Share

Bab 4

Penulis: Khoirul N.
last update Terakhir Diperbarui: 2022-09-19 00:42:44

"Jangan!" Wajah Mawar pucat ketika Mas Aji meraih ponselku. "Ma-maksudku, Mas Aji nggak usah lihat video itu. Nggak penting juga, itu hanya ...."

"Nggak papa, Mawar. Aku juga ingin lihat kehebohan yang terjadi di rumah Tante Santi. Sayang sekali aku tidak bisa hadir di acara itu tadi. Terima kasih ya kamu sudah merekam dan membagikannya di grup."

Rasakan! Petiklah buah dari apa yang kau tanam.

Kugeser pandanganku ke Mama. Wajahnya tidak kalah pucat dari Mawar. Meski mungkin dia tidak tahu video apa yang hendak disaksikan putranya, kecemasan di wajah Mawar sudah cukup membuatnya turut was-was juga.

"Lihat baik-baik Mas. Jangan lewatkan satu detik pun." Aku tersenyum sebelum duduk dan menyesap air putih. Entah sejak kapan air jernih menjadi semanis ini.

Mas Aji menekan layar ponselku. Seketika itu pula kedua alisnya bertaut hingga hampir menyatu melihat dan mendengar sang ibu mengolok-olok istrinya seperti ... sampah di hadapan banyak orang, di depan keluarga besarnya.

Sementara itu, Mama dan Mawar menjadi semakin panik mendengar suara perempuan yang seperti sedang berteriak-teriak dari ponselku yang sebelumnya sengaja kusetel maksimal volumenya. Mereka jelas mengenal suara yang sangat familier itu.

"Ma-mas Aji, i-ini tidak seperti yang Mas lihat." Mawar mendadak gagap karena takut.

Meski kau sudah menghapus video itu dari grup, rasa sakitnya telah membekas di hatiku. Tidak akan kubiarkan kau dan Mama lepas kali ini! Aku telah memberikan terlalu banyak kesabaran pada kalian. Batinku.

Rahang suamiku mengeras. Dia meletakkan ponselku di meja sebelum memberikan tatapan mengintimidasi pada adiknya. "Apa ini Mawar?"

Sementara pada ibunya, Mas Aji tidak menoleh sama sekali. Aku mengenal Mas Aji dengan sangat baik. Jika dia sampai tidak menatap seseorang yang membuatnya kesal, artinya itu bukan kesal biasa. Bisa dikatakan, saat ini Mas Aji menyimpan murka pada ibunya.

"Mas, aku bisa menjelaskan semuanya."

"Kenapa kamu membiarkan Mama menggosipkan kakak iparmu di depan keluarga besar?" desis Mas Aji sebelum ...

Brak!

Suamiku memukul meja untuk pertama kalinya. Dua tahun bersama lelaki itu, belum pernah aku melihatnya semurka ini.

"Bukannya mengingatkan, kamu justru merekam dan membagikannya di grup keluarga?! Keterlaluan!" Mas Aji membentak hingga urat-urat lehernya mencuat.

"Tidak Mas. Itu tidak benar."

"Apa?! Kamu mau bilang Mbak Retno sengaja melakukan ini untuk memfitnah kalian?"

"Ya! Kalau Mas tidak percaya, coba Mas buka grup WA sekarang. Aku tidak membagikan video apa pun. I-itu artinya, video yang Mas lihat itu hanya rekayasa. Pasti Mbak Retno sengaja mengeditnya dengan wajah Mama."

"Untuk?!"

"Ya untuk membuatmu memarahi Mama dan adikmu sendiri! Kamu tidak tahu Aji, betapa istrimu itu sangat membenci kami." Mama mulai membela diri dengan memfitnahku lagi.

"Cukup Ma!"

"Bahkan sekarang kamu sudah berani membentak Mama." Mama mengeluarkan air mata buaya. Lantas mengalihkan pandangannya padaku. "Puas kamu membuat putraku satu-satunya menjadi durhaka padaku?!"

