Home / Romansa / Vonis mandul ditengah kehamilan istriku / Siapakah yang menghamili Nisa?

Share

Siapakah yang menghamili Nisa?

Author: Rhienz
last update Last Updated: 2021-06-11 10:52:39

Bab 2

Vonis mandul ditengah kehamilan istriku

Aku masih duduk terpaku sambil memegang kertas ini, sedangkan dokter Temi nampaknya harus segera menerima pasien lain yang sudah menunggu diluar.

"Maaf Pak Anton, saya mengerti anda pasti masih kecewa dengan hasil tesnya, jika anda ragu  dengan hasil tes dari rumah sakit ini, anda bisa mencoba memeriksakan kesuburan Anda di rumah sakit lain. Tapi saya yakin, hasilnya akan sama," ucap dokter Temi meyakinkan ku.

"Baiklah, dok! Terimakasih banyak. Kalau begitu saya permisi dulu!" sahutku, lalu keluar dari ruangan dokter Temi dengan membawa selembar kertas yang dari tadi tak henti-hentinya kupandangi.

****

"Kring!" dering ponselku berbunyi, sebuah panggilan masuk dari Ibu.

"Anton, kamu dimana? Ko lama sekali beli ayam gorengnya?" tanya Ibu di seberang telpon, Ibu pasti sudah menunggu dari tadi. 

"Ma-af Bu, tadi Anton bertemu teman lama, jadi kami ngobrol dulu, sampai lupa waktu," jawabku berbohong pada Ibu.

"Ya udah, sekarang kamu cepat pulang, kasian Nisa, dari tadi pengen makan ayam goreng kentucky. Nanti kalau gak keturutan bayinya bisa ngiler, emangnya kamu mau, punya anak suka ngiler? uda cepat balik, Ibu tunggu!" ucap Ibu penuh tekanan, sepertinya Ibu mulai marah karena terlalu lama menungguku.

Aku pun segera pergi ke restoran cepat saji untuk membelikan ayam kentucky untuk Nisa. Setiap Nisa ngidam ingin makan sesuatu, dia tak pernah langsung memintanya padaku, dia lebih suka meminta pada Ibu, dan nantinya Ibu lah yang memintanya padaku.

****

Setelah membeli ayam kentucky aku pun segera pulang, tak sabar rasanya ingin mencari tau siapa laki-laki yang sudah tidur bersama Nisa selama ini. Laki-laki yang menabur benih di dalam rahim istriku.

Sesampainya di rumah, Nisa langsung menyambutku, dia mencium tanganku takzim lalu mengambil bungkusan ayam yang kusodorkan padanya.

"Makasih ya Mas!" ucapnya lembut, lalu berjalan mengekor di belakang ku.

Melihat  wajahnya yang polos dan alim rasanya hati ini panas dingin, jantungku berdetak lebih cepat dari biasanya, ingin sekali aku langsung bertanya padanya tentang siapa ayah dari janin yang sedang ia kandung saat ini, tapi-apakah dia akan mengaku? Aku tidak yakin, dia pasti tidak akan mengakuinya, terlebih dia pasti akan mendapatkan pembelaan dari Ibu maupun Bapak, karena semua orang dirumah ini tau, Nisa adalah wanita baik-baik. Wanita se lugu dan se alim Nisa tidak mungkin berbuat kotor.

Kutarik nafas panjang, lalu membuangnya perlahan, aku tidak boleh gegabah, aku harus mengumpulkan banyak bukti, sebelum membongkar aib Nisa. Aku harus bermain cantik, dan mencari tahu siapa laki-laki itu. Dan setelah aku mengetahuinya aku akan segera membuat perhitungan pada mereka, dan kupastikan mereka akan menyesal. 

"Ko lama banget, Ton! Kamu beli ayamnya dimana? Di Bandung?" Bentak Bapak sedikit kesal. 

Dia memutar kursi rodanya mendekat ke arahku. Sudah satu tahun Bapak terkena stroke, dia tidak bisa berjalan dan harus dibantu oleh kursi roda. Laki-laki berusia 50 tahun ini masih terlihat gagah dan tampan walaupun harus duduk di kursi roda. Apa mungkin Bapaklah pelakunya? Tapi melihat kondisi Bapak yang seperti ini aku jadi tidak yakin, pasalnya untuk berpindah ke tempat tidur saja, Bapak harus dibantu. Mana mungkin dia bisa berzina dengan Nisa Sampai Nisa hamil. 

