Share

Vonis mandul ditengah kehamilan istriku
Vonis mandul ditengah kehamilan istriku
Author: Rhienz

Aku mandul

Author: Rhienz
last update Huling Na-update: 2021-06-11 10:39:55

Mataku terbelalak dan nafasku seakan tercekat setelah melihat isi tulisan dari sebuah kertas yang di sodorkan dokter Temi kepadaku. Aku benar-benar tidak percaya dengan apa yang aku baca.

Dalam kertas ini tertulis jelas bahwa aku mandul. Yang benar saja, mana mungkin aku mandul. Aku yakin hasil pemeriksaan ku barusan keliru, bisa saja hasil tesnya tertukar dengan pasien lain.

"Dokter, apa anda yakin dengan hasil tes yang anda berikan ini? Tidak mungkin saya mandul, dok!" ucapku pada dokter Temi yang duduk di hadapanku. Wajahnya nampak sedikit bingung untuk menjelaskan semua ini padaku.

"Yang sabar ya, Pak! Saya tau bagaimana perasaan Bapak saat ini. Saya yakin Tuhan punya rencana lain dibalik kondisi Bapak yang tidak bisa memiliki anak," jawab dokter Temi, dia berusaha menenangkan ku.

"Maksud Bapak apa bicara seperti itu? Sudah jelas Bapak keliru memberikan hasil tes kesuburan saya, saya yakin saya tidak mandul, Pak!" Lagi-lagi aku berusaha meyakinkan dokter Temi bahwa dialah yang sebenarnya salah memberikan hasil tes nya kepada ku.

Dokter Temi menggeleng dan tersenyum, seolah tau apa yang aku rasakan saat ini.

Setelah pertemuan ku dengan Desi tadi pagi, aku memutuskan untuk melakukan tes kesuburan ku, dan ternyata hasilnya begitu mencengangkan.

***

"Desi!" ucapku pada wanita yang tengah berdiri di depanku. Seorang wanita cantik yang mengenakan gamis berwarna pastel yang begitu mewah, penampilannya sangat berbeda dengan dulu. Sekarang dia terlihat begitu anggun dan berkelas, namun satu hal yang membuatku terkejut melihatnya, wanita yang pernah menjadi istriku itu tengah berbadan dua.

"Mas Anton!" jawabnya terkejut melihatku berdiri di belakangnya.

"Ka-kamu hamil, Des? Ko bisa?" ucapku yang benar-benar terkejut melihat Desi tengah berbadan dua.

"Alhamdulillah, Mas! Atas izin Allah aku bisa hamil, kamu-apa kabar, Mas? Lama tidak bertemu, sama siapa kesini?" ucapnya tersenyum ramah padaku.

"Ka-kabarku baik, Des! Kabar kamu sendiri gimana?" sahutku sedikit terbata, karena masih tidak percaya melihat Desi yang mandul kini tengah hamil tua.

"Syukurlah kalau begitu Mas, gimana kabar Ibu dan Bapak?" lagi-lagi Desi bertanya dengan ramah padaku, seolah melupakan masa lalunya yang buruk saat menjadi istriku.

5 tahun aku dan Desi hidup sebagai suami istri, Desi adalah istri yang sangat baik, dan sabar. Tiap hari dia selalu mendapatkan perlakuan buruk dari Ibu maupun Bapak. Ibu selalu memperlakukan Desi seperti pembantu bukan sebagai menantu. Tapi, Desi tidak pernah mengeluh sedikitpun, dia selalu bersikap baik pada kedua orang tuaku. Saat menjadi istriku tubuhnya begitu kurus, kulitnya kering tidak terawat, bahkan baju yang ia pakai adalah baju-baju lamanya semasa ia gadis.

Aku memang tidak pernah memberinya nafkah, karena kami tinggal menumpang di rumah Ibu. Dan Ibulah yang memegang keuangan ku selama lima tahun menikah dengan Desi, sedikitpun dia tidak pernah mengeluh soal itu.