"Cukup. Aku tidak mau membahas hal yang lain. Masalah ini harus diselesaikan sekarang. Mawar, katakan mengapa kamu melakukan hal hina seperti itu?"

Mawar bergeming atas tatapan tajam Mas Aji. Dia bahkan tidak berani mengangkat kepalanya. Pandangannya tertunduk melihat lantai seolah ada sekoper uang di sana.

Lima detik.

Enam detik.

Tujuh detik.

Brak!

Mas Aji kembali menggebrak meja, tetapi kali ini sambil berdiri dengan kedua mata memelotot nyaris keluar dari soketnya.

"MAWAR! Jawab!"

"Aji, sudah. Kamu menakuti adikmu." Mertuaku memeluk putrinya yang sudah berlinang air mata.

"Tidak Ma! Aku tidak akan berhenti sebelum masalah ini selesai. Apa yang dilakukan Mawar sudah melampaui batas. Sekarang katakan padaku, apa maksudmu mengunggah video itu ke grup keluarga? Kamu sengaja ingin mempermalukanku, mempermalukan Mbak Retno, Mama, juga dirimu sendiri?!"

"Ti-tidak Mas. A-aku tidak bermaksud seperti itu. Aku hanya-"

"Apa?! Ingin memojokkan Mbak Retno? Ingin membuat keluarga kita menilai buruk istriku? Keterlaluan!"

Mas Aji menyisir rambutnya dengan frustrasi sebelum memegang meja dengan kedua tangan.

"Sekarang, minta maaf pada Mbak Retno," desis Mas Aji dengan napas memburu.

"Tidak!" Mawar mengusap kasar air matanya, lalu berjalan mendekati suamiku. "Mas Aji, setidaknya Mas periksa dulu grup keluarga kita. Apakah aku membagikan video seperti tuduhan Mbak Retno? Nggak sama sekali!"

"Tidak!" Mas Aji menepis tangan Mawar dari pundaknya. Dia mengacungkan telunjuk di depan wajah adiknya. Jelas sekali suamiku tengah menahan amarahnya terlihat dari tangannya yang sampai bergetar. "Aku percaya pada istriku. Dia tidak akan melakukan hal pic*k seperti yang kamu tuduhkan. Sekarang juga aku minta kamu minta maaf pada istriku."

"Tapi Mas-"

"MINTA MAAF cepat!"

Mawar mendengkus kesal saat melirik ke arahku. Aku tahu, dia pasti tidak sudi meminta maaf padaku. Namun, siapa yang akan berani membantah Mas Aji sekarang?

Sesungguhnya, seseorang yang biasanya tampak ramah, lembut, dan sabar, akan menjadi sosok yang sangat menakutkan jika sudah marah.

Dan benar.

Mawar berjalan mendekat. Masih dengan wajah dongkol dia berkata, "Aku minta maaf."

"Apa Mawar?" Sengaja aku pura-pura tidak mendengar supaya gadis kurang ajar itu mengatakan maaf lagi dengan suara lebih lantang.

"Aku minta maaf!"

Orang bod*h pun tahu jika ucapan Mawar lebih pantas disebut membentak daripada memohon ampun.

"Mawar! Lakukan dengan benar. Ulurkan tanganmu dan cium tangan istriku!"

"Apa?! Aji, jangan keterlaluan." Mertuaku protes tak terima dengan perintah putranya.

"Mama jangan ikut campur. Selama ini aku terlalu memanjakannya hingga tumbuh menjadi gadis tidak tahu sopan santun."

Terlihat Mawar mengepalkan kedua tangannya. Jika tidak ada Mas Aji, tangan itu mungkin akan lancang diayunkan ke wajahku.

"Mawar, apa kamu mau aku berhenti memberikan uang jajan padamu?"

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Video Mertua Menggosipkanku dalam Acara Keluarga Suamiku    Bab 146

    Mengira Retno akan berbuat macam-macam padanya, jelas Mayang merasa terintimidasi. Wajahnya yang pucat semakin pucat karena takut menantu yang tersakiti akan membalaskan dendam. Keringat sampai keluar membasahi keningnya atas bayangan buruk yang terlintas di kepalanya. Menyadari ekspresi ketakutan yang ditunjukkan mertuanya, Retno bertanya untuk memastikan. "Mama kenapa? Mama takut padaku?" Mayang ingin sekali kabur dari kamarnya, tetapi itu mustahil dilakukan. Jangankan berlari atau beranjak dari ranjang, duduk saja dia tak bisa. "Mama, kata dokter, Mama harus makan dan minum obat teratur. Aku sudah membuat sup ayam kesukaan Mama. Aku akan menyuapi Mama." Retno menyendok sup untuk diberikan pada Mayang. Dia benar-benar membuat Mayang ketakutan karena mengira ada racun atau zat berbahaya dalam sup tersebut. Dalam hati Mayang memaki dirinya sendiri karena memiliki tangan yang tidak berguna. Ingin rasanya Mayang menepis mangkuk di tangan Retno hingga terjatuh dan supnya tumpah semu

  • Video Mertua Menggosipkanku dalam Acara Keluarga Suamiku    Bab 145

    "Halo, dengan siapa ini?""Sa-saya, Paijo Mbak. Itu, sopir barunya Nyonya."Retno mengerutkan kening. "Nyonya?""Anu, itu, maksud saya, Bu Mayang.""Ya, Pak, saya menantunya. Ada apa?" ucap Retno setelah terdiam beberapa saat."Oh, menantunya, bukan anaknya ya. Itu Mbak, Nyonya pingsan. Saya sudah telepon dokter, tapi belum datang. Saya telepon Mbak karena semalam Nyonya sempat minta untuk diteleponkan, tapi tidak jadi. Jika Mbak tidak repot, tolong datang ke rumah Nyonya, ya Mbak.""Aku sudah di depan Pak Paijo. Bapak tunggu di kamar Mama saja."Retno menutup telepon masih dengan jantung berdetak cepat. "Ada apa, Sayang?""Mama pingsan, Mas."Retno dan Aji turun dari mobil mereka yang telah terparkir di halaman rumah Mayang. Aji menggandeng istrinya untuk jalan bersama ke dalam rumah.Namun, saat berada di depan pintu utama, Aji sempat berhenti. Hal buruk yang pernah terjadi di rumah itu terlintas di kepalanya. Bayangan itu buyar setelah dia mendengar suara Retno yang mengajaknya se

  • Video Mertua Menggosipkanku dalam Acara Keluarga Suamiku    Bab 144

    Belum sampai Mawar menuntaskan ucapannya, Retno telah memotong dengan berkata, "Jika aku datang sebagai seorang ibu, aku pasti sudah tertawa melihat orang yang pernah memasukkan obat penggugur kandungan di minumanku dipenjara. Jika aku datang sebagai seorang istri yang hendak dipisahkan dari suaminya dengan intrik menjijikkan, aku pasti menambah penderitaanmu dengan memberikan sumpah serapah bahkan tamparan." Mawar terdiam. Dia jelas masih sangat ingat pada apa yang dilakukan ke Retno. "Apa kamu melihatku melakukan itu?" Mawar masih diam meski dalam hati dia menjawab, 'tidak'. Alih-alih menunjukkan rasa senang atau puas melihat dirinya dipenjara, Mawar justru melihat kecemasan dan kesedihan di wajah kakak iparnya itu, sorot mata dan raut muka yang dia harapkan ditunjukkan Aji kemarin. Retno menghela napas panjang. "Aku tidak akan lupa bahwa suamiku adalah kakakmu. Itu artinya, kamu adikku juga. Walau aku berharap memiliki adik yang lebih baik, aku tidak bisa menolak kekurangan dari

