Home / Horor / Vila Melati / Ndoro Putri

Share

Ndoro Putri

Author: Uwa Mia
last update Last Updated: 2023-05-24 04:38:08

2

Lima belas menit perjalanan motor, membuatku gemetar karena cuaca Pasuruan yang terbilang dingin. Sialnya lagi aku lupa membawa jaket. Cuma bawa tiga pasang pakaian sebagai jaga-jaga sekiranya aku diterima dan langsung bekerja.

Ojek memasuki area perkebunan teh yang subur. Makin ke puncak makin terlihat vila yang dicari. 

Vila Melati adalah bangunan bergaya keraton dengan atap menggunakan tumpukan ilalang kering dan lantai berupa vernisan kayu jati. Sepintas terlihat seram, tapi pemandangan asrinya memang cocok sebagai tempat menenangkan diri dari kepenatan kota. Bahkan bagus untuk bermeditasi alam.

Memasuki gerbang vila, kulihat seorang wanita berpakaian ala penari tengah meliuk-liukan badannya di pinggir kolam pancuran. Ia seorang diri dengan wajah pucat pasi. Begitu serius menikmati lenggokan badannya, hingga tak menoleh saat motor kami lewat di sampingnya.

"Siapa nama penari tadi?" tanyaku pada Abang ojek saat berhenti tepat di halaman depan vila.

"Penari? Di mana, kok aku gak liat?!" Si Abang ojek tertawa bingung.

"Yang itu!" ucapku sembari menunjuk ke arah si penari.

Deg!

Ya, ampun ....

Aku terhenyak. Hampir tak percaya menyaksikan bagaimana si Penari berubah menjadi seekor ular besar, berwarna hijau mirip piton raksasa. 

Ular itu merayap cepat lalu berbelok masuk ke dalam kolam pancuran. Beberapa saat kemudian, ia tak terlihat lagi. Mungkin bersemayam di dasar kolam atau bisa jadi merupakan makhluk penunggu di vila ini.

"Kamu lihat ular barusan, 'kan?" tanyaku pada si Abang ojek yang kini nampak ketakutan.

"Iya, Neng," ucapnya gugup. "Eneng yakin mau ngelamar kerja di sini?" 

Aku terdiam sesaat. Pertanyaan si Abang ojek semacam cambuk bagiku. Vila ini pasti menyimpan hal gaib. Apa ini keputusan yang tepat? Akankah aku nyaman nantinya atau malah sebaliknya?

"Ah, aku yakin kok ngelamar di sini," jawabku datar. "Makasih uda mengantar, kembaliannya diambil aja." Kusodorkan selembar uang lima puluh ribu.

"Ya sudah, hati-hati ya, Neng. Jangan lupa banyak sembahyang." Si ojek memasukkan uang ke saku jaket. Memutar motornya,  ia lalu menarik full gass saat melewati kolam pancuran tadi. 

Astafirullah, sekarang aku sendirian di depan vila. Perasaanku sungguh tak nyaman. Bantulah aku ya, Allah. Aku cuma ingin bisa bekerja. Setidaknya cukup 'tuk membiayai diri sendiri, tapi melihat beranda vila ini, mengapa detak jantungku berpacu tak karuan?

Setelah menarik napas dalam-dalam, aku melangkah naik ke lobi vila. Di sana tampak sepi. Tak ada tamu yang duduk bersantai seperti vila lain pada umumnya.

Kumelangkah lebih jauh, mencari bagian resepsionis agar menyerahkan surat lamaranku. Biasanya akan ada meja khusus petugas yang menangani itu. Namun di sini berbeda, yang nampak di lobi hanyalah pot-pot berisikan tanaman melati, dipajang di setiap sudut. 

Aku akan berbelok ke sisi lain saat sebuah suara menyapa parau, "Kamu siapa?"

Glek!

Aku berbalik ke arah asal suara. Seorang wanita berseragam batik tersenyum ramah, menangkupkan kedua tangannya di depan dada. Khas menyambut tamu.

"Aku, Arini," jawabku sopan.

"Ada yang bisa saya bantu?" Dia menatapku intens.

"Ah, kemarin aku menemukan selembar brosur. Apa benar di sini masih membutuhkan karyawan?"

