anda sudah siap?"Elora spontan berdiri dengan gugup sambil berseru, "Iya!" Dia meneguk ludah, dan segera berjalan cepat menuju ke pintu kamar.Dibukalah pintu tersebut. Haervis ter
Obsidian? Siapa Obsidian?Elora tidak mengerti siapa yang disebut, namun reaksi Damio sangat serius. Pria itu segera turun dari kereta kuda.Dari arah rerimbunan semak belukar dan pepohonan hutan, datanglah seorang pria tiga puluh tahunan berambut coklat. Di belakangnya, juga ada pemuda yang berpenampilan sama—yaitu mengenakan jubah hitam dengan lambang keluarga bangsawan."Oh, oh, oh, lihat siapa yang membawa vampire berbahaya," ucap si pria berambut coklat.Elora baru turun dari kereta. Dia terkejut mendengar panggilan vampire dari mulut pria itu. Darimana dia tahu? Siapa yang dia curigai sebagai vampire?Sejauh yang dia baca di dalam novel, dia belum pernah melihat ada lambang keluarga itu. Dia tidak mengenalinya.Damio berdiri di depan Elora, bersikap untuk melindunginya. "Lord Obsidian, kenapa mendadak menghentikan kereta kuda kami?""Siapa itu, Duke Grim?" Lord Obsidian menuding Elora dengan pisau perak khusus yang dia pegang. Itu adalah pisau tajam yang sanggup merobek leher va