Seiring berjalannya waktu, Ibu dan Bapak selalu meminta cucu dariku, bahkan berkali-kali mereka menuduh Desi mandul, karena tidak bisa segera hamil. Cacian dan hujatan sudah menjadi sarapan rutin Desi setiap hari, walaupun aku tau Ibu dan Bapak memperlakukan Desi dengan sangat buruk, tapi aku tidak bisa berbuat apa-apa. Karena jika aku membela Desi, Ibu dan Bapak akan mengancam ku. Mereka tak segan-segan mencoret ku dari daftar penerima harta warisan mereka. Tentu aku tidak ingin sampai itu terjadi.

Ibu terus saja memaksaku untuk menceraikan Desi, bahkan Ibu berbicara dengan lantang di hadapan Desi, bahwa ia akan menjodohkan ku dengan gadis pilihannya yang bisa memberinya cucu.

Desi menangis dan memohon agar aku tidak menceraikannya, tapi Ibu tidak peduli dengan tangisan Desi, dia tetap saja mencarikan gadis yang akan ia nikahkan denganku.

"Dasar mantu mandul gak tau diri! Sudah untung kau tidak ku usir dari rumah ini! Aku tidak Sudi punya menantu yang mandul seperti mu! Kau hanya akan membuat malu keluarga ku! Jadi, jangan banyak nuntut, kau harus terima dimadu! Karena dengan atau tanpa persetujuan mu, Anton akan tetap menikah dengan Nisa!" Mendengar ucapan Ibu, Desi berlari ke kamar dan mengurung diri seharian, sampai keesokan harinya ia jatuh sakit.

Dan semenjak saat itu, Desi menjadi jarang bicara padaku, sampai berminggu-minggu ia sering mengurung diri dikamar, jarang ikut makan bersama. Setelah selesai mengerjakan semua tugas di rumah, Desi langsung kembali ke kamar, setiap hari dia selalu mendapat cacian dan hujatan dari para tetangga yang telah di hasut oleh Ibu, hingga akhirnya dia menyerah dan memintaku untuk menceraikannya.

"Mas! Mas Anton, ko malah bengong, Ibu dan Bapak gimana kabarnya? Sehat?" Suara Desi membangunkan lamunanku.

Aku tak bisa banyak berkata, saat itu aku hanya mengangguk mengiyakan ucapan Desi.

Dan setelah pertemuanku dengan Desi, aku langsung memutuskan untuk memeriksakan kondisi kesuburan ku ke rumah sakit. Namun, kenyataan yang kudapat sangat mengejutkan. Aku benar-benar tidak menyangka, bahwa akulah yang selama ini mandul.

Jika hasil tes ini mengatakan aku ini mandul, lantas anak siapa yang ada di rahim istriku Nisa? Saat ini Nisa tengah hamil 5 bulan.

Dengan siapa Nisa melakukannya? Dia wanita yang pendiam dan tidak pernah keluyuran. Jangankan untuk jalan-jalan, untuk pergi ke pasar saja dia masih harus ditemani oleh Ibu.

Di Jakarta dia tidak punya saudara maupun teman, yang dia tau hanya keluarga ku dan tetangga terdekat saja. Nisa istri yang baik dan lugu, bahkan di era secanggih ini, dia tidak mau menggunakan HP android, dia lebih memilih menggunakan HP jadul miliknya. Bahkan semua tetangga di komplek sangat iri pada Ibu, karena memiliki menantu selugu dan sependiam Nisa.

Sepanjang hari Nisa hanya menghabiskan waktu dirumah, lantas--dengan siapa dia berbuat zina?

Argh! Aku benar-benar bingung. Pasalnya dirumah hanya ada 3 laki-laki, yaitu aku, Bapak dan juga Arjuna, adik ku yang masih kelas 2 SMA.

