Share

4. HARI PERTUNANGAN

Satu minggu berlalu sejak pertemuannya dengan Venus di taman kota hari itu, Suci sangat bahagia ketika menyadari kalau Venus tidak sedingin yang dia kira.

Hari itu, Suci memperbincangkan banyak hal dengan Venus. Bahkan untuk pertama kalinya Suci mendengar Venus tertawa.

Suci bersyukur jika pada akhirnya, hubungan antara dirinya dengan Venus mengalami kemajuan. Setidaknya, perasaan bersalah yang selama ini terus menggerogoti hati Suci kian terkikis sedikit demi sedikit. Suci tak akan menyerah untuk terus berjuang dan berjuang demi kebahagiaan Venus.

Dan hari ini, adalah hari dimana dirinya dan Venus akan bertunangan.

Sudah sejak satu jam yang lalu, tiga orang penata rias pilihan Mama berkutat di kamar untuk mendandani sang calon pengantin.

Mama senantiasa menemani.

Senyumnya terus terkulum dari wajah cantiknya yang terlihat awet muda.

Nyonya Liliana Diningrat, Ibunda dari Raja Venus Diningrat, merasa sangat bahagia jika pada akhirnya, Suci bisa menjadi menantu dalam keluarga Diningrat. Liliana sama sekali tidak mempermasalahkan perihal keterbatasan Suci.

Sebab, jika bukan karena ulah Venus, mungkin Suci masih bisa melihat. Dan anggap saja, perjodohan ini adalah bentuk timbal balik Venus demi menyelamatkan masa depan Suci yang sudah anak itu hancurkan.

Liliana hanya ingin mengajarkan Venus tentang bagaimana caranya bertanggung jawab atas kesalahan yang telah dia perbuat di masa lalu. Anak itu perlu diberi pelajaran. Sebab jika tidak, Venus selalu saja bertingkah seenak jidatnya sendiri.

Bersama Suci, Liliana berharap Venus bisa menjadi sosok lelaki yang lebih baik di masa depan.

"Oke, sudah selesai ya Cyin, ih cucok deh," ucap Mike, salah satu banci yang menjadi penata rias Suci.

Liliana bangkit dari kursinya dan berjalan menghampiri Suci.

Senyumnya semakin lebar tatkala mendapati betapa cantiknya sang calon menantunya itu.

"Kamu itu seperti seorang bidadari yang turun dari kahyangan, Suci," ucap Liliana sambil mengusap-usap bahu Suci. Wanita paruh baya itu berdiri di belakang Suci yang duduk menghadap cermin.

"Ah Mama bisa aja," jawab Suci malu-malu.

"Mama yakin setelah Venus melihat kamu malam ini, sikapnya pasti akan langsung berubah ke kamu."

"Mas Venus emang udah berubah kok Mah," timpal Suci cepat.

"Oh ya?"

"Iya, satu minggu yang lalu, Suci baru aja diajak jalan-jalan seharian sama Mas Venus, ditemani Roger juga," beritahu Suci dengan wajah semringah.

"Ya ampun, kok kamu nggak cerita sama Mama?" kedua bola mata Liliana terbelalak lebar. Dia menarik kursi lain dan duduk di sisi kiri Suci, seolah tak sabar ingin mendengarkan cerita Suci mengenai kemajuan hubungan anak dan calon menantunya saat ini.

Padahal, Liliana sempat dibuat naik pitam oleh kelakuan Venus selama ini, ketika Venus dengan teganya mengabaikan Suci tanpa mau menyisihkan sedikit pun waktu untuk mengenal lebih dekat calon istrinya itu.

"Mas Venus juga udah minta maaf kok sama Suci karena selama ini dia terlalu sibuk sama pekerjaannya jadi tidak bisa meluangkan waktu untuk Suci," Suci menunduk malu ketika bercerita.

"Cie, itu tandanya Venus udah mulai tertarik sama kamu sayang. Mama bener-bener seneng deh dengernya."

Liliana masih asik bergosip dengan Suci ketika sebuah suara tiba-tiba mengejutkan mereka.

Tuan Adhiguna, suami Liliana yang merupakan Ayah Venus masuk dengan langkah tergesa.

"Aduh, kenapa bidadari ini masih Mama umpetin di sini? Tamu sudah banyak yang bertanya-tanya di mana calon pengantinnya Venus, ayo sayang, kita keluar," Adhiguna menarik lembut pergelangan tangan Suci untuk membantunya bangun dari kursi rias.

Dengan langkah anggun, Suci dibimbing keluar dari kamar menuju lokasi pusat acara pertunangannya dengan Venus.

Sepanjang perjalanan, Suci bisa mendengar beberapa kalimat yang dilontarkan para tamu undangan yang memuji kecantikannya. Meski ada beberapa bisik-bisik tetangga yang membicarakan perihal kekurangan yang dimilikinya.

Apapun yang terjadi, Suci tetap berusaha tersenyum dan terus melangkah dengan penuh percaya diri.

Bersama kedua orang tua angkatnya, Suci merasa beban yang menggantung di kepalanya kian menghilang, sebab yang ada hanya kebahagiaan.

Kebaikan Liliana dan Adhiguna membuat Suci merasa tak kehilangan sosok kedua orang tua dalam hidupnya. Sebab, kasih sayang mereka yang berlimpah ruah pada Suci.

"Ssst, calon tuh," bisik seorang wanita bernama Hanni, menyenggol lengan Venus yang saat itu sedang asik bercakap dengan beberapa relasi bisnisnya. Hanni sendiri adalah sahabat dekat Venus.

Venus pun menoleh ke arah tangga.

Lelaki itu terpaku di tempatnya berdiri.

"Wah, cantik sekali calon istri Pak Venus?" puji salah satu karyawan Venus di kantor.

"Beruntungnya Pak Venus ini," sambung lelaki lain.

Saat itu, detik itu, dunia Venus seolah berhenti berputar.

Tepat ketika sepasang netranya menatap ke arah Suci yang berjalan anggun dengan kedua tangan digandeng oleh orang tuanya.

Suci yang terus melempar senyuman indah yang dia miliki ke segala penjuru ruangan.

Sebuah senyuman yang berhasil menghipnotis semua orang.

Termasuk Venus.

Ternyata benar apa yang dikatakan Roger sang asisten tentang sosok Suci pada Venus satu minggu yang lalu.

*

"Yakin Bos nggak mau ketemu sama Nona Suci?"

"Kalau sekali gue bilang nggak, ya tetep nggak! Gue sama sekali nggak tertarik sama cewek buta itu!"

"Awas nyesel loh Bos. Soalnya aslinya Nona Suci itu cantiknya udah melebihi artis lokal, Bos. Kalau Bos izinin, saya mau gantiin Mars jadi suami sewaan Nona Suci," jawab Roger dengan kekehan geli hingga setelahnya sebuah pulpen besi mendarat tepat di kepalanya.

*

Saat Adhiguna sudah sampai di hadapam Venus dan mempersilahