Share

04. Semalaman Bersama Duke

Keesokan harinya ...

Elora bangun dari tidurnya.

Di novel memang dijelaskan kalau vampire dari daratan Vesper sangat sempurna, selain fisik mereka hebat, tahan matahari, mereka juga bisa berbaur layaknya manusia, seperti tidur, makan dan lain-lain.

Karena itulah, Elora terlihat seperti manusia biasa sekarang, gigi taringnya sudah tak runcing lagi. Kalau tidak sedang tergoda akan darah ataupun terancam, gigi taring vampire akan menyusut.

"Apa yang kulakukan semalam ... oh!" Dia menoleh ke samping. Ternyata, di atas ranjang yang sama, di bawah selimut yang sama, dia telah tidur bersama Damio.

"Pagi, Vampire Kecil~" Sapa Damio dengan suara malas. Matanya masih enggan terbuka, rambutnya pun berantakan seperti sudah diacak semalaman.

Selain itu, Kancing atas kemeja putih yang dipakainya telah lepas. Karena baju itu longgar, tanda kutukan lingkaran hitam di dada atas kirinya sedikit kelihatan.

"Apa ... apa yang terjadi? Kenapa kamu tidur denganku!" Elora panik, memperhatikan diri, sedikit lega baju tidurnya masih utuh.

"Mau bagaimana lagi, kamu posesif sekali, tidak mau melepas leherku. Aku sampai kelelahan, jadi tidur disini."

Elora sadar semalaman telah menikmati darah pria itu. Dia mengusap bekas darah kering di bibirnya. "Apa yang kulakukan ..."

Damio masih bisa tersenyum. Sensasi gigitan Elora semalam jauh lebih menggairahkan ketimbang kemarin siang. Dia jadi yakin kalau ada sesuatu dalam diri wanita vampire ini— dan dia makin penasaran dengannya.

Aneh sekali, untuk seorang penyihir yang biasa menebas leher vampire, dia malah ketagihan digigit Elora. Apa karena dia adalah vampire vesper yang istimewa? Atau ada alasan lain?

Elora takut dipandangi begitu. Dia merasa bersalah. "Apa? Kenapa melihatku begitu? Maaf, aku ... aku minta maaf kalau keterlaluan, aku tidak sadar, pikiranku seperti berkabut, tapi sekarang aku sudah sadar ... tolong jangan membunuhku."

"Kenapa kamu ini selalu takut aku bunuh? Aku ini ingin melindungimu."

"Kamu tidak marah?"

"Karena semalam? Tidak."

"Tapi, kamu sampai ..."

"Lelah? Tidak, kok, aku cuma alasan saja. Aku ingin tidur denganmu semalam."

"Hah?" Elora malu, pipinya memerah padam. Apa pendengarannya benar? barusan seorang Duke Damiano Grim yang di deskripsi novelnya terkenal kejam, tidak berperasaan, seperti ini?

Saking bingungnya, Elora sampai berpikir apa ia sudah diperdaya? apa darah Damio itu memilik unsur sihir sehingga dia berada dalam pengaruh guna-guna?

Damio bangun, kemudian mengancingkan lagi kemejanya lagi, kemudian merapikan rambut dengan jemari tangannya.

Dia bergumam, "kamu liar banget semalam, tapi aku menyukainya, apalagi saat ..."

"Saat apa?"

Damio menyentuh dagu Elora, lalu menekannya hingga bibirnya sedikit terbuka. Dia melanjutkan, " ... saat kamu menggunakan lidahmu yang mungil ini untuk menjilati sisa darah di leherku."

Sekujur tubuh Elora merinding dan tegang. Dia menahan diri agar tidak terbuai oleh Damio, takut jatuh cinta.

Bagaimana pun, di novel ini, dia adalah vampire, vampire tidak punya masa depan, vampire hanyalah monster dalam kehidupan manusia.

Selain itu, tiga bulan lagi— Damio akan jatuh cinta pada orang lain. Hatinya akan berakhir patah.