"Anton! Kenapa diam saja?" tegur Bapak kesal.

"Mas, ko malah bengong? Itu Bapak bertanya, kenapa kamu gak jawab?" ucap Nisa mengguncang bahuku. 

"I-iya, Pak! Bapak ngomong apa barusan? Maaf Anton tidak dengar!" jawabku terbata, membuat wajah Bapak semakin tidak bersahabat.

"Sudahlah, lupakan saja! Nisa cepet buka Ayamnya, Bapak juga sudah lapar!" cetus Bapak sambil mendorong kursi rodanya mendekat kepada Nisa.

Nisa terlihat begitu perhatian pada Bapak, bahkan dia membantu Bapak untuk menuangkan nasi dan Ayamnya ke piring.

****

Sore berganti malam, hari ini begitu melelahkan, entah kenapa aku tak bisa tenang, pikiranku terus mencari siapa laki-laki itu. 

"Mas!" suara merdu itu berbisik di telingaku. Siapa lagi kalau bukan Nisa, dia menghampiriku yang sedang duduk di tepi ranjang, tangan kanannya membawa secangkir teh hangat kesukaan ku.

"Diminum tehnya Mas, mumpung masih hangat!" ucapnya mesra, suaranya terdengar mendesah dan manja. Perlahan dia membuka hijab yang menutupi kepalanya. Memperlihatkan rambutnya yang panjang dan lurus.

"Iya, makasih!" ucapku datar tanpa menoleh ke arahnya. Ia mendekat dari belakang lalu melingkarkan tangannya di pinggangku. Hembusan nafasnya terasa begitu hangat di telingaku. 

"Mas, kamu gak kangen sama dedek bayi yang ada di perut? Dari kemarin belum kamu jenguk," ucapnya  sambil terus bergelayut manja padaku, bibirnya perlahan mengecup leherku. Entah kenapa, kali ini aku jijik dengan sentuhannya yang dulu selalu ku nikmati.

Aku berusaha mengurai pelukannya, tapi nampaknya Nisa malah mempererat pelukannya.

"Mas, ayo!" ucapnya memberi kode, sepertinya ia ingin meminta nafkah batin dariku malam ini. Tapi, apa mungkin aku bisa memberinya setelah tau kenyataan yang menyakitkan bahwa Nisa telah berselingkuh dengan laki-laki lain.

"Jangan malam ini ya, Nis! Aku capek!" jawabku sambil terus berusaha mengurai pelukannya.

Mendengar jawabanku, seketika wajah Nisa terlihat kecewa, dia mencebik kesal lalu memalingkan wajahnya ke lain arah.

Selama kami menikah, aku memang tidak pernah menolaknya bercinta, sepertinya dia tersinggung dan merajuk mendengar penolakan ku. Tak lama kemudian ia bangkit dari ranjang, lalu menyambar kerudung yang tadi ia lepas, dan kembali memakainya.

"Kamu mau kemana, Nis?" tanyaku pada Nisa yang sudah berjalan mendekati pintu.

"Mau ke dapur! cari makan, laper!" jawabnya tanpa menoleh ke arahku, sepertinya dia benar-benar marah padaku.

Sudah 30 menit Nisa pergi ke dapur, namun tak kunjung kembali ke kamar. Kemana dia? Batinku bertanya-tanya. Akhirnya kuputuskan untuk menyusulnya ke dapur, namun didapur aku sama sekali tidak menemukan Nisa. 

"Anton! Kamu ngapain malam-malam gini ke dapur? Lapar?" tanya Ibu padaku. 

"Gak, Buk! Anton lagi cari Nisa, Ibu liat Nisa?" tanyaku pada Ibu yang sepertinya sedang mengambilkan air minum untuk Bapak. 

"Ya ampun, Ton. Baru ditinggal 5 menit aja uda dicariin," jawab Ibu sedikit meledek. 

Aku sama sekali tidak mengerti dengan jawaban Ibu, Nisa sudah setengah jam tidak kembali ke kamar, tapi kenapa Ibu bilang baru ditinggal 5 menit?.

"Maksud Ibu?"

"Nisa lagi mandi, katanya gerah banget di kamar! kasian istrimu, Ton. Sampai keringetan kayak gitu dikamar, makanya cepet beliin AC dikamar mu, biar istrimu itu gak perlu mandi malam-malam gini, dia itu lagi hamil, bawaannya pasti gerah terus, walaupun menurut kita biasa aja, tapi bagi orang hamil itu beda!" jawab Ibu menasehatiku, membuatku semakin bingung.

