Share

011 - Tak Ada Yang Spesial Darinya

Author: Rytíř
last update Last Updated: 2024-03-07 17:37:03

Seringkali, orang baru menyadari betapa berharganya sesuatu setelah kehilangannya. Sama seperti Benigno yang kini mulai merasakan kehilangan pegawai andal seperti Victor.

  

Terlepas dari seberapa sering dia memarahi Victor, kenyataan Victor telah bekerja untuknya selama lima tahun pastilah memiliki arti baginya.

  

Sebenarnya dia sudah mendapatkan pengganti Victor. Namun hal itu membuatnya semakin sadar, betapa sulitnya mencari karyawan sebaik dan seloyal dirinya.

  

Lagi pula, di mana lagi dia bisa menemukan seorang lulusan universitas ternama, yang mau bekerja untuknya begitu lama sebagai pengantar pizza.

  

“Sudah kubilang! Anda akan merindukannya. Pria seperti dia sangat langka saat ini,” kata seorang pelayan, seorang gadis remaja cantik berwajah ceria dan polos berambut hitam tebal, sambil menggoda Tuan Benigno.

  

“Diam kau! Kenapa kau tak keluar saja sana dan ajari si anak baru itu sesuatu,” bentak Benigno sambil berlalu pergi.

  

Dia kembali ke kantornya, mengambil telepon, dan mencoba menghubungi Victor lagi. Tapi Victor tidak menjawab panggilannya, membuat pria Italia gemuk dan berkumis tebal itu semakin kesal.

  

Faktanya, Victor memang hampir sampai. Itu sebabnya dia tidak peduli untuk menjawab panggilan masuk dari Tuan Benigno.

  

Ketika sampai di sana, Victor mendapati si karyawan baru yang menggantikannya, dan sepertinya anak baru itu kesulitan menghidupkan skuternya. Victor tahu betul kondisi aneh skuter itu karena sudah menggunakannya selama bertahun-tahun.

  

“Bolehkah aku mencobanya?” dia bertanya.

  

Anak baru itu sedikit terkejut dan berbalik. Dia tidak menjawab, hanya memberi Victor ruang untuk mencoba menyalakan skuternya.

  

Awalnya Victor mencoba menyalakannya dengan cara biasa. Dan memang starternya tidak berfungsi. Dia bahkan tidak mendengar ada respon saat skuternya distarter.

  

Tapi Victor sama sekali tidak terlihat bingung. Dia hanya menekan rem tangan di sebelah kiri dengan sedikit perasaan, dan dengan sedikit menarik pedal gas. Ajaibnya, terdengar suara pengapian dari skuter itu meski Victor tidak menekan starter sama sekali.

  

“Eh? Bagaimana bisa?” Anak baru itu bergumam tidak mengerti.

  

“Bagian starter ini tenggelam karena terlalu sering ditekan. Jadi terkadang starternya tidak berfungsi, atau mungkin malah selalu aktif untuk menyalakan mesin karena tersangkut di dalam, dan itu membuatnya aus,” jelas Victor.

  

Anak baru itu menyipitkan matanya dengan wajah berkerut. Ia sedikit heran bagaimana orang yang baru ia temui ini bisa langsung mengetahui kondisi skuter tersebut.

  

“Lalu, bagaimana kamu menyalakan skuter ini saat berulah seperti ini?” tanya anak baru itu.

  

“Pernah kau mendengar skuter ini berbunyi seperti ada pengapian saat menekan rem di sisi kiri ini?” tanya Victor.

  

Anak baru tidak tahu bagaimana menjawab pertanyaan seperti itu. Dia baru bekerja untuk Tuan Benigno selama sehari. Dia tidak terlalu memperhatikan perilaku skuternya.

  

“Siapa namamu?” tanya Victor.

  

“Toto!” Jawab anak baru itu.

  

“Jadi, Toto! Kalau nanti starternya tidak berfungsi, tinggal tekan saja rem sebelah kiri ini,” lanjut Victor.

  

“Serius? Bagaimana bisa?” gumam Toto tak percaya.

  

“Aku tak tahu juga bagaimana bisa. Sebelumnya aku hanya menyadarinya secara tidak sengaja,” jawab Victor.

  

Victor mematikan skuternya sehingga dia bisa menunjukkan kepada anak baru itu cara menghidupkannya kembali. Pengapian tidak selalu terjadi, melainkan hanya terjadi sesekali saat ia menekan rem.

  

“Kalau kau mendengarnya, jangan tekan remnya lebih jauh. Pas saat berbunyi seperti ini, tahan saja sampai skuter ini menyala. Posisinya tidak pernah sama, jadi kamu perlu merasakannya, hingga terdengar skuter itu mulai menyala dan tahan,” jelas Victor.