Apa mungkin Bapak atau Arjuna pelakunya? Kalau benar salah satu diantara mereka yang menghamili Nisa, aku tidak akan memaafkan nya. Aku harus mencari tau, siapa laki-laki yang selama ini telah tidur dengan istriku.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Vonis mandul ditengah kehamilan istriku   Terimakasih Para Reader

    Hallo semuanya 🥰🥰 Akhirnya setelah penantian dan proses yang cukup lama. Novel Vonis mandul ditengah kehamilan istriku atau disingkat menjadi (VMDKI) Ending juga 🥳🥳🥳Pertama-tama Saya mengucapkan terimakasih pada Tuhan Yang Maha Esa dan juga kepada Keluarga besar saya yang telah mendukung saya menjadi seorang Penulis. Dan yang paling spesial adalah terimakasih saya kepada seluruh pembaca setia novel VMDKI yang mengikuti novel ini dari awal terbit sampai tamat. 200 bab bukanlah jumlah yang sedikit, dan tentunya banyak diantara kalian semua yang sudah menghabiskan dana untuk membaca novel ini. Saya mohon maaf telah membuat kalian menghabiskan uang jajan atau bahkan uang dapur kalian untuk cerita ini. Semoga kalian bisa mendapat ganti yang berlipat ganda, semoga selalu di beri kesehatan, dan di lancarkan rezekinya. Mohon maaf jika masih banyak kekurangan dan Typo di dalam Novel ini. Jika berkenan yuk, baca juga novel ottor yang lainnya. *Yang suka dr

  • Vonis mandul ditengah kehamilan istriku   TAMAT

    ***Setelah pertemuan itu mereka tidak lagi bertemu sampai acara pernikahan tiba. Anton dan Adelia hanya berkomunikasi lewat telepon dan watsap. Hari terus berganti, kedua keluarga semakin sibuk mempersiapkan acara sakral itu. Mereka ingin acara itu menjadi pernikahan termewah di Jakarta. Malam ini kedua keluarga mengadakan pertemuan tertutup. Dua pasangan paruh baya itu mengadakan jamuan di sebuah restoran VVIP untuk membahas persiapan pesta yang akan digelar besok. Mereka ingin memastikan jika semua persiapan sudah seratus persen. "Syukurlah jika semuanya sudah siap, saya sangat lega mendengarnya! Ini adalah momen spesial untuk kami," ucap Tuan Romy lega. "Iya, Pak. Kami pun begitu, rasanya tidak sabar untuk menunggu hari esok," jawab Pak Tio. "Kalau begitu, kita akhiri saja pertemuan ini, sepertinya sudah malam juga, sudah waktunya kita istirahat agar besok pagi tidak terlambat," ucapnya. Mereka p

  • Vonis mandul ditengah kehamilan istriku   Di tahan dulu kangennya!

    ***Dengan wajah memerah, Anton keluar dari minimarket membawa bungkusan berwarna merah muda itu. "Sial! Gara-gara Adel, aku jadi di ketawain anak-anak ABG tadi, mana jadi bahan olok-olokkan mereka lagi," cetus Anton menutup pintu mobilnya dengan kesal."Lagian, ngapain juga tuh kasir banyak tanya, pake acara nawarin merek lain segala lagi, memang dia pikir' saya ngerti apa dengan merek-merek pembalut? Aneh-aneh aja tuh orang," Anton menyalakan mesin mobilnya dan pergi meninggalkan minimarket berlogo merah kuning itu.Sesampainya di rumah Adel, Anton pun langsung masuk ke dalam rumah yang tidak di kunci itu sesuai perintah Adel saat ia menelpon."Adel! Kamu dimana?""Gue di kamar! Lo sini aja! Gue nggak bisa turun nih," teriak Adel menyahut dari kejauhan."Jangan bercanda dong, Del! Di rumah kamu nggak ada siapa-siapa, ntar kalau tiba-tiba Papa dan Mama kamu datang dan melihat saya ada di k

  • Vonis mandul ditengah kehamilan istriku   Apa? beliin pembalut?

