Share

Bab 3

Author: Khoirul N.
last update Last Updated: 2022-09-19 00:41:55

"Uhuk! Uhuk!" Mawar pelaku pengunggahan video tersedak atas pertanyaan suamiku, membuat mertuaku menoleh padanya dengan tatapan curiga.

Tampaknya, mertuaku tidak tahu jika aksi penggosipan yang dia lakukan di depan keluarga besarnya direkam dan disebarkan Mawar di grup WA keluarga.

"Minum dulu," kataku dengan wajah dan suara dingin saat mengulurkan segelas air putih pada adik iparku.

Mawar tampak terkejut sebelum meraih air dariku, lantas meneguknya TANPA berterima kasih. Bukan hal aneh, orang yang mudah mencela rata-rata diikuti dengan kebiasaan alergi untuk mengucapkan maaf dan terima kasih.

"Kamu sampai tersedak. Apa memang ada sesuatu yang terjadi di rumah Tante Santi? Ada masalah dengan acaranya?"

Buru-buru mertuaku menyahut, "Tidak, tidak, semuanya berjalan lancar. Rasanya Mama sampai iri pada Santi."

"Kenapa, Ma?"

"Kau tahu Aji, si Windi, calon istri Rico itu sangat luar biasa. Dia wanita karier yang sukses, berasal dari keluarga terhormat, sangat cantik, modis, pinter, dan GADIS. Mertuaku tersenyum sesaat sebelum mencebik dan melirik sinis padaku. "Tidak seperti istrimu."

Aku tahu, maksud mertuaku menekankan kata 'gadis' itu. Memang, sejak pertama, Mama tidak setuju Mas Aji memilihku sebagai istrinya. Alasan utamanya ya, karena statusku sebagai seorang janda. Padahal, Mas Aji pun duda. Jadi, mengapa Mama masih saja mempersoalkan hal itu? Lagipula bukan mauku menjadi janda karena suami pertamaku meninggal dalam kecelakaan sebelum genap sebulan kami menikah.

"Mama jangan iri, menantu Mama ini juga nggak kalah hebat." Mas Aji merangkulku dengan senyum bangga.

"Hebat dari mana?! Kerjaannya molor dan males-malesan di kamar. Cantik tidak, pelit iya. Diajak ke acara tunangan Rico saja nggak mau!"

"Ma ... 'kan Mama yang melarangku untuk ikut."

"Nah ini, bantahnya nomor satu. Apa-apa nggak dipikir dulu, langsung ngeyel saja. Lha kamu kira kenapa Mama larang kamu ikut?"

"Ya Mama nggak maulah di-bully semua orang karena bawa menantu seperti Mbak Retno."

"Nah, ini adikmu jauh lebih pinter! Heran Mama, sudah lama jadi menantu di rumah ini nggak pinter-pinter juga. Bikin Mama dongkol saja setiap hari."

Aku hanya mengatakan satu kalimat, mertuaku membalasnya dengan omelan. Ditambah dengan ucapan Mawar yang tidak ada hormat sama sekali pada kakak iparnya.

"Mama, jangan berbicara seperti itu. Tidak perlu membandingkan Retno dengan siapa pun. Aku cinta pada Retno yang seperti ini. Dan kamu Mawar, jaga ucapanmu! Ingat, Retno ini kakak iparmu. Menghinanya sama seperti menghina kakakmu sendiri."

"Aji, kamu tuh kebiasaan belain Retno terus. Jadi ngelunjak dia di rumah ini. Kamu 'kan seharian di kantor. Kamu nggak tahu bagaimana sikap istrimu pada Mama dan Mawar selama kamu nggak ada di rumah. Kadang-kadang Mama tuh berpikir, rasa cintamu pada istrimu itu sudah menghapus rasa sayangmu pada Mama. Sakit rasanya, Aji."