  

Kebetulan, Benigno sudah berdiri di depan toko dan mendengarkan Victor mengajari anak baru itu.

  

“Mengapa kau tidak bekerja untukku lagi dan menggantikannya. Dia sama sekali tidak berguna. Dalam satu hari saja, aku telah menerima lebih dari 10 keluhan dari pelanggan.”

  

“Eeeeeh?” Anak baru itu terkejut. “Mana mungkin aku bisa mengirim pesan tepat waktu dengan skuter seperti ini.”

  

Benigno mengabaikannya. Dia bahkan tidak melirik anak baru itu sama sekali. Dia lebih tertarik pada Victor, dan sekali lagi, menawarkan Victor untuk bekerja kembali untuknya di toko pizza itu.

  

“Kau tidak perlu membayar perbaikan lecet pada skuter itu. Dan kau juga tidak perlu membayar utangmu dua kali lipat padaku. Kau hanya perlu mengenakan kembali seragammu dan mengirimkan pesanan.”

  

Victor tersenyum, tapi tidak menjawab tawaran Benigno sama sekali. Ia hanya sibuk merogoh sakunya, kemudian memisahkan beberapa lipatan uang dari kunci rumahnya.

  

Setelah memastikan jumlah pasti uang itu $800, Victor menyerahkannya kepada Benigno. Faktanya, utangnya kepada Benigno bahkan tidak sampai setengahnya. Tapi Victor tidak terlalu peduli dengan sisanya.

  

“Tolong, simpan saja sisanya. Aku agak sibuk hari ini dan harus sedera pergi,” kata Victor.

  

Victor berbalik dan pergi, menepuk bahu anak baru itu sekali saat dia lewat. Anak laki-laki baru itu terlihat lega, mengetahui bahwa dia sepertinya tidak akan kehilangan pekerjaannya.

  

“Hey, Victor! Ambil saja uang ini kembali, dan bekerjalah untukku. Bila perlu, aku bisa menaikkan gajimu dua kali lipat,” teriak Benigno.

  

“Maafkan aku, Tuan Benigno. Anda telah memperlakukanku dengan baik selama ini. Tapi maaf sekali lagi, aku sedang ada rapat saat ini,” jawab Victor.

  

“Rapat pantatmu?” bentak Benigno dari jauh. “Jangan memaksa menipu diri sendiri. Apa kau mendapat pekerjaan baru?”

  

“Ya, aku bekerja untuk Counterbrand sekarang. Mampirlah jika Anda punya waktu,” teriak Victor.

  

Setelah itu, Victor sibuk memanggil taksi untuk membawanya kembali ke kantor pusat Counterbrand.

  

Benigno diam saja sembari mengawasinya dari jauh. Tentu saja dia cukup mengenal perusahaan Counterbrand tersebut, karena letaknya yang tidak terlalu jauh dari tokonya. Bahkan iklan yang dipasang Counterbrand telah merusak pemandangannya karena terus menemukannya di mana-mana.

  

Sesaat kemudian, Benigno mengalihkan perhatiannya pada uang yang baru saja diberikan Victor kepadanya. Meski Victor sudah melunasi utangnya, tetap saja dia merasa kehilangan.

  

Namun, sudah tidak mungkin lagi baginya memaksa Victor bekerja padanya, jika nyatanya mantan karyawannya itu sudah bekerja di perusahaan besar seperti Counterbrand.

  

“Pak, saya, saya, masih bisa bekerja, di sini kan?” tanya anak baru itu dengan suara terbata-bata.

  

“Jika sampai kau terlambat lagi mengirim pesanan, aku akan memecatmu!” Beningno mengancamnya dengan mengacungkan jari. “Camkan itu!

  

Dia kembali masuk ke dalam toko, dan menemukan semua gadis pelayan memasang wajah konyol sambil menyembunyikan tawa mereka.

  

Salah satu dari mereka yang sudah lama bekerja di sana, si gadis remaja berwajah ceria bernama Judy, menggodanya dengan enteng.

  

“Sudah kubilang! Anda pasti akan merindukannya,” kata gadis itu sambil tertawa kekanak-kanakan.

  

“Kembalilah bekerja!” Benigno berteriak pada mereka. “Dasar bocah tak tahu diuntung!”

  

Sementara Benigno kembali ke kantornya, para pelayan itu tertawa lebih keras lagi.

  

Dia duduk di kursinya dengan dada dan leher mengembang. Nafasnya berat, penuh amarah. Bahkan setelah 10 menit berlalu, Benigno masih tidak bisa mengabaikan kekesalannya.