"Ya udah, Ibu mau ke kamar dulu! Bapakmu pasti uda nunggu, mau minum!" ucap Ibu berlalu meninggalkanku dengan membawa mug besar di tangan kanannya. 

Terdengar bunyi ceburan gayung di dalam kamar mandi. Benarkah itu Nisa? udara dingin seperti ini, kenapa dia kepanasan, apalagi Ibu bilang Nisa bercucuran keringat. Apa jangan-jangan Nisa telah bergumul dengan laki-laki itu, tapi siapa dia? Sedangkan Bapak sedang dikamar bersama Ibu. Aku masih termenung duduk di meja makan sambil menunggu Nisa keluar dari kamar mandi.

Tak lama kemudian Arjuna keluar dari kamarnya bertelanjang dada. Dia berjalan menuju lemari es yang berada di samping meja makan, lalu tangannya mengambil botol air mineral dan menenggaknya sampai habis, sepertinya ia begitu haus dan kelelahan, tubuh kurusnya dipenuhi peluh bercucuran. Apa jangan-jangan, Arjuna lah yang menabur benih di rahim istriku?

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (8)
goodnovel comment avatar
Hafidz Nursalam04
kakskskskkskdkd
goodnovel comment avatar
M Arkanudin
penasaran saya
goodnovel comment avatar
Yuli Defika
msh teka teki
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Vonis mandul ditengah kehamilan istriku   Terimakasih Para Reader

    Hallo semuanya 🥰🥰 Akhirnya setelah penantian dan proses yang cukup lama. Novel Vonis mandul ditengah kehamilan istriku atau disingkat menjadi (VMDKI) Ending juga 🥳🥳🥳Pertama-tama Saya mengucapkan terimakasih pada Tuhan Yang Maha Esa dan juga kepada Keluarga besar saya yang telah mendukung saya menjadi seorang Penulis. Dan yang paling spesial adalah terimakasih saya kepada seluruh pembaca setia novel VMDKI yang mengikuti novel ini dari awal terbit sampai tamat. 200 bab bukanlah jumlah yang sedikit, dan tentunya banyak diantara kalian semua yang sudah menghabiskan dana untuk membaca novel ini. Saya mohon maaf telah membuat kalian menghabiskan uang jajan atau bahkan uang dapur kalian untuk cerita ini. Semoga kalian bisa mendapat ganti yang berlipat ganda, semoga selalu di beri kesehatan, dan di lancarkan rezekinya. Mohon maaf jika masih banyak kekurangan dan Typo di dalam Novel ini. Jika berkenan yuk, baca juga novel ottor yang lainnya. *Yang suka dr

  • Vonis mandul ditengah kehamilan istriku   TAMAT

    ***Setelah pertemuan itu mereka tidak lagi bertemu sampai acara pernikahan tiba. Anton dan Adelia hanya berkomunikasi lewat telepon dan watsap. Hari terus berganti, kedua keluarga semakin sibuk mempersiapkan acara sakral itu. Mereka ingin acara itu menjadi pernikahan termewah di Jakarta. Malam ini kedua keluarga mengadakan pertemuan tertutup. Dua pasangan paruh baya itu mengadakan jamuan di sebuah restoran VVIP untuk membahas persiapan pesta yang akan digelar besok. Mereka ingin memastikan jika semua persiapan sudah seratus persen. "Syukurlah jika semuanya sudah siap, saya sangat lega mendengarnya! Ini adalah momen spesial untuk kami," ucap Tuan Romy lega. "Iya, Pak. Kami pun begitu, rasanya tidak sabar untuk menunggu hari esok," jawab Pak Tio. "Kalau begitu, kita akhiri saja pertemuan ini, sepertinya sudah malam juga, sudah waktunya kita istirahat agar besok pagi tidak terlambat," ucapnya. Mereka p

  • Vonis mandul ditengah kehamilan istriku   Di tahan dulu kangennya!