Wanita di hadapanku sesaat bergeming. Tatapannya terkunci pada ujung sepatuku yang berwarna hijau dongker. Entah apa yang ada di pikirannya.

"Selamat, kamu beruntung!" sahutnya kemudian. "Kamu memang diundang untuk bekerja di sini."

"Benarkah? Tapi aku membawakan berkas lamaran." 

"Tidak perlu," ucapnya sembari menebar pandangan ke sekeliling vila. "Mari ikut aku," ajaknya kemudian.

Aku mengikuti langkah-langkah gemulainya. Tidak sulit sebab aku pun seorang yang gemulai. Sejak di sekolah dasar, aku aktif dalam sanggar menari. Bahkan saat SMA sering memenangkan festival tarian tunggal.

Dia berhenti tepat di sebuah ruangan lalu menungguku beberapa detik di situ.

"Ayo," ujarnya diikuti menarik lembut tanganku. "Ini ruangan Ndoro Putri, pemilik Vila Melati. Bicaralah yang sopan dengannya. Aku akan kembali bekerja."

Aku mengangguk, lantas melangkah masuk seorang diri. Aroma bunga melati bercampur asap dupa, menebar di seantero ruangan. Seharusnya napas jadi sesak, tapi aku malah menyukainya. Kuhirup dalam-dalam dan badanku terasa lebih segar.

Terdapat lukisan kejawen kuno yang tergantung di beberapa bagian dinding. Aku terkagum. Sebab bagiku, seni kontemporer selalu mengandung estetika mistis yang mampu menembusi batin penikmatnya.

"Selamat siang, Ndoro Putri ...." Kucoba menyapa setelah tak menemukan siapa-siapa dalam ruangan ini.

"Kamukah itu, Arini?" Seorang wanita menyahut dari sudut yang remang. Kupicingkan mata agar dapat melihatnya. Ia nampak bangun dari duduk bersila di lantai, meraba-raba dinding lalu ruangan menjadi terang usai saklar ditekannya.

"Ya, aku Arini. Tapi aku belum memperkenalkan diri, bagaimana Ndoro bisa tahu namaku?" Kutatap wanita di hadapanku. Usianya mungkin sekitar 55 tahun. Memakai busana ala keraton dengan rambut disanggul membundar besar dan perhiasan emas memenuhi tubuhnya.

Di belakang meja kerjanya, terdapat sebuah lukisan berukuran 2×2 meter. Lukisan seorang wanita berkebaya hijau dengan badan setengah ular yang bertahta di atas gelombang lautan. Konon dialah penguasa laut selatan, tapi aku lupa namanya. Bisa jadi Nyi Roro Kidul atau Nyi Blorong?

"Arini, gak usah dipikir gimana aku tahu namamu. Kamu sudah memperoleh pekerjaan sekarang. Bekerjalah dengan baik." Suaranya begitu lembut tapi juga berkharisma.

"Kapan aku mulai bekerja, Ndoro?" tanyaku gembira tanpa merasa sungkan. 

"Sore ini sudah bisa.  Kamu akan tinggal di mess bersama semua karyawan karena vila ini jauh dari pemukiman. Sistem kerja di sini berupa pembagian shift."

"Baik, Ndoro. Tapi hanya tiga pasang pakaian yang kubawa. Bolehkah aku pulang sebentar untuk mengambil perlengkapan pribadi lainnya?"

"Pulang sebentar?" tanyanya dengan mata berubah aneh. Sepintas berkilat kekuningan mirip lensa reptil. Aku melangkah mundur lalu menundukkan wajah.

"Jangan sekarang, Arini. Lusa saja pas hari Minggu. Sekarang lagi banyak tamu sementara kami masih kekurangan tenaga," bujuknya pelan.

"Baik, Ndoro." Kuangkat wajah dan memberanikan diri menatap matanya. 

Matanya normal. Apakah yang kulihat sebelumnya hanyalah ilusi? Ah, hidupku memang penuh ilusi. Sedari kecil, banyak hal di luar nalar kerap menghantuiku. 

Jika ada tetangga meninggal, kulihat arwah mereka berkeliaran selama empat puluh hari. Mereka menyambangiku setelah menyadari bahwa hanya akulah yang peka akan keberadaan mereka. Arwah mereka tidaklah tenang, karena semasa hidup ada kepahitan yang belum terselesaikan. Semuanya tentang amarah, sakit hati, kekecewaan dan kebencian.

