"Dih najis! Kalau mau duit ya kerja! Kencing aja bayar, kalian mau makan dan hidup enak kok mental gratisan! Tuh sana kalau merasa masih punya otak silahkan dilepas terus dicuci pake detergen atau bayclin biar kinclong. Dah ah, aku mau ke kios baruku dulu mau beres-beresin warung sekalian belanja bahan-bahan. Tuh di meja aku tadi udah masak. Aku masih berbaik hati melayanimu sebagai seorang suami. Jangan lupa tuh kasur dijemur. Awas aja kalau aku pulang masih basah!" "Ini kan kamu yang bikin basah, masa Mas yang haru beresin?""Jadi mau nolak? Mau aku bawain lagi pisau daging biar aku cincang kamu punya kaki sama tangan?"Mas Andra menelan salivanya, ia tampak tegang mendengar aku akan membawakannya pisau daging kembali. "Ah, enggak usah. Iya nanti biar Mas jemur kasurnya. Hehehehe. Makasih ya sudah mau masakin Mas." "Hemm." Aku pun meninggalkan Mas Andra dan Ibu yang masih melihatku bergerak kesana dan kemari persis seperti kutu loncat. Entahlah badanku ini terbuat dari apa. Rasa
WAJAH ASLI KELUARGA SUAMIKU(ketika aku pura-pura bangkrut) Pov author"Oh Mbak Eka. Tau darimana aku jualan di sini?" Kinan sebetulnya cukup terkejut karena kedatangan Eka yang secara tiba-tiba. Entah darimana perempuan berstatus ipar dari Kinan itu tahu kalau Kinan berjualan di situ. "Lagi lewat aja, tuh sama Mas Fatih. Biasalah weekend begini ya enaknya jalan-jalan. Memangnya kamu yang sibuk sama kerjaan mulu. Betewe ini kios punya kamu?" "Menurut Mbak?""Tapi bukannya kamu bangjrut? Kalau menurut Mbak sih bukan punya kamu ya. Pasti punya teman kamu ini kan? Secara tempatnya di dekat mall begini. Kamu pasti hanya ngejalanin doang. Ya kan? Tapi baguslah setidaknya kamu cepat ada pemasukan lagi biar gak jadi beban buat suami kamu nantinya.""Kalau asumsi Mbak seperti itu ya terserah aja. Ini mau ayammya yang apa nih?""Paha aja semuanya. Buruan ya gak pake lama."Sembari membuatkan pesanan Eka, Kinan sejak tadi saling lirik dengan Laras. Mungkin mereka berpikiran yang sama. Apakah
"Huh si Kinan bikin kesel! Memang bener-bener deh dia! Sekarang sudah berubah semenjak dia bangkrut dia jadi pelit!" Eka terus saja menggerutu sepanjang jalan hingga membuat telinga Fatih berdengung. "Ck! Kamu bisa gak sih diam dulu? Berisik tau gak sepanjang jalan dari sana hingga mau sampai ke rumah Ibu nyerocos aja gak berhenti-berhenti.""Ya habisnya aku kesel! Kita gagal deh makan ayam gratis! Mana Ibumu cuma masak tempe goreng sama sayur bayam doang!" "Ya kamu juga bodoh! Kenapa tadi gak kamu langsung bawa aja itu ayamnya pergi? Kan udah di tangan kamu tadi. Malah diam aja waktu si Kinan ambil lagi.""Ya enggak sempet, Mas, orang cepet vanget gerakan tangannya. Lagian kalau nanti dia barbar lagi gimana? Di gerai nya pasti punya pisau daging. Hih gak maulah aku kalau dicincang nanti.""Ya kali dia berani nyincang kita beneran? Gitu aja kok takut.""Halah nyatanya kamu tadi pagi juga takut kan? Kenapa malah diam aja? Gak ada ngelawan waktu si Kinan nancepin itu pisau di meja.""
