Seringkali, orang baru menyadari betapa berharganya sesuatu setelah kehilangannya. Sama seperti Benigno yang kini mulai merasakan kehilangan pegawai andal seperti Victor.
Terlepas dari seberapa sering dia memarahi Victor, kenyataan Victor telah bekerja untuknya selama lima tahun pastilah memiliki arti baginya.
Sebenarnya dia sudah mendapatkan pengganti Victor. Namun hal itu membuatnya semakin sadar, betapa sulitnya mencari karyawan sebaik dan seloyal dirinya.
Lagi pula, di mana lagi dia bisa menemukan seorang lulusan universitas ternama, yang mau bekerja untuknya begitu lama sebagai pengantar pizza.
“Sudah kubilang! Anda akan merindukannya. Pria seperti dia sangat langka saat ini,” kata seorang pelayan, seorang gadis remaja cantik berwajah ceria dan polos berambut hitam tebal, sambil menggoda Tuan Benigno.
“Diam kau! Kenapa kau tak keluar saja sana dan ajari si anak baru itu sesuatu,” bentak Benigno sambil berlalu pergi.
Dia kembali ke kantornya, mengambil telepon, dan mencoba menghubungi Victor lagi. Tapi Victor tidak menjawab panggilannya, membuat pria Italia gemuk dan berkumis tebal itu semakin kesal.
Faktanya, Victor memang hampir sampai. Itu sebabnya dia tidak peduli untuk menjawab panggilan masuk dari Tuan Benigno.
Ketika sampai di sana, Victor mendapati si karyawan baru yang menggantikannya, dan sepertinya anak baru itu kesulitan menghidupkan skuternya. Victor tahu betul kondisi aneh skuter itu karena sudah menggunakannya selama bertahun-tahun.
“Bolehkah aku mencobanya?” dia bertanya.
Anak baru itu sedikit terkejut dan berbalik. Dia tidak menjawab, hanya memberi Victor ruang untuk mencoba menyalakan skuternya.
Awalnya Victor mencoba menyalakannya dengan cara biasa. Dan memang starternya tidak berfungsi. Dia bahkan tidak mendengar ada respon saat skuternya distarter.
Tapi Victor sama sekali tidak terlihat bingung. Dia hanya menekan rem tangan di sebelah kiri dengan sedikit perasaan, dan dengan sedikit menarik pedal gas. Ajaibnya, terdengar suara pengapian dari skuter itu meski Victor tidak menekan starter sama sekali.
“Eh? Bagaimana bisa?” Anak baru itu bergumam tidak mengerti.
“Bagian starter ini tenggelam karena terlalu sering ditekan. Jadi terkadang starternya tidak berfungsi, atau mungkin malah selalu aktif untuk menyalakan mesin karena tersangkut di dalam, dan itu membuatnya aus,” jelas Victor.
Anak baru itu menyipitkan matanya dengan wajah berkerut. Ia sedikit heran bagaimana orang yang baru ia temui ini bisa langsung mengetahui kondisi skuter tersebut.
“Lalu, bagaimana kamu menyalakan skuter ini saat berulah seperti ini?” tanya anak baru itu.
“Pernah kau mendengar skuter ini berbunyi seperti ada pengapian saat menekan rem di sisi kiri ini?” tanya Victor.
Anak baru tidak tahu bagaimana menjawab pertanyaan seperti itu. Dia baru bekerja untuk Tuan Benigno selama sehari. Dia tidak terlalu memperhatikan perilaku skuternya.
“Siapa namamu?” tanya Victor.
“Toto!” Jawab anak baru itu.
“Jadi, Toto! Kalau nanti starternya tidak berfungsi, tinggal tekan saja rem sebelah kiri ini,” lanjut Victor.
“Serius? Bagaimana bisa?” gumam Toto tak percaya.
“Aku tak tahu juga bagaimana bisa. Sebelumnya aku hanya menyadarinya secara tidak sengaja,” jawab Victor.