Hal yang paling sering kualami ialah memergoki jin tengah berganti wujud. Makhluk jelek bermata merah serta berekor panjang itu kerap menyerupai pria tampan yang ada dalam pikiran wanita. Jadi, jika kalian mengagumi aktor Korea dan bermimpi dicumbui oleh sang idola, maka waspadalah! Kalian ditipu oleh bangsa jin.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Vila Melati   POV Ndoro Putri

    Bab 32Berdasarkan struktur sosial masyarakat Jawa, keluargaku tergolong ningrat. Sudah menjadi tradisi turun temurun bagi kami untuk menyembah Nyi Roro Kidul. Kami memanggilnya dengan sebutan 'Ibu Ratu'.Beberapa ritual sering dilakukan seperti upacara sedekah laut, tarian Bedaya ketawang, ritual Satu Suro dan penyembahan Jumat Kliwon.Tari Bedaya Ketawang adalah favoritku. Di situ aku menjadi penari yang diberkahi. Saat tarian berlangsung, aku dirasuki ruh Nyi Roro Kidul. Lewat ragaku ia menyampaikan berbagai pesan pada masyarakat.Terobsesi pada sosok Nyi Roro Kidul, kuputuskan melakukan ritual khusus yaitu berpuasa dan bersemedi agar bisa berjumpa langsung dengannya. Senang sekali, dia akhirnya berkenan muncul. Orang lain tentu akan meminta keberhasilan karir, tapi aku beda. Aku bertanya, dengan cara apa aku bisa mengabdi padanya. Ia lalu menyuruhku membangun sebuah vila dengan ketentuan yang ditetapkannya. Bahwa vila itu haruslah berada di puncak, bergaya keraton dan menjadi te

  • Vila Melati   Menghubungi Penulis

    Bab 31Nyi Roro Kidul duduk santai di kursi kebesaran. Aku dan seorang dayang mengipasi tubuhnya menggunakan kipas berukuran besar. Dua dayang lainnya sibuk memijat kaki si wanita iblis. Walau telah menjadi dayang dalam istana gaib ini, hati mengkhawatirkan tubuhku yang tergeletak di loteng rumah. Bagaimana jika Hektor tidak menemukanku? Terbengkalai sudah jasadku itu.Nyi Roro Kidul menyuruh kami berganti tugas. Dari mengipasi beralih memijati, begitu sebaliknya. Aku bersujud lalu memijati betis Nyi Roro Kidul, tapi jiwaku sungguh tak tenang. Dalam dilema jiwa ini, kumendengar suatu lantunan lagu rohani. Semacam puji-pujian kepada Tuhan. Kemudian terdengar suara laki-laki memanjatkan doa.Aku seperti terhisap, lalu hilang dari hadapan Nyi Roro Kidul. Sempat kudengar bagaimana Nyi Roro Kidul memekik keras. Memintaku agar kembali, sayangnya kekuatan yang menarikku jauh lebih kuat.Aku muncul di halaman rumahku. Banyak orang sedang berkumpul termasuk tetangga dan keluarga besarku. Apa

  • Vila Melati   POV Hektor (2)

    Bab 30Dua jam kemudian, aku kembali ke rumah Arini bersama Pastor pembimbing rohaniku. Dibantu oleh para tetangga, Ayah telah menurunkan Arini dari loteng. Ia dipindahkan ke sofa ruang tamu. Lukisan, peti perhiasan dan keris perjanjian juga diturunkan. Bahkan semua benda yang berkaitan dengan penyembahan, telah dikumpulkan. Pastor mendoakan Arini untuk membersihkan kutuk iblis yang mengikatnya. Setelah itu menumpangkan tangan ke seluruh benda yang sebentar akan dikembalikan ke laut selatan. Bertujuan mematahkan kuasa kegelapan yang bersemayam di dalam benda itu."Pastor, sebenarnya apa yang terjadi?" tanya salah satu tetangga usai berdoa. "Kami sudah curiga kalau Pak Karman dulunya menyembah Nyi Roro Kidul," terangnya sembari bergidik menatap lukisan-lukisan Nyi Roro Kidul yang nampak seram. "Arini ini melanjutkan penyembahan yang dulu dilakukan Bapaknya. Namun bukan atas kemauannya. Dia bertindak dibawah kendali perempuan iblis Nyi Roro Kidul. Tuhan mengasihi Arini dan ingin meny