    ***Dengan wajah memerah, Anton keluar dari minimarket membawa bungkusan berwarna merah muda itu. "Sial! Gara-gara Adel, aku jadi di ketawain anak-anak ABG tadi, mana jadi bahan olok-olokkan mereka lagi," cetus Anton menutup pintu mobilnya dengan kesal."Lagian, ngapain juga tuh kasir banyak tanya, pake acara nawarin merek lain segala lagi, memang dia pikir' saya ngerti apa dengan merek-merek pembalut? Aneh-aneh aja tuh orang," Anton menyalakan mesin mobilnya dan pergi meninggalkan minimarket berlogo merah kuning itu.Sesampainya di rumah Adel, Anton pun langsung masuk ke dalam rumah yang tidak di kunci itu sesuai perintah Adel saat ia menelpon."Adel! Kamu dimana?""Gue di kamar! Lo sini aja! Gue nggak bisa turun nih," teriak Adel menyahut dari kejauhan."Jangan bercanda dong, Del! Di rumah kamu nggak ada siapa-siapa, ntar kalau tiba-tiba Papa dan Mama kamu datang dan melihat saya ada di k

  • Vonis mandul ditengah kehamilan istriku   Apa? beliin pembalut?

    🍀🍀🍀"Ibu langsung istirahat saja! Ibu pasti capek, kan? Barang-barangnya biar si Mbok dan Sulis yang urus!" ucap Anton saat mereka tiba di rumah sang Ayah. Wanita paruh baya itu pun mengangguk dan menuruti seruan anaknya. Sedangkan Anton segera masuk ke dalam kamarnya, ia pun merasa lelah setelah membantu memindahkan barang-barang ibunya.Kring! Kring! Ponsel Anton berdering, dengan cepat ia mengangkat panggilan masuk dari Lilis. "Halo, assalamualaikum' Mbak,""Waalaikumsalam, Mas. Maaf mengganggu, saya hanya ingin mengucapkan terimakasih atas paket yang dikirim mas Anton. Anak-anak senang sekali, Mas,""Syukurlah kalau paketnya sudah sampai, Mbak. Semoga Fadlan dan Aqila menyukainya," ucap Anton lega. Tiga hari lalu Anton mengirim perlengkapan sekolah untuk kedua adik iparnya itu. Mulai dari baju seragam, sepatu, tas dan perlengkapan lainnya. "Suka banget, Mas. Dari tadi mereka nggak sabar ingin bilang terima

  • Vonis mandul ditengah kehamilan istriku   Mengubur semua kenangan buruk kita

    🍀🍀🍀Satu minggu sebelum pernikahan Anton di gelar, Tuan Romy dan Bu Minah pun melangsungkan acara pernikahan mereka di kediaman Tuan Romy, acaranya berlangsung khidmat dan sederhana sesuai permintaan Bu Aminah. Hanya kerabat dan orang-orang terdekat mereka yang menghadiri acara tersebut. Bu Aminah tampak begitu cantik dengan balutan kebaya Jawa, begitupun dengan Tuan Romy, pria lima puluh dua tahun itu tampak gagah dengan busana adat dan juga blangkon khas Jawa yang ia kenakanan. Pasangan paruh baya itu pun duduk di depan penghulu. "Bagaimana Pak Romy, sudah siap?" tanya penghulu itu memastikan. Tuan Romy pun langsung mengangguk yakin. Anton dan kekasihnya duduk di sebelah mereka, menyaksikan betapa sakralnya ijab kabul yang diucapkan sang Ayah. Suasana hening sejenak saat Tuan Romy dengan lugas dan lancar mengucapkan ijab kabul dengan satu tarikan nafas."Bagaimana saksi? Sah?" tanya penghulu memastikan."Sah!"

  • Vonis mandul ditengah kehamilan istriku   Bu Minah dan Tuan Romy puber kedua

    ***Satu minggu setelah perdebatan itu, suasana kembali mencair. Bu Minah berusaha untuk menghilangkan kebenciannya kepada Jannah. Bagaimanapun anak itu memang tidak berdosa. Tidak mungkin ia harus menanggung beban atas perbuatan keji yang dilakukan kedua orang tuanya. Bu Minah berusaha meyakinkan dirinya, meski itu tidak semudah yang dipikirkan. Tapi ia yakin, lambat laun rasa sayang itu akan tumbuh dengan sendirinya. Kring! Kring! Dering ponselnya berbunyi. Nama Tuan Romy terpampang di layar. Dengan antusias Bu Minah segera menggeser tombol hijau dan berbicara dengan pria yang kini kembali mengisi kekosongan hatinya. "Halo, Mas. Sudah berangkat?" tanya Bu Minah saat seseorang memanggil namanya. "Sudah, Minah. Ini Mas sudah di jalan, sebentar lagi sampai. Kamu sudah siap' kan?" "Sudah, Mas. Saya tunggu di luar ya, biar kita langsung berangkat," Sahutnya sebelum memutus panggilan. Hari

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status