Tetapi, kenapa? Kenapa pria ini sensual sekali? Ini tidak adil. Bagaimana bisa dia bertahan melawan godaan sekuat Damio?

"Kenapa kamu mendadak kepikiran begitu? Kamu mikir apa?" Damio heran.

"Tidak apa." Elora memalingkan wajah sambil menurunkan tangan Damio dari dagunya. Dia memohon dengan sopan, "sebaiknya jangan melakukan ini lagi."

"Ini lagi?"

"Tidur di kamar wanita asing. Kamu akan bertunangan dengan wanita bangsawan tiga bulan lagi 'kan?"

"Aku tidak mengira kamu tahu hal itu juga. Apa berkat ucapan penyihir bernama Diosa ini?"

"Iya."

"Marquess Raeven memang menawarkan putrinya untukku, tapi aku belum tentu menerima pertunangan ini— kami perlu bertemu."

"Mungkin kamu akan marah padaku jika aku mengatakan ini, tapi penyihir hitam yang mengutukmu saat bayi, membuatkanmu racun yang mempercepat kutukannya, akan datang tiga bulan lagi bersama calon tunanganmu, Lady Eizabell Raeven."

Damio tersenyum. Dari raut wajahnya, dia malah kelihatan lega. "Begitu ya ..."

"Cuma aku belum tahu siapa penyihirnya, yang aku baca—maksudku yang aku dengar dari penyihir Elisse, salah satu di antara orang yang datang kesini adalah orangnya."

"Apa Lady Eizabell mengetahui ini?"

"Justru dia yang ingin mengkhianatimu. Intinya ..." 'kamu akan mati setelah dimanfaatkan, kematianmu tidak akan berdampak apapun karena kamu hanyalah karakter sampingan', lanjut Elora dalam hati.

Dia menatap Damio, lalu melanjutkan, "kamu akan mati karena kutukan itu, Lady Eizabell ingin menguasai wilayah ini."

'Untuk mendukung rencananya mendapatkan cinta sang raja', lanjut batin Elora. Dia tak sampai hati harus mengatakannya kepada Damio.

"Oh menarik." Damio tidak kaget sama sekali, malah main tersenyum. Dia menatap Elora dengan sorot mata misterius, lalu berucap, "Kamu bicara sangat buruk tentang calon tunanganku, kamu bisa aku bunuh, loh."

"Kan tadi aku bilang kamu pasti marah, aku tahu kamu pasti tidak percaya, tapi ini sungguhan. Kita bisa menunggu tiga bulan lagi."

"Kalau begitu aku akan membatalkan rencana pertunangan kami saja."

"Itu tidak mungkin ..."

"Kenapa?"

"Entahlah, aku merasa kamu ditakdirkan bersama Lady Eizabell, maksudku ..." Elora tak sanggup melanjutkan. Dia tidak bisa mengatakan begitu saja kalau Damio nantinya akan jatuh cinta kepada wanita itu.

Karena Damio hanya karakter sampingan, di novel dia hanya dijelaskan sedikit, bahkan tak punya dialog.

Diceritakan setelah bertemu Lady Eizabell, lalu menghabiskan waktu bersama, mereka lebih dekat. Damio menjadi lebih lembut. Bukankah itu artinya dia jatuh cinta?

"Sudahlah, aku akan pergi sebentar, kamu mandi saja, lalu sarapan. Pagi ini aku akan melewatkan sarapan, Haervis akan menjagamu," kata Damio sambil turun ranjang.

"Kamu mau kemana?"

"Rahasia."

"Rahasia?"

Damio tersenyum kepada Elora, lalu pergi keluar kamar tanpa mengatakan apapun.

Dalam hati, Elora penasaran, mau kemana pria itu setelah mendengarkan ceritanya barusan? Apa dia tidak marah setelah diberitahu kalau calon tunangannya akan berkhianat?

***

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Kikiw
Damio, jangan senyum mulu.. jadi gabisa nebak karakter
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status