  • Video Mertua Menggosipkanku dalam Acara Keluarga Suamiku    Bab 143

    Setelah semalam Retno berhasil meyakinkan Aji, pagi-pagi sekali keduanya tampak telah meninggalkan rumah. Mereka pergi berdua dengan mengendarai sebuah mobil. Aji sendiri yang menyetir mobil tersebut.Tak lama kemudian mereka sampai di tempat yang dituju. Jika Aji terlihat mengembuskan napas panjang, Retno tampak tersenyum."Ayo kita turun, Mas," ajak Retno sambil memegang tangan Aji yang masih berada di kemudi.Dengan wajah cemas Aji menjawab, "Sayang, aku minta maaf. Tapi tampaknya aku akan menunggumu di sini saja.""Kamu tidak ikut masuk saja, Mas?""Aku sudah bertemu dengannya kemarin. Sampai sekarang aku masih belum bisa melupakan wajahnya. Jadi, aku pikir sebaiknya aku menjaga agar tidak bertemu dengannya lagi untuk sementara waktu sampai ya ... aku merasa siap." Aji memaksa untuk tersenyum.Tepat sekali, Retno dan Aji memang pergi ke kantor polisi tempat di mana Mawar di penjara sementara hingga proses persidangannya dilangsungkan.Meski awalnya Aji mencemaskan Retno jika menem

  • Video Mertua Menggosipkanku dalam Acara Keluarga Suamiku    Bab 142

    Sepulangnya Aji dari kantor polisi, tidak dipungkiri ada keresahan di hatinya. Jika ditanya apakah dia marah dan kecewa pada Mawar atau tidak, jelas sudah jawabannya. Sejatinya Aji begitu murka hingga tangannya bergetar sampai sekarang. Dia tidak habis pikir dengan jalan pikiran adik perempuannya itu.Tapi, Aji mencoba untuk tidak terlalu pusing akan hal tersebut. Dia hanya ingin fokus pada keluarga kecilnya. Dan untuk itu, Aji akan merahasiakan kabar buruk tentang Mawar dari istrinya. Dia tidak ingin Retno menjadi khawatir karena ini. Bahkan sebelum masalah besar itu menimpa, Retno sudah mencemaskan ibu dan adiknya. Tidak tahu bagaimana perasaan Retno jika Mawar dipenjara karena menjadi pengguna dan pengedar narkoba.‘Aku harus bersikap seolah semua baik-baik saja. Dan keluarga kecilku memang baik-baik saja. Jadi Aji, kamu harus tenang.’ Aji berbicara pada dirinya sendiri tanpa suara. Aji sudah berdiri di depan pintu beberapa menit lalu sekadar untuk menyiapkan diri, supaya Retno ti

  • Video Mertua Menggosipkanku dalam Acara Keluarga Suamiku    Bab 141

    “Tolong Pak, Bu, lepaskan aku. Aku tidak salah. Semua barang haram itu punya pacarku.” Mawar merengek sambil memegangi jeruji besi. Tidak ada respons dari polisi yang berjaga hingga membuat Mawar frustrasi.“Pak, Bu, aku hanya korban. Aku tidak tahu apa-apa. Tolong lepaskan aku.” Dia memohon lagi.“Jangan berisik! Semua bukti sudah jelas. Kamu tidak bisa mengelak lagi. Kamu pasti akan dipenjara. Dan jika kamu tidak kooperatif dengan kami, saya pastikan kamu akan mendapat hukuman lebih lama. Orang-orang sepertimu adalah sampah yang merusak saja!” Polisi wanita yang sejak tadi mencoba tuli, pada akhirnya kehilangan kesabaran juga.“Bagaimana reaksi keluarganya?” tanya polisi lainnya pada polwan itu.“Ibunya tidak bisa datang karena terkena stroke. Menurut penuturan sopirnya, tubuhnya tidak bisa digerakkan, hanya bisa berbicara, itupun tidak jelas.”“Apa?” lirih Mawar mendengar kabar buruk tentang sang mama. Seketika kakinya terasa lemas hingga dia terduduk bersandar di jeruji besi. Bu

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status