Share

Kinan yang jahil 2

Byur ….

"Banjir bandang! Tolong aku tenggelam, tolong!"

Pletak!

Aku mengayunkan ember yang sudah kosong ke kepala mas Andra.

"Bangun hei koreng nangka! Itu si toge kisut udah nyerocos aja dari tadi minta duit!"

Mas Andra mengerjapkan matanya berkali-kali mungkin saja dia mencoba mengumpulkan nyawanya yang belum terkumpul. Maafkan aku ya Tuhan, aku tahu kalau tidur bukanlah hal yang patut untuk dibuat mainan tapi aku gedeg banget, Tuhan. Kenapa satu keluarga otaknya minus semua gak ada positifnya sama sekali. Huft, aku serahkan semua padamu kalau memang gak jodoh semoga disegerakan kesempatanku untuk menggugat cerai Mas Andra.

"Kamu apa-apaan sih, Kinan?! Kenapa aku kamu siram!"

"Itu si nyonya besar yang juga badannya besar minta duit! Bangun jangan molor aja kerjaanmu! Kamu kira di sini lagi ngadain lomba tidur apa!"

"Ck! Ya tinggal kamu kasih aja kenapa sih! Lagian bulan ini kan memang kita belum kasih uang bulanan ke Ibu?!"

"Enak betul kalau ngomong. Kamu kira aku gudang duit apa? Gak ada! Aku lagi gak ada duit!"

"Tapi bukannya kata kamu di dompet masih ada lima juta dan di atm masih ada lima juta? Masih ada sepuluh juta kan? Kasihlah ke Ibu delapan juta. Kamu pegang dua juta saja cukup kan."

"Enak aja! Itu uang mau buat belanja bahan-bajan lagi."

"Bahan-bahan apa?"

"Buat jualan lah. Kamu pikir kalau gak jualan mau makan darimana kita hari dan bulan berikutnya?"

"Maksudnya kamu mau buka gerai makanan lagi?"

"Ya iyalah, aku mau buka gerai ayam geprek lagi. Anggap saja dimulai dari nol dah kayak pom bensin pindah."

"Oh ya udah kalau gitu. Baguslah, setidaknya keluarga kita ada pemasukan." Aku menatap ke arah mas Andra yang berujar dengan tidak tahu malunya itu. .

"Lah, ngapa kamu yang girang? Aku yang jualan kok."

"Ya giranglah soalnya kita masih bisa hidup dari hasil jualanmu."

"Dan jangan lupa separuh dari hasil keuntunganmu berikan sama Ibu. Karena Ibu yang sudah melahirkan Andra. Kamu sebagai menantu harus berbakti pada Ibu. Paham!"

Aku menatap jengah pada kedua manusia tidak tahu malu yang satu bentukannya udah persis kayak kerupuk pasir kadaluarsa dan satu lagi persis kayak cindil kecemplung minyak. Klimisnya bukan main.

"Situ waras? Apa baru saja keluar dari rumah sakit jiwa? Kurasa Ibu mesti cek kejiwaan di RSJ deh. Dan jauh-jauh dari aku takut nular soalnya."

"Tutup mulutmu Kinan! Gak sopan banget ngatain Ibu ini gila!"

"Lah memangnya aku ada bilang kalau Ibu gila? Enggak kan? Ibu aja tuh yang berasumsi. Tapi baguslah setidaknya Ibu sadar diri kalau memang gila."

"Andra! Kasih istrimu ini pelajaran! Dasar menantu kurang ajar! Kalau gak punya orang tua yang begini hasilnya! Gak punya tata krama sama sekali!"

"Kalau aku gak punya tata krama lalu Ibu apa? Gak punya otak? Kurasa saat pembagian otak keluarga kalian itu gak dapat jatah kupon kayaknya. Makanya kosong gak ada isinya jadi pantas kalau apa-apa ininya gak dipake." Aku menunjuk pelipisku dengan tangan.

"Sudahlah Kinan. Apa kamu gak capek ngajak ribut terus dari kemarin? Apa salahnya sih ikuti saja kemauan Ibuku?"

"Dih najis!

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status