Mulailah mertuaku dengan dramanya, berpura-pura menangis sebagai 'korban' paling menderita. Jelas-jelas ucapannya lebih pantas jika aku yang mengatakannya.

Di depan Mas Aji saja dia memakiku seperti itu, apalagi di belakang suamiku, di belakangku?

Dadaku terasa sesak teringat video itu. Kupejamkan mata sesaat sembari mengatur napas agar lebih tenang.

"Maafkan aku, Ma. Bukan maksudku untuk menyakiti Mama."

Aku menggertakkan gigi mendengar suamiku meminta maaf. Dia tidak bersalah! Memang seorang anak harus hormat dan berbakti kepada orang tuanya, terutama pada ibu, tetapi bukan berarti membenarkan dan memakluminya saat melakukan kesalahan.

Ketika aku membuka mata, terlihat Mas Aji memeluk ibunya dengan wajah penuh penyesalan, sedangkan mertuaku tersenyum miring menatapku.

Hatiku sudah tidak kuat menahan diri untuk menyembunyikan video keji itu. Aku pun berdiri dan meninggalkan meja makan.

"Retno! Retno! Sayang!" Mas Aji memanggilku. Sepertinya dia khawatir aku tersinggung atau sakit hati.

Sementara itu, Mawar memulai peran yang selama ini dilakoni, menjadi KOMPOR. "Lihatlah Mas, nggak sopan banget. Mbak Retno pergi begitu saja tanpa pamit atau minta maaf. Itu dilakukan di depan Mas lho! Padahal Mama 'kan nangis gara-gara dia."

Biarkan saja dia memanas-manasi Mas Aji untuk membenciku. Kita lihat, setelah aku kembali ke ruang makan membawa video itu, apa yang akan dikatakan Mawar? Juga mertuaku tersayang!

Apa mereka masih bisa menjadikanku sebagai 'pendosa' di depan Mas Aji?

Setelah sampai di kamar, aku langsung mengambil ponselku yang ada di atas nakas. Kulihat grup WA keluarga suamiku. Dan persis seperti dugaanku, video itu telah dihapus.

Aku tertawa kecut. Mawar memang telah menghapusnya dari grup, tetapi tidak menghapusnya dari memori ponselku. Dengan video di tanganku didukung komentar-komentar jahat para anggota grup yang tidak dihapus, pembelaan macam apa yang akan dikatakan mertua dan iparku?

Aku bergegas turun ke lantai satu, berjalan cepat menuju ruang makan. Terlihat, suamiku masih berdiri memeluk ibunya selagi Mawar terus mengoceh mengatakan entah.

"Retno ..." panggil Mas Aji tersenyum lega melihatku menuruni tangga.

Aku tersenyum miris menapaki setiap anak tangga. Betapa kasihan suamiku memiliki ibu dan adik yang sangat ....

Sebuah napas kabur dari mulutku. Tampaknya tidak ada lagi kata dalam kamus yang bisa mewakili kelakuan Mama dan Mawar.

"Aku senang kamu kembali, Sayang." Mas Aji memegang tanganku lembut. "Sekarang kamu minta maaf dulu ya pada Mama."

"Padaku juga!" sambar Mawar sambil melipat kedua tangannya di depan dada.

"Tunggu dulu, Mas. Tadi kamu tanya, apa ada sesuatu yang terjadi dalam acara pertunangan Rico dan Windi."

"Ya."

"Sebelum aku meminta maaf pada Mama dan Mawar, sebaiknya kamu lihat dulu video dokumentasi acara itu yang diunggah MAWAR di grup WA keluargamu."

