Buktikan kalau hutang itu memang benar aku yang melakukannya. Maka dengan lapang dada aku akan melunasinya. Apakah kalian punya bukti kalau hutang itu atas namaku atau nama suamiku?" Bungkam. Baik Eka maupun Bu Nuri tak ada yang membuka mulutnya atas pertanyaan Kinan barusan. Keduanya seolah-olah kehabisan kata dan mati kutu akibat ucapan Kinan. "Kenapa diam? Ayo jawab? Buktikan kalau memang apa yang kalian ucapkan itu adalah benar maka aku akan membayarnya dengan senang hati." Kinan menyeringai menatap kedua wanita bertubuh tambun itu. "Ya mana ada Ibu buktinya orang debt kolektornya hanya datang ke rumah sambil marah-marah. Cuma tadi mereka sodorkan sebuah catatan hutang atas namamu dengan nominal segitu. Lagian kamu memangnya ada duit segitu apa? Gaya banget pake sok bilang mau dibayar. " Bu Nuri mencebik menjawab ucapan Kinan. "Uang segitu mah kecil buatku, Bu, Ibu lihat sendiri kan kalau pelanggan gerai ayamku ramai banget? Uang segitu mah gak ada artinya buat aku.""Oh ya?
"Iya saking rata-ratanya aku sampai enek mau ngeliatnya. Biarpun Kinan cantiknya enggak di atas rata-rata rapi aku cinta dia. Sebaiknya kalian pulang saja, kalian sudah dengar kan Kinan tadi ngomong apa. Dan lagi aku gak akan ninggalin Kinan demi wanita yang Mbak jodohkan. Perempuan kayak alien kok mau Mbak jodohkan sama aku. Jangankan menikah sama dia untuk dekat-dekat saja aku ngeri. Hiii.""Hahahaha, dengar sendiri kan? Mas Andraku memilih aku yang cantiknya tidak di atas rata-rata. Lagian kenapa Mbak repot-repot mau jodohin Mas Andra sih! Coba aja Mbak jodohin Mas Fatih. Kan dia sama gantengnya juga secara mereka saudara kan. Nah nanti tinggal Mbak Eka yang menikmati uangnya. Kalau aku sama Mas Andra mah udah cukup hidup begini. Gak muluk-muluk mau yang wah yang penting gak punya hutang." Kinan tersenyum penuh arti. "Sudahlah, Bu, Mbak, sebaiknya kalian pergi kan sudah aku bilang jangan ganggu kita lagi.""Durhaka kamu, Ndra! Sama Ibumu sendiri kamu ngusir? Setidaknya kami dianta
"Bu, jangan-jangan …." Eka menjeda ucapannya. Ia saling pandang dengan Bu Nuri. Hingga sepersekian detik kemudian Eka langsung saja setengah berlari masuk ke dalam rumah. "Mas Fatih?! Heh kamu siapa!" pekik Eka saat tidak mendpati Fatih ada di sana melainkan seorang wanita berambut sebahu yang terlihat lurus duduk di sofa dan membelakangi pintu utama. "Lho, Eka? Ada apa kok teriak-teriak sih?!" Fatih yang entah dari mana datang tergopoh-gopoh menghampiri Eka yang sudah terlihat marah. Ia pun berjalan mendekati si perempuan yang masih duduk di tempatnya tanpa sekalipun menoleh ke arah Eka. "Heh perempuan sundal! Berani sekali kamu datang me rumah pria yang bersuami! Apa segitu gak lakunya kamu sampai-sampai suami orang pun kamu embat!" "Dek, Dek, please diam dulu. Akan aku jelaskan, ini gak seperti yang kamu bayangin, Dek. Please." Fatih mencoba meraih tubuh tambun Eka dan berniat menariknya ke dalam dekapannya. Namun, Eka menepis tangan itu dan ia kembali mendekati si perempuan t
"Mas ayo buruan keburu siang!" Eka memanggil Fstih. Keduanya berniat untuk ke showroom Selena. Tentu saja untuk mengambil uang yang Selena janjikan. "Iya bawel ah, ini lho tadi perut Mas sakit.""Sekarang masih sakit gak? Jangan nanti di jalan malah ngebrok.""Enak aja. Dikira aku anak bayi apa asal mencret. Udah yuk ah buruan." Eka pun membonceng sang suami dengan gaya duduk menyamping. Namun, belum pas Eka mendaratkan bokongnya di jok penumpang tiba-tiba saja Fatih menge-gas motor maticnya itu. NggeeengggGubrak!"Wadaw! Mas kamu apa-apaan sih!" pekik Eka sembari meringis karena merasakan sakit di vokongnya itu. Fatih yang mendengar suara berdebam keras pun menoleh ke arah belakang. Ia terkejut mendapati sang istri sudah terduduk di tanah. "Kamu ngapain malah ngedeprok di situ? Bukannya tadi sudah naik?""Ngedeprok gundulmu pecengis! Aku belum duduk kamu main gas aja ya jatuh lah aku.""Jadi suara gedebukan tadi dari kamu? Mas kira ada ban mobil mbledos.""Biji matamu soak! Lain