  • Vila Melati   POV Hektor (1)

    Bab 29Pernah dengar istilah 'dosa keturunan'? Terkadang kesalahan yang kita lakukan, bukan sepenuhnya milik kita tapi melanjutkan apa yang sudah ada.Aku, Hektor Aleksander. Dengan terpaksa, pernah melanjutkan asmara gaib yang sebelumnya terjalin antara Ayahku dan Nyi Roro Kidul. Tumbuh menjadi pemuda tampan tidak selalu menyenangkan. Ketampananku membuat Nyi Roro Kidul dimabuk kepayang. Ia melepaskan Ayahku, lalu berganti menginginkan diriku. Menentang pun sama saja! Toh aku seperti terhipnotis dan berada di bawah kendali wanita iblis itu. Dia kerap muncul di saat tak terduga. Mengintipku layaknya wanita sedang jatuh cinta. Aktivitas mandi, mengenakan pakaian dan tidur merupakan hal yang disukai Nyi Roro Kidul dari diriku. Menurutku dia tak bisa memilah, yang mana cinta dan yang mana nafsu. Hari paling nahas sekaligus titik balik, terjadi di suatu malam keramat yang sering disebut Malam Satu Suro. Di bawah kendali mistisnya, aku dituntun menuju sebuah vila di daerah Pasuruan. A

  • Vila Melati   Kembali ke Rumah

    Bab 28Aku melangkah menyusuri lorong kecil yang diapit tembok tinggi pertokoan. Lumut hijau tumbuh subur di beberapa bagian dinding. Lorong ini cukup panjang hingga tersambung ke sebuah area sempit di mana terdapat tiga buah rumah. Termasuk rumahku. Rumahku terbilang sederhana, padahal Ayah menyembah Nyi Roro Kidul semasa hidup. Seharusnya kami sukses dan kaya raya seperti para pengikut lain. Mungkin Ayah kurang bijak atau aku salah menilai.Dengan rasa yang sulit dijelaskan, aku memutar gagang pintu. Mendorongnya pelan, hingga nampak jelas isi dalam rumah. Tak ada yang berubah, tetap rapi kecuali debu menempel di sana sini. Melangkah masuk, pertama kuletakkan tas di atas meja kemudian mencolek debuh oleh telunjuk. Sangat tebal, jadi kuputuskan untuk langsung mengepel tanpa menyapu agar debu tak beterbangan. ***Asyik mengepel, hal yang kutakutkan muncul. Terdengar suara tangis yang menyayat hati. Amat pilu bahkan cenderung seram. Aku berusaha bangkit, lalu bersandar pada dinding

  • Vila Melati   Tangisan NYI Roro Kidul

    Bab 27Sabtu.Matahari belum terbit saat Ndoro Putri mendatangi mess karyawan. Kicauan burung-burung di ranting pepohonan menyamarkan bunyi langkahnya.Wajah muram. Bola matanya berkeliaran tak tentu arah. Seperti ada yang tak beres. Kututup kembali gorden jendela yang kusibak saat mengamati kedatangannya. "Sugeng enjing, tulung kumpul. Ono sing pengin tak omongno." Suaranya menggema sempurna di beranda mess.Terdengar pintu-pintu kamar berdecit dibuka. Kami keluar dengan ekspresi entah. Antara masih mengantuk dan rasa takut menghantui. Dalam hati bertanya, apa perhiasannya dicuri lagi atau bagaimana? Seharusnya Ndoro tak boleh mengganggu kami hingga besok. Ia sendiri yang mengatakan bahwa tubuh kami perlu dipulihkan selama beberapa hari, usai ritual meraga sukma kemarin."Maaf, mengganggu istirahat kalian. Apa kalian mendengar tangisan Nyi Roro Kidul?" tanyanya getir.Kami melongo keheranan lalu saling melempar tatapan. Satu per satu mengangkat bahu, kecuali Bang Kutut. "Beneran k

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status