  

Dia kemudian meraih telepon dan melakukan satu panggilan.

  

[Benigno? Ada apa meneleponku?]

  

“Sepertinya ada orang kaya baru di blok ini.”

  

[Seberapa kaya?]

  

“Kenapa tidak kau periksa saja sendiri. Kau tak perlu berbagi apa pun denganku. Ambil saja semua yang kau dapatkan untuk dirimu sendiri dan anak buahmu.”

  

[Hei, Benigno! Apakah kau lupa dengan siapa kau sedang berbicara?]

  

“Apa maksudmu?”

  

[Kau pikir aku ini tikus bodoh yang bakalan menggigit umpan kejumu itu?]

  

“Apa? Kau pikir aku sedang memasang jebakan untukmu? Aku tidak naif itu.”

  

[Lalu? Apakah ada sesuatu yang istimewa dengan orang ini?]

  

“Tidak! Sama sekali tak ada yang istimewa dengannya. Aku hanya tidak menyukainya saja. Aku akan memberimu semua yang aku ketahui tentangnya nanti.”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Victor William : Pewaris Tunggal Dari Sebuah Keluarga Mafia   043 - Warisan Julian Bermer

    Semakin Victor menunjukkan wajah serba salahnya, pria itu semakin yakin bahwa Victor benar-benar seorang pencuri. Dalam benaknya, ketakutan Victor adalah ketakutan pencuri yang baru saja tertangkap.“Pencuri mana mau mengaku kalau dia adalah seorang pencuri?” kata seorang laki-laki dari kerumunan.“Logika macam apa itu?” bantah Victor pada orang yang baru saja menuduhnya. “Mereka yang bukan pencuri pun, tidak mau mengakui dirinya sebagai pencuri? Dasar bodoh!”“Kamu benar-benar pandai berkilah! Aku yakin kau pasti sudah berlatih berkilah setiap hari,” kata pria bernama Andrew itu sambil masih memegang kerah baju Victor.“Sudah kubilang, aku tidak mencoba mencuri tasnya!”“Oh, benar juga! Kenapa tak kau katakana saja itu pada polisi nanti. Tapi untuk saat ini, aku perlu…”Andrew menarik tangannya ke belakang, hendak melayangkan pukulan. Namun tiba-tiba seorang lelaki tua memukul punggung Andrew dengan tongkat.“Dia mengatakan yang sebenarnya! Kau dan gadismu itu perlu berterima kasih p

  • Victor William : Pewaris Tunggal Dari Sebuah Keluarga Mafia   042 - Aku Bukan Pencuri

    Hari Sabtu pun datang, sama seperti hari-hari Sabtu lainnya bagi sebagian orang. Tapi itu berbeda untuk Emma. Dia masih tertidur meski sudah lewat tengah hari.Dia masih mengenakan pakaian yang sama yang dia kenakan untuk bekerja tadi malam. Tempat tidurnya berantakan dengan salah satu sepatunya di atas bantal. Ada juga beberapa kaleng bir kosong di mana-mana.Sejak bekerja paruh waktu sebagai operator drive thru di “Peccato Legale”, bar milik pria bernama Robert itu, Emma harus bekerja lembur hingga lewat tengah malam.Meskipun dia kembali ke motel sebelum jam 3 pagi, dia baru tertidur sebelum fajar. Bahkan itu hanya setelah dia menghabiskan beberapa kaleng bir. Tapi sekarang, minuman keras itu masih mempermainkan pikirannya.Alkohol itu begitu efektif dalam menghentikan otaknya menghasilkan hormon kecemasan sejak tadi malam. Itu juga efektif membuatnya melupakan semua masalahnya.Namun, ketika efek minuman kerasnya mereda, kecemasannya justru meningkat. Sekarang dia mengalami sesuat

  • Victor William : Pewaris Tunggal Dari Sebuah Keluarga Mafia   041 - Apa Yang Seorang Pengacara Ketahui

    Jimmy menyajikan kopi untuk mereka. Setelah itu, dia sedikit menykamurkan bokongnya di atas meja, dan mulai berbicara untuk memancing perhatian mereka ke arahnya.“Aku tahu kamu adalah Viona Emery, wakil presiden di Counterbrand. Aku tidak akan menyembunyikan siapa diriku di depan orang sepertimu. Jadi, apakah kamu sudah selesai menghakimi diriku?” dia bertanya dengan percaya diri.Viona tersenyum dengan sedikit berceletuk. “Aku tidak datang ke sini untuk memintamu bekerja untukku, tapi hanya untuk menemani orang di sebelahku ini, pemimpin di perusahaan Counterbrand,” jelas Viona.“Eh?!” Jimmy menjawab dengan sedikit terkejut dan senyuman yang tidak pasti, tak menyangka bahwa klien barunya adalah seorang presiden sebuah perusahaan besar.Melihat betapa tenangnya Victor saat ini, Jimmy langsung mengubah sikapnya. Dia merapikan rambut dan pakaiannya sedikit, dan duduk di kursinya dengan memulai sikap profesionalnya.“Jimmy Farion siap melayani anda, menyelesaikan masalah tanpa masalah!