"Wajar aja cantik banget. Aku gak nyangka kalau diia akan berubah secantik ini, mana kaya lagi," batin Fatih berkata. "Yuk masuk." Selena mengajak Eka dan Fatih tapi hanya Eka saja yang berjalan sedangkan Fatih masih terdiam di tempatnya. "Mas, kamu ngapain di situ! Ayo masuk!" "Ah, i-iya hehehehe." Fatih pun akhirnya mengikuti kedua wanita itu masuk ke dalam showroom. "Nih uang yang Ibu kalian butuhkan. Anggap saja ini uang depe dariku asalkan Mas Andra mau denganku. Yah, kalian tahu sendiri kan aku ini sudah usia segini tapi belum punya pasangan.""Ah tenang saja, itu soal gampang. Apalagi kamu udah glow up begini kan?" Eka memasukkan amplop coklat yang cukup tebal itu ke dalam tasnya. "Jadi, kapan kalian bisa ketemukan aku sama Mas Andra? Aku gak sabar invin lihat dia terpesona sama perubahan aku.""Secepatnya. Gumana kalau besok? Besok kita datang ke gerainya sebagai pembeli. Kamu borong itu dagangan istrinya biar Andra tahu kalau kamu levelnya di atas istrinya. Apaagi peruba
"Astaga, Mas! Itu beneran artinya itu?" Kinan membelalak karena terkejut kalau apa yanv diuacapkannya tempo hari pada tetangfany yang orang Jawa itu ternyaa nemiliki arti seperti itu. "Iya, Sayang, artinya memang seperti itu. Lagian kamu dapat bahasa itu dari mama sih? Perasaan Mas gak pernah deh kasih tau kamu?""Dari Laras, Mas. Kan dia orang jawa juga. Katanya gini 'Kinan, kamu kalau ketemu orang jawa yang lebih tua bilang aja amit, silitku mambu' gitu katanya. Wah kurang ajar si Laras. Bener-bener emang dia malah ngajarin aku yang enggak-enggak.""Hahahahaha, lah lagian kamu bukannya cari info dulu apa artinya malah main percaya aja. Udah tau si Laras itu kan usil orangnya." "Ya aku kira soal beginian dia nggak bercanda, Mas, sialan bener tuh si Laras. Liat aja ntar aku balas dia.""Hahahahah, udah anggep aja perkenalan bahasa jawa ke kamu. Ekhem ….""Kamu kenapa, Mas? Batuk? Atau sakit tenggorokan.""Ah, bukan itu. Tapi yang satu itu lho. Yuk ah, kita gass lagi.""Dikira orang
"Mas Andra jangan pergi dong! Aku kan sengaja datang ke sini buat nemuin Mas Andra! Aku tuh kangen tau. Daripada Mas jualan ayam mendingan Mas bantuin aku jualan mobil di showroomku. Mana tempatnya enak kan ber-ac." Mata Kinan mendelik melihat keberanian Selena yang tiba-tiva saja memeluk suaminya. "Woy apa-apaan nih! Kamu itu siapa? Datang nggak dijemput dan gak diundang. Dasar kuntilanak sawah!""Apaan sih! Situ iri ya karena aku bisa meluk Ms Andra?""Iri-iri gundulmu peyang! Dia suamiku ya jelas aku marah Markonih! Lepas gak tuh tangan!" "Gak! Aku gak mau lepas kalau Mas Andra belum jawab setuju buat ikut aku ke showroom dan tinggal sama aku." Selena semakin mengeratkan pelukannya pada tubuh Andra. Andra sejak tadi sudah berusaha melepaskan tangan perempuan itu tapi, entah kenapa susah sekali dibukanya. "Wooo bener-bener nih upilnya genderuo cari masalah! Belum tau saja dia siapa Kinan!"Sreett ….Kinan menarik paksa tangan Selena dari perut Andra lalu menghempaskannya hingga
"Ah Mas bisa saja, aku jadi malu. Padahal aku gak cantik-cantik amat." Selena tersenyum manis ke arah Fatih. Saat inilah Fatih beraksi karena merasa umpannya sudah ditangkap ikan pancingannya. Dan ia hanya tinggal tarik saja. "Ih aku tuh serius tau. Kamu lihat deh si Eka, udah badannya besar, lemak di mana-mana. Eh galak lagi tuh. Sebenarnya aku bosan sama dia tapi gimana ya, kita sudah ada anak sih."Selena hanya mengangguk-angukkan kepala tanda ia menanggapi ucapan Fatih. "Ya seharusnya Eka itu juga merawat dirinya sih, secara dia itu kan punya suami yang ganteng kayak Mas nya.""Ah masa aku ganteng sih?""Iya Mas itu ganteng mana penyayang istri lagi. Eka beruntung banget dapetin kamu.""Sayangnya aku yang kayak sial ya beristrikan dia. Seandainya saja istriku adalah kamu, aku pasti dangat senang.""Maksudnya, Mas?""Emmm sebenarnya aku tuh ada perasaan sama kamu sejak pandangan pertama."Selena menutup mulut dengan kedua tangannya. Ia membelalakkan mata sembari menatap Fatih. Ia