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Video Mertua Menggosipkanku dalam Acara Keluarga Suamiku    Bab 146

    Mengira Retno akan berbuat macam-macam padanya, jelas Mayang merasa terintimidasi. Wajahnya yang pucat semakin pucat karena takut menantu yang tersakiti akan membalaskan dendam. Keringat sampai keluar membasahi keningnya atas bayangan buruk yang terlintas di kepalanya. Menyadari ekspresi ketakutan yang ditunjukkan mertuanya, Retno bertanya untuk memastikan. "Mama kenapa? Mama takut padaku?" Mayang ingin sekali kabur dari kamarnya, tetapi itu mustahil dilakukan. Jangankan berlari atau beranjak dari ranjang, duduk saja dia tak bisa. "Mama, kata dokter, Mama harus makan dan minum obat teratur. Aku sudah membuat sup ayam kesukaan Mama. Aku akan menyuapi Mama." Retno menyendok sup untuk diberikan pada Mayang. Dia benar-benar membuat Mayang ketakutan karena mengira ada racun atau zat berbahaya dalam sup tersebut. Dalam hati Mayang memaki dirinya sendiri karena memiliki tangan yang tidak berguna. Ingin rasanya Mayang menepis mangkuk di tangan Retno hingga terjatuh dan supnya tumpah semu

  • Video Mertua Menggosipkanku dalam Acara Keluarga Suamiku    Bab 145

    "Halo, dengan siapa ini?""Sa-saya, Paijo Mbak. Itu, sopir barunya Nyonya."Retno mengerutkan kening. "Nyonya?""Anu, itu, maksud saya, Bu Mayang.""Ya, Pak, saya menantunya. Ada apa?" ucap Retno setelah terdiam beberapa saat."Oh, menantunya, bukan anaknya ya. Itu Mbak, Nyonya pingsan. Saya sudah telepon dokter, tapi belum datang. Saya telepon Mbak karena semalam Nyonya sempat minta untuk diteleponkan, tapi tidak jadi. Jika Mbak tidak repot, tolong datang ke rumah Nyonya, ya Mbak.""Aku sudah di depan Pak Paijo. Bapak tunggu di kamar Mama saja."Retno menutup telepon masih dengan jantung berdetak cepat. "Ada apa, Sayang?""Mama pingsan, Mas."Retno dan Aji turun dari mobil mereka yang telah terparkir di halaman rumah Mayang. Aji menggandeng istrinya untuk jalan bersama ke dalam rumah.Namun, saat berada di depan pintu utama, Aji sempat berhenti. Hal buruk yang pernah terjadi di rumah itu terlintas di kepalanya. Bayangan itu buyar setelah dia mendengar suara Retno yang mengajaknya se

  • Video Mertua Menggosipkanku dalam Acara Keluarga Suamiku    Bab 144

    Belum sampai Mawar menuntaskan ucapannya, Retno telah memotong dengan berkata, "Jika aku datang sebagai seorang ibu, aku pasti sudah tertawa melihat orang yang pernah memasukkan obat penggugur kandungan di minumanku dipenjara. Jika aku datang sebagai seorang istri yang hendak dipisahkan dari suaminya dengan intrik menjijikkan, aku pasti menambah penderitaanmu dengan memberikan sumpah serapah bahkan tamparan." Mawar terdiam. Dia jelas masih sangat ingat pada apa yang dilakukan ke Retno. "Apa kamu melihatku melakukan itu?" Mawar masih diam meski dalam hati dia menjawab, 'tidak'. Alih-alih menunjukkan rasa senang atau puas melihat dirinya dipenjara, Mawar justru melihat kecemasan dan kesedihan di wajah kakak iparnya itu, sorot mata dan raut muka yang dia harapkan ditunjukkan Aji kemarin. Retno menghela napas panjang. "Aku tidak akan lupa bahwa suamiku adalah kakakmu. Itu artinya, kamu adikku juga. Walau aku berharap memiliki adik yang lebih baik, aku tidak bisa menolak kekurangan dari