Victor mematikan skuternya sehingga dia bisa menunjukkan kepada anak baru itu cara menghidupkannya kembali. Pengapian tidak selalu terjadi, melainkan hanya terjadi sesekali saat ia menekan rem.
“Kalau kau mendengarnya, jangan tekan remnya lebih jauh. Pas saat berbunyi seperti ini, tahan saja sampai skuter ini menyala. Posisinya tidak pernah sama, jadi kamu perlu merasakannya, hingga terdengar skuter itu mulai menyala dan tahan,” jelas Victor.
Kebetulan, Benigno sudah berdiri di depan toko dan mendengarkan Victor mengajari anak baru itu.
“Mengapa kau tidak bekerja untukku lagi dan menggantikannya. Dia sama sekali tidak berguna. Dalam satu hari saja, aku telah menerima lebih dari 10 keluhan dari pelanggan.”
“Eeeeeh?” Anak baru itu terkejut. “Mana mungkin aku bisa mengirim pesan tepat waktu dengan skuter seperti ini.”
Benigno mengabaikannya. Dia bahkan tidak melirik anak baru itu sama sekali. Dia lebih tertarik pada Victor, dan sekali lagi, menawarkan Victor untuk bekerja kembali untuknya di toko pizza itu.
“Kau tidak perlu membayar perbaikan lecet pada skuter itu. Dan kau juga tidak perlu membayar utangmu dua kali lipat padaku. Kau hanya perlu mengenakan kembali seragammu dan mengirimkan pesanan.”
Victor tersenyum, tapi tidak menjawab tawaran Benigno sama sekali. Ia hanya sibuk merogoh sakunya, kemudian memisahkan beberapa lipatan uang dari kunci rumahnya.
Setelah memastikan jumlah pasti uang itu $800, Victor menyerahkannya kepada Benigno. Faktanya, utangnya kepada Benigno bahkan tidak sampai setengahnya. Tapi Victor tidak terlalu peduli dengan sisanya.
“Tolong, simpan saja sisanya. Aku agak sibuk hari ini dan harus sedera pergi,” kata Victor.
Victor berbalik dan pergi, menepuk bahu anak baru itu sekali saat dia lewat. Anak laki-laki baru itu terlihat lega, mengetahui bahwa dia sepertinya tidak akan kehilangan pekerjaannya.
“Hey, Victor! Ambil saja uang ini kembali, dan bekerjalah untukku. Bila perlu, aku bisa menaikkan gajimu dua kali lipat,” teriak Benigno.
“Maafkan aku, Tuan Benigno. Anda telah memperlakukanku dengan baik selama ini. Tapi maaf sekali lagi, aku sedang ada rapat saat ini,” jawab Victor.
“Rapat pantatmu?” bentak Benigno dari jauh. “Jangan memaksa menipu diri sendiri. Apa kau mendapat pekerjaan baru?”
“Ya, aku bekerja untuk Counterbrand sekarang. Mampirlah jika Anda punya waktu,” teriak Victor.
Setelah itu, Victor sibuk memanggil taksi untuk membawanya kembali ke kantor pusat Counterbrand.
Benigno diam saja sembari mengawasinya dari jauh. Tentu saja dia cukup mengenal perusahaan Counterbrand tersebut, karena letaknya yang tidak terlalu jauh dari tokonya. Bahkan iklan yang dipasang Counterbrand telah merusak pemandangannya karena terus menemukannya di mana-mana.
Sesaat kemudian, Benigno mengalihkan perhatiannya pada uang yang baru saja diberikan Victor kepadanya. Meski Victor sudah melunasi utangnya, tetap saja dia merasa kehilangan.
Namun, sudah tidak mungkin lagi baginya memaksa Victor bekerja padanya, jika nyatanya mantan karyawannya itu sudah bekerja di perusahaan besar seperti Counterbrand.
“Pak, saya, saya, masih bisa bekerja, di sini kan?” tanya anak baru itu dengan suara terbata-bata.