"Aku cuma mau ambil yang kecil-kecil aja dulu. Eh tapi aku pikir-pikir lagi aku mau ambil motornya aja dulu deh. Lumayan buat bolak-balik nanti dari kontrakan ke gerai.""Nah itu ide yang bagus. Tapi yakin cuma kita berdua aja? Ntar kalau kakak iparmu yang laki-laki itu nyegah gimana?""Hemm? Tenang aja dia mah cemen! Yuk ah keburu malam."Kinan dan Laras pun bergegas menaiki mobil yang Laras bawa menuju kediaman sang ibu mertua. Hanya perlu menempuh waktu beberapa menit saja karena jaraknya juga tidak terlalu jauh, akhirnya mobil yang dikendarai Laras pun sampai di depan rumah kontrakan Bu Nuri."Itu mobil siapa, Ka? Apa kamu ada janjian sama teman kamu itu?" tanya Bu Nuri pada Eka. "Hemm? Enggak ah, aku belum ada bikin janji sama dia.""Lha terus itu mobil siapa?""Gak tau, Bu, coba aja yuk keluar." Bu Nuri dan Eka pun beriringan berjalan menuju teras, tetapi sesampainya di pintu utama keduanya terjatuh karena sangking semangatnya ingin melihat siapakah gerangan yang datang membua
Pak Rt hanya tersenyum menjawab ucapan Kinan sedangkan Kinan sudah melenggang pergi dengan santainya membawa motor N-mux pergi dari kontrakan Bu Nuri. ***"Kinan! Kenapa kamu ambil motornya Ibu?!" Suara tinggi Andra sudah menyambut kedatangan Kinan dengan motor besarnya itu. Kinan tidak langsung menghiraukan ucapan Andra dengan kondisi rahang yang sudah mengeras. Ia terlebih dahulu memarkirkan motor besar itu di halaman rumahnya. Tidak lupa Kinan mengunci pintu gerbang karena hari mulai gelap dan takut kalau ada maling motor yang mengincarnya. "Kinan kamu dengar aku gak sih?!" Andra lagi-lagi mengeraskan suaranya di hadapan Kinan hingga membuat wanita yang memiliki rambut panjang sebahu itu menoleh ke arahnya. "Kamu kenapa kayak kebakaran jenggot begitu? Apa kamu bilang tadi? Motor Ibumu? Motorku, Mas! M O T O R K U! Kamu gak tuli kan?" Kinan melenggang meninggalkan Andra dengan napasnya yang naik turun dan masih berdiri di teras rumah kontrakannya. "Kinan aku belum selesai bicar
WAJAH ASLI KELUARGA SUAMIKU(ketika aku pura-pura bangkrut) "Ya, aku paham. Aku akan terus meraih surga itu, sampai kapan pun Ibu memang berhak atas diriku. Sudah ya, aku mau istirahat dulu, kepalaku tiba-tiba saja sakit.""Tidurlah, jangan lupa besok ke rumah Ibu karena besok Ibu dan Mbakmu akan membicarakan rencana kita ini.""Hemmm."Setelah sambungan telepon dimatikan, Andra langsung menuju ke kamarnya yang ternyata di dalam sana sudah ada Kinan. Entah sejak kapan Kinan masuk ke dalam kamar karena Andra sama sekali tidak mengetahuinya. Andra terlalu fokus pada obrolannya bersama sang Ibu di telepon. Andra memang anak yang baik dan sangat berbakti pada orang tuanya, tetapi karena baktinya itu yang terlalu over dosis menjadikan ia tidak bisa memiliki prinsip hidup untuk dirinya sendiri. Sejak kecil memang Andra sudah didoktrin untuk selalu berbakti pada orang tuanya. Orang tua yang selalu menganggap kalau anak adalah aset. Aset di masa tua yang kelak harus membuat orang tua hidup
"Astaga kutil naga, ondel-ondel dari planet antah berantah mana yang Mbak Eka jodohkan sama aku?" "Andra! Sini! Ngapain malah bengong di situ?" Eka memanggil Andra yang masih mematung karena cukup shock dengan bentuk si Selena. "I-iya, Mbak." Andra pun berjalan mendekati di mana Eka dan Selena berada. "Nah ini, Beb, adik ipar aku yang mau aku kenalin sama kamu. Gimana? Ganteng kan?" Eka memperkenalkan diri Andra pada Selena. Selena dengan wajah sumringahnya mengulurkan tangan pada Andra. Andra pin menyambut tangan itu setelah diberi kode oleh Eka. Selena semakin melebarkan senyumannya yang membuat Andra lagi-lagi merasa menangkal sesuatu pada mulut Selena. Andra kembali memfokuskan penglihatannya di sekitar bibir Selena dan ternyata ia menemukan ada cabai di sela-sela gigi Selena. Ditambah ada karang gigi yang sudah kekuningan di bagian sela-sela gigi bawah. Tiba-tiba saja Andra bergidik melihat pemandangan itu. "Hai Mas ganteng. Kenalin namaku Selena gak pakai gomes. Kalau kamu?
WAJAH ASLI KELUARGA SUAMIKU (Ketika aku pura-pura bangkrut) "Apa maksud kamu bicara begitu, Andra! Kamu menyuruh Mas Fatih selingkuh?" Eka sudah berdiri sembari berkacak pinggang. Napasnya naik turun karena terlampau emosi dengan ucapan Andra. "Lho kenapa marah? Kan Mbak mau hidup enak ya hampang tinggal aja mbak suruh lagi itu Mas Fatih menikah sama si Celemek. Simple kan?" "Cemek?" "Celemek jauh amat ke cemek. Cemek mah anak kambing, Mbak, memangnya Mbak mau maduan sama anak kambing?" Andra tersenyum mengejek ke arah Eka membuat wanita bertubuh tambun itu semakin mengeraskan rahangnya. "Kamu menghina ya? Gini-gini Masmu itu cinta sama Mbak! Jadi mana mungkin dia mau kasih Mbak madu." "Lho, kenapa enggak Mbak anggap saja itu madu Mbak penghasil uang untuk kalian? Secara kalian kan bersahabat baik kataya. Kirasa gak ada masalah kan kalau Mbak berbagi suami sama si Selena. Coba ditanya itu Mas Fatih mau gak sma si Cemek itu." "Ya jelas aja gak mau dia kan cintanya cuma sama M