  • Video Mertua Menggosipkanku dalam Acara Keluarga Suamiku    Bab 143

    Setelah semalam Retno berhasil meyakinkan Aji, pagi-pagi sekali keduanya tampak telah meninggalkan rumah. Mereka pergi berdua dengan mengendarai sebuah mobil. Aji sendiri yang menyetir mobil tersebut.Tak lama kemudian mereka sampai di tempat yang dituju. Jika Aji terlihat mengembuskan napas panjang, Retno tampak tersenyum."Ayo kita turun, Mas," ajak Retno sambil memegang tangan Aji yang masih berada di kemudi.Dengan wajah cemas Aji menjawab, "Sayang, aku minta maaf. Tapi tampaknya aku akan menunggumu di sini saja.""Kamu tidak ikut masuk saja, Mas?""Aku sudah bertemu dengannya kemarin. Sampai sekarang aku masih belum bisa melupakan wajahnya. Jadi, aku pikir sebaiknya aku menjaga agar tidak bertemu dengannya lagi untuk sementara waktu sampai ya ... aku merasa siap." Aji memaksa untuk tersenyum.Tepat sekali, Retno dan Aji memang pergi ke kantor polisi tempat di mana Mawar di penjara sementara hingga proses persidangannya dilangsungkan.Meski awalnya Aji mencemaskan Retno jika menem

  • Video Mertua Menggosipkanku dalam Acara Keluarga Suamiku    Bab 142

    Sepulangnya Aji dari kantor polisi, tidak dipungkiri ada keresahan di hatinya. Jika ditanya apakah dia marah dan kecewa pada Mawar atau tidak, jelas sudah jawabannya. Sejatinya Aji begitu murka hingga tangannya bergetar sampai sekarang. Dia tidak habis pikir dengan jalan pikiran adik perempuannya itu.Tapi, Aji mencoba untuk tidak terlalu pusing akan hal tersebut. Dia hanya ingin fokus pada keluarga kecilnya. Dan untuk itu, Aji akan merahasiakan kabar buruk tentang Mawar dari istrinya. Dia tidak ingin Retno menjadi khawatir karena ini. Bahkan sebelum masalah besar itu menimpa, Retno sudah mencemaskan ibu dan adiknya. Tidak tahu bagaimana perasaan Retno jika Mawar dipenjara karena menjadi pengguna dan pengedar narkoba.‘Aku harus bersikap seolah semua baik-baik saja. Dan keluarga kecilku memang baik-baik saja. Jadi Aji, kamu harus tenang.’ Aji berbicara pada dirinya sendiri tanpa suara. Aji sudah berdiri di depan pintu beberapa menit lalu sekadar untuk menyiapkan diri, supaya Retno ti

  • Video Mertua Menggosipkanku dalam Acara Keluarga Suamiku    Bab 141

    “Tolong Pak, Bu, lepaskan aku. Aku tidak salah. Semua barang haram itu punya pacarku.” Mawar merengek sambil memegangi jeruji besi. Tidak ada respons dari polisi yang berjaga hingga membuat Mawar frustrasi.“Pak, Bu, aku hanya korban. Aku tidak tahu apa-apa. Tolong lepaskan aku.” Dia memohon lagi.“Jangan berisik! Semua bukti sudah jelas. Kamu tidak bisa mengelak lagi. Kamu pasti akan dipenjara. Dan jika kamu tidak kooperatif dengan kami, saya pastikan kamu akan mendapat hukuman lebih lama. Orang-orang sepertimu adalah sampah yang merusak saja!” Polisi wanita yang sejak tadi mencoba tuli, pada akhirnya kehilangan kesabaran juga.“Bagaimana reaksi keluarganya?” tanya polisi lainnya pada polwan itu.“Ibunya tidak bisa datang karena terkena stroke. Menurut penuturan sopirnya, tubuhnya tidak bisa digerakkan, hanya bisa berbicara, itupun tidak jelas.”“Apa?” lirih Mawar mendengar kabar buruk tentang sang mama. Seketika kakinya terasa lemas hingga dia terduduk bersandar di jeruji besi. Bu