“Jika sampai kau terlambat lagi mengirim pesanan, aku akan memecatmu!” Beningno mengancamnya dengan mengacungkan jari. “Camkan itu!
Dia kembali masuk ke dalam toko, dan menemukan semua gadis pelayan memasang wajah konyol sambil menyembunyikan tawa mereka.
Salah satu dari mereka yang sudah lama bekerja di sana, si gadis remaja berwajah ceria bernama Judy, menggodanya dengan enteng.
“Sudah kubilang! Anda pasti akan merindukannya,” kata gadis itu sambil tertawa kekanak-kanakan.
“Kembalilah bekerja!” Benigno berteriak pada mereka. “Dasar bocah tak tahu diuntung!”
Sementara Benigno kembali ke kantornya, para pelayan itu tertawa lebih keras lagi.
Dia duduk di kursinya dengan dada dan leher mengembang. Nafasnya berat, penuh amarah. Bahkan setelah 10 menit berlalu, Benigno masih tidak bisa mengabaikan kekesalannya.
Dia kemudian meraih telepon dan melakukan satu panggilan.
[Benigno? Ada apa meneleponku?]
“Sepertinya ada orang kaya baru di blok ini.”
[Seberapa kaya?]
“Kenapa tidak kau periksa saja sendiri. Kau tak perlu berbagi apa pun denganku. Ambil saja semua yang kau dapatkan untuk dirimu sendiri dan anak buahmu.”
[Hei, Benigno! Apakah kau lupa dengan siapa kau sedang berbicara?]
“Apa maksudmu?”
[Kau pikir aku ini tikus bodoh yang bakalan menggigit umpan kejumu itu?]
“Apa? Kau pikir aku sedang memasang jebakan untukmu? Aku tidak naif itu.”
[Lalu? Apakah ada sesuatu yang istimewa dengan orang ini?]
“Tidak! Sama sekali tak ada yang istimewa dengannya. Aku hanya tidak menyukainya saja. Aku akan memberimu semua yang aku ketahui tentangnya nanti.”
Sementara itu, Emma saat ini sedang dilema. Meski sudah bercerai dengan Victor, ia bahkan belum menjadi istri sah Lucas.Dan entah kenapa, Lucas tampak begitu enggan untuk membawanya tinggal di rumahnya bersama kedua orang tuanya. Bakan sejauh ini dia belum pernah mengenalkan Emma pada mereka.Dan dia juga tidak berniat mencarikan tempat tinggal baru untuk Emma. Sebaliknya, Lucas lebih memilih mencari bantuan, menyewa tukang kunci untuk membukakan pintu bagi Emma, sehingga dia bisa kembali ke rumah tempat dia tinggal bersama Victor.“Anda yakin ini rumah Anda?” tukang kunci bertanya.“Kenapa kau tidak tanyakan saja pada tetangga wanita tua itu?” kata Emma.Tukang kunci melirik sekilas ke rumah sebelah, dan memang ada seorang nenek tua, Ny. Greta, yang sedang sibuk menyiram taman kecilnya.Mendapati wanita tua itu tidak terlalu mempedulikan mereka, tukang kunci yakin bahwa klien yang dia layani saat ini bukanlah pencuri. Lagi pula, dia hanya malas repot-repot memastikannya. Jadi, dia
Dia memungut dan memeriksanya, baik cincin maupun kotaknya. Mungkin dia bukanlah ahli dalam menilai suatu perhiasan. Tapi dia mulai ragu apakah itu benar-benar cincin palsu.Hanya setelah dia menemukan nama “Johnson’s Pleasantry” di bawah kotak, dia yakin bahwa cincin itu tidak mungkin barang palsu.Johnson's Pleasantry adalah toko perhiasan terkenal di kota, toko di mana Victor membeli barang tersebut. Toko ini sangat populer di kalangan pasangan calon suami-istri, terkenal dengan validitas dan reputasinya yang baik dalam menjual perhiasan khusus untuk pernikahan.“Tidak mungkin Johnson’s Pleasantry menjual cincin palsu kepada orang yang akan menikah,” gumamnya dengan mata terbelalak.Emma memakai kembali sepatunya, dan bergegas keluar rumah dengan membawa cincin itu. Dia mengunci pintu dan mengeluarkan ponselnya untuk menelepon Lucas kembali.Menurutnya, lebih baik pergi bersama Lucas daripada memesan taksi dengan uangnya sendiri. Atau mungkin membantunya menjual cincin itu dengan h