  • Victor William : Pewaris Tunggal Dari Sebuah Keluarga Mafia   040 - Jenderal Tanpa Prajurit

    Ia mulai ragu dengan niatnya untuk berbuat sesuatu di lelang tersebut. Sepertinya dia harus menerima tawaran apapun yang akan datang pada cincin yang akan dia jual.“Sudah, suruh mereka pergi,” kata Victor kepada Emma.Kedua orang itu pun pergi begitu saja bahkan sebelum Emma menyuruh mereka pergi.“Jadi, apa yang akan kau lakukan sekarang?” tanya Viona.“Kita bicarakan saja nanti. Kita temui saja pengacara itu dulu!” Jawab Victor sambil bangkit dari sofa dengan wajah lelah.Pada akhirnya, mereka meninggalkan rumah dengan Viona yang mengendarai Ferrari untuknya. Victor sama sekali tak membuat wajah tak bersemangatnya, tak menyembunyikan betapa kecewanya ia pada Viona.Meski begitu, dia tahu bahwa tak bisa juga menyalahkannya. Viona sudah mengatakan bahwa dia tidak akan mengasuhnya lagi. Bagaimana pun, tentu dia menyadari bahwa sebagian besar masalah ini disebabkan oleh kesalahannya sendiri, perselisihan pribadinya dengan Emma.Tapi tetap saja…“Bagaimana kamu bisa kepikiran menggunaka

  • Victor William : Pewaris Tunggal Dari Sebuah Keluarga Mafia   039 - Jangan Khawatir Bos

    Victor berdiri di sana sambil memalingkan wajahnya, terlihat sangat sulit menerima apa yang disampaikan Viona kepadanya.Seperti kekhawatiran Viona sebelumnya, jelas perkataannya telah melukai harga diri Victor karena kebaikannya dianggap kenaifan.Victor memang tidak pernah menerima setiap kali ayahnya mengatakan bahwa kebaikannya itu adalah sebuah kesalahan. Dia merasa nyaman dengan dirinya, tapi ayahnya melihatnya sebagai sebuah kelemahan dalam dunia bisnis.Viona tidak mengatakan sepatah kata pun setelah itu dan membiarkannya. Dia duduk di sofa dan menyalakan TV. Tidak ada yang ingin dia tonton, hanya berusaha mengalihkan perhatiannya dari Victor, sambil membiarkan Victor tenggelam dalam pikirannya.Tanpa memberikan jawaban pada Viona, Victor langsung memesan taksi, berniat keluar rumah tersebut dan pulang ke rumahnya sendiri. Tapi tiba-tiba, Viona memanggilnya dari ruang tamu dan bergegas menghampirinya.“Apa lagi?” Victor bertanya.“Aku sudah bertanya sebelumnya. Apakah kamu jad

  • Victor William : Pewaris Tunggal Dari Sebuah Keluarga Mafia   038 - Membuang Kenaifan

    Dia memang tidak tahu apa-apa tentang identitas asli Victor, selain apa yang dia ketahui tentang dirinya sebagai pengantar pizza.Motif awalnya memberi tahu orang-orang ini tentang Victor hanyalah agar mereka merampok Victor, atau mungkin membuatnya ketakutan setengah mati dengan kemunculan mereka. Dia hanya ingin mengerjai Victor untuk membalaskan kekesalannya, tak lebih.“Tolong, kasihani aku! Niatku hanya ingin memberi pelajaran pada bocah itu, dan membiarkan anak buahmu bersenang-senang dengan apa pun yang ingin mereka lakukan padanya,” pinta Benigno sambil menangis lirih.Marco menjadi semakin tidak sabaran, dan kemudian mengokang pistolnya, seolah-olah akan menembak mati pria gendut itu. Namun salah satu temannya segera menghentikannya dengan dingin.“Tunggu sebentar, Marco!” kata pria itu sebelum menepuk bahu Marco dua kali. “Ikutlah denganku sebentar!”Marco mengikuti pria itu ke ruangan lain, masih di dalam toko pizza. Dilihat dari tingkah laku Marco saat ini, sepertinya pria

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status