    🍀🍀🍀"Ibu langsung istirahat saja! Ibu pasti capek, kan? Barang-barangnya biar si Mbok dan Sulis yang urus!" ucap Anton saat mereka tiba di rumah sang Ayah. Wanita paruh baya itu pun mengangguk dan menuruti seruan anaknya. Sedangkan Anton segera masuk ke dalam kamarnya, ia pun merasa lelah setelah membantu memindahkan barang-barang ibunya.Kring! Kring! Ponsel Anton berdering, dengan cepat ia mengangkat panggilan masuk dari Lilis. "Halo, assalamualaikum' Mbak,""Waalaikumsalam, Mas. Maaf mengganggu, saya hanya ingin mengucapkan terimakasih atas paket yang dikirim mas Anton. Anak-anak senang sekali, Mas,""Syukurlah kalau paketnya sudah sampai, Mbak. Semoga Fadlan dan Aqila menyukainya," ucap Anton lega. Tiga hari lalu Anton mengirim perlengkapan sekolah untuk kedua adik iparnya itu. Mulai dari baju seragam, sepatu, tas dan perlengkapan lainnya. "Suka banget, Mas. Dari tadi mereka nggak sabar ingin bilang terima

  • Vonis mandul ditengah kehamilan istriku   Mengubur semua kenangan buruk kita

    🍀🍀🍀Satu minggu sebelum pernikahan Anton di gelar, Tuan Romy dan Bu Minah pun melangsungkan acara pernikahan mereka di kediaman Tuan Romy, acaranya berlangsung khidmat dan sederhana sesuai permintaan Bu Aminah. Hanya kerabat dan orang-orang terdekat mereka yang menghadiri acara tersebut. Bu Aminah tampak begitu cantik dengan balutan kebaya Jawa, begitupun dengan Tuan Romy, pria lima puluh dua tahun itu tampak gagah dengan busana adat dan juga blangkon khas Jawa yang ia kenakanan. Pasangan paruh baya itu pun duduk di depan penghulu. "Bagaimana Pak Romy, sudah siap?" tanya penghulu itu memastikan. Tuan Romy pun langsung mengangguk yakin. Anton dan kekasihnya duduk di sebelah mereka, menyaksikan betapa sakralnya ijab kabul yang diucapkan sang Ayah. Suasana hening sejenak saat Tuan Romy dengan lugas dan lancar mengucapkan ijab kabul dengan satu tarikan nafas."Bagaimana saksi? Sah?" tanya penghulu memastikan."Sah!"

  • Vonis mandul ditengah kehamilan istriku   Bu Minah dan Tuan Romy puber kedua

    ***Satu minggu setelah perdebatan itu, suasana kembali mencair. Bu Minah berusaha untuk menghilangkan kebenciannya kepada Jannah. Bagaimanapun anak itu memang tidak berdosa. Tidak mungkin ia harus menanggung beban atas perbuatan keji yang dilakukan kedua orang tuanya. Bu Minah berusaha meyakinkan dirinya, meski itu tidak semudah yang dipikirkan. Tapi ia yakin, lambat laun rasa sayang itu akan tumbuh dengan sendirinya. Kring! Kring! Dering ponselnya berbunyi. Nama Tuan Romy terpampang di layar. Dengan antusias Bu Minah segera menggeser tombol hijau dan berbicara dengan pria yang kini kembali mengisi kekosongan hatinya. "Halo, Mas. Sudah berangkat?" tanya Bu Minah saat seseorang memanggil namanya. "Sudah, Minah. Ini Mas sudah di jalan, sebentar lagi sampai. Kamu sudah siap' kan?" "Sudah, Mas. Saya tunggu di luar ya, biar kita langsung berangkat," Sahutnya sebelum memutus panggilan. Hari

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status