Dia memang mengira permata dari Johnson’s Pleasantry akan berharga mahal. Tapi dia tidak pernah mengira harganya akan semahal itu. “Satu juta dolar?” gumamnya sambil memegang kepalanya dengan satu tangan, sementara tangan lainnya berusaha menjaga keseimbangan dengan mencari sesuatu untuk dipegang. “Jadi? Apakah itu cukup mengejutkan Anda, Nyonya? Saya turut berbahagia Anda punya suami yang baik seperti dia,” kata pemilik toko. “Tidak, ini terlalu banyak. Aku memang mengira cincin ini mahal, tapi 1 Juta dolar itu terlalu banyak,” ucap Emma. Hal ini menarik perhatian beberapa pelanggan yang kebetulan berada di sana. Tapi Emma tidak terlalu memperhatikannya. Ia masih tidak bisa membayangkan bagaimana Victor berhasil mengumpulkan uang sebanyak itu untuk membeli cincin tersebut. Saat itulah dia teringat tentang Victor yang memiliki dua rekening bank. Selama ini Victor hanya menggunakan salah satunya saja. Tapi Emma tidak pernah terlalu memperhatikan yang satunya lagi, karena dia yakin
Bukannya dia tidak bisa menjual cincin itu sama sekali. Hanya saja pemilik toko enggan untuk membeli kembali barang tersebut, karena dia agak ragu dengan sosok Emma. Dia takut akan risiko membeli barang curian.“Saya benar-benar minta maaf, Nyonya. Saya khawatir Anda masih perlu membicarakan hal ini dengan suami Anda lagi. Dia satu-satunya yang bisa menjual barang ini kepada kami. Tapi saya pikir, suami Anda pun akan memaksa Anda untuk menerima hadiah tersebut,” kata pemilik toko.Emma semakin tidak sabar, dan memaksakan diri agar pemilik toko membeli kembali cincin tersebut.“Tidak bisakah Anda membuat ulang dokumen appraisal itu? Saya bersedia menurunkan harga lebih banyak lagi untuk kompensasi atas proses apa pun yang baru saja Anda sampaikan kepada saya,” pintanya sedikit memaksa.Pemilik toko menyipitkan matanya dengan tatapan curiga. Kini ia memang mulai meragukan kesaksian Emma sebagai istri Victor, dan kecurigaannya bahwa cincin itu baru saja dicuri semakin kuat.“Maaf, Nyonya
Emma menekan tombol untuk menjawab panggilan itu dan mendekatkan ponsel ke telinganya. Namun si pemilik toko langsung merampas telepon tersebut. [Emma! Apa kau memasuki rumahku baru-baru ini?] Pemilik toko menjadi penasaran dengan pertanyaan seperti itu. Dia menutup bagian mic pada ponsel itu dengan telapak tangannya, dan menjauhkannya dari telingan. “Apakah ini benar-benar suami Anda?” pemilik toko bertanya pada Emma. “Ya, dia suamiku!” Emma menjawab dengan sangat pelan, tidak ingin perkataannya terdengar oleh Victor melalui telepon. Pemilik toko menyipitkan matanya dengan tatapan yang lebih mencurigakan. Jika memang mereka suami istri, kenapa juga laki-laki di dalam telepon itu mempermasalahkan soal Emma masuk ke rumahnya. Pemilik toko itu menempelkan kembali ponsel itu ke telinganya dan mulai berbicara langsung dengan Victor. “Apakah ini benar Tuan Victor William?” dia bertanya. [Ya, saya Victor William. Siapa ini? Di mana Emma?] “Tn. William. Saya Johnson Bermer yang berbi