  • Video Mertua Menggosipkanku dalam Acara Keluarga Suamiku    Bab 140

    Jika di rumah sakit Retno menjalani pemeriksaan kandungan dengan perasaan yang buruk, karena tidak bisa mengabaikan apa yang dia lihat di jalan, di rumahnya hal yang benar-benar buruk tengah menimpa Mayang. Wanita malang itu ditemukan pingsan di kamar mandi oleh sopirnya.Si sopir yang panik langsung menelepon dokter pribadi sang majikan setelah membopongnya ke kamar tidur. Naasnya, walau kini Mayang telah siuman, dia merasa seluruh tubuhnya kaku. Sekuat tenaga dia berusaha untuk menggerakkan kakinya, tapi tidak bisa. Mayang juga mengerahkan seluruh kekuatannya hanya demi mengangkat tangannya. Namun, jangankan untuk itu, sekadar menggerakkan jari-jemarinya saja dia tidak mampu.“Kenapa kamu diam saja? Cepat telepon dokter! Apa kamu menunggu aku mati dulu baru meminta bantuan?” Mayang yang panik meluapkan emosinya pada si sopir. Tetapi, bicaranya tidak begitu jelas karena mulutnya pun tidak bisa digerakkan dengan leluasa sebagaimana sebelum dia terjatuh di kamar mandi.“Bagaimana Nyony

  • Video Mertua Menggosipkanku dalam Acara Keluarga Suamiku    Bab 139

    Setelah sarapan bersama, Retno berpisah dari Aji karena perbedaan agenda. Retno ada jadwal untuk memeriksakan kandungannya di rumah sakit, sedangkan Aji tidak bisa menemani sang istri karena ada pertemuan penting dengan calon klien yang hendak menyewa restoran untuk rapat bulanan asosiasi para pengusaha setempat.Kini, dengan diantar seorang sopir dan ditemani asisten rumah tangga, Retno dalam perjalanan ke rumah sakit. Dia masih belum bisa melepaskan bayang-bayang mertua dalam pikirannya. Entahlah, tapi dia merasa mertuanya sedang tidak baik-baik saja.‘Apa aku telepon Mama saja?’ Retno bertanya pada dirinya sendiri. Dia memandangi layar ponselnya yang menampilkan nomor telepon Mayang lengkap dengan potretnya bersama Mawar dan Aji.Menyaksikan senyum sang mertua, hati Retno menjadi gusar. Pasalnya, ketika masih tinggal di rumah Mayang, dialah orang yang merawat wanita paruh baya itu. Retno tahu pasti bagaimana kondisi kesehatan sang mertua. Dia khawatir, keributan yang terjadi akan b

  • Video Mertua Menggosipkanku dalam Acara Keluarga Suamiku    Bab 138

    Mayang menarik napas panjang sebelum menjawab, “Santi, maaf ya, sepertinya aku belum bisa bantu kamu.”“Lho, memangnya kenapa kamu tidak mau bantu aku, Mbak?”“Bukannya aku tidak mau membantu, tapi aku tidak bisa, San. Kamu tahu sendiri hubunganku dengan Aji dan Retno tidak baik. Tapi Santi, aku akan usaha bantu kamu. Kamu bisa memakai tabunganku dulu.”Santi tertawa. “Mbak, memangnya berapa tabunganmu? Biarpun kamu memberikan semua tabunganku, itu tidak akan cukup meski hanya untuk bayar catering. Aku nggak nyangka kamu egois banget, Mbak. Ketika kamu memerlukan bantuan, aku selalu menyanggupi bahkan melakukan lebih dari yang kamu minta. Aku tidak pernah punya masalah dengan Retno, tapi aku membencinya setengah mati dan bersikap buruk padanya setiap saat hanya karena kamu benci pada menantumu. Jika bukan karena kamu, tentu sekarang hubunganku dengan Retno dan Aji baik-baik saja. Semua rusak karena kamu, Mbak!”“Aku minta maaf, San. Aku benar-benar tidak bermaksud begitu. Aku juga san

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status