Emma sekarang mulai khawatir ke mana harus pergi. Dia tidak bisa lagi menunjukkan wajahnya untuk kembali ke rumah Victor. Satu-satunya hal yang terpikir olehnya hanyalah Lucas.Tapi sudah jelas Lucas sudah mulai mengabaikan dirinya sebelum ini. Dia menyadari bahwa Lucas justru jauh lebih serakah.Hingga kemudian, dia mengingat sesuatu. Ini tentang rekening bank Victor yang selama ini dia abaikan. Menurutnya, jika Victor bisa membeli perhiasan semahal itu hanya sebagai hadiah ulang tahun, kemungkinan besar Victor memiliki lebih banyak uang yang tersimpan di rekening bank tersebut.“Si brengsek itu! Bagaimana dia mendapatkan uang sebanyak itu? Beraninya dia merahasiakannya dariku selama ini. Tidak mungkin aku membiarkannya begitu saja.”Pada akhirnya, terpicu oleh rasa kesal atas penghinaan yang baru saja diterimanya, diapun menelepon Lucas.Dia benar-benar tidak punya pilihan lain selain berkompromi dengannya. Tentu dia tidak akan rugi jika Lucas meminta bagian, asalkan dia bisa menda
Pada malam hari, Victor sulit tidur. Ini adalah malam pertama yang harus ia habiskan sendirian di rumah sejak ia tinggal bersama Emma. Rumah itu begitu tenang dan sunyi, tapi tidak dengan hatinya. Ia masih merasa sedih karena kehilangan wanita yang pernah dicintainya. Tentu saja bukan menangisi si mantan istri seperti yang baru ia ketahui belakangan ini. Melainkan Emma yang dulu yang telah menemaninya selama lima tahun. Dia masih percaya, tidak salah mencintai Emma yang dulu, tapi hanya berpikir kalau wanita itu sudah berubah karena keadaan. Namun entah kenapa, dia merasa puas dengan apa yang terjadi di toko Johnson’s Pleasantry sebelumnya. Dia tidak pernah merencanakan untuk membalaskan dendamnya seperti itu. Dia bahkan tidak memikirkan balas dendam sama sekali. Namun… “Biar tahu rasa dia! Bagaimana dia bisa begitu buta tanpa menyadari bahwa cincin yang kuberikan padanya itu asli.” Sekarang Victor sedang berbaring di sana, di tempat tidur, memandangi cincin emas berkilauan yang
Dia bergegas ke jendela dan mengintip kondisi di halaman depan lebih lanjut. Mobilnya masih di sana, dan segala sesuatunya tampak begitu normal. “Mungkinkah kedua perampok itu berubah pikiran dan meninggalkan semuanya di sini? Mana mungkin!” Dia benar-benar tidak dapat memahami apa yang terjadi dan bagaimana uang dan cincin itu berada di depan pintu. Dia memeriksa segala sesuatu di sekitar rumah, memastikan tidak ada tempat bagi pencuri untuk masuk. Ia pun memeriksa setiap sudut rumah, untuk memastikan tidak ada orang yang bersembunyi di dalam. Baru setelah itu, dia kembali ke kamarnya, mengunci diri di dalam, lalu duduk di balik pintu dengan ekspresi ketakutan di wajahnya. Pada akhirnya, dia kesulitan untuk tidur lagi. *** Dan saat ini, di tempat lain, kondisi Emma tak jauh berbeda. Dia masih tidak punya tempat tujuan, dan Lucas belum menawarkan apa pun padanya. Sebaliknya, perhatian Lucas tertuju pada TV di salah satu sudut bar, menonton wawancara seorang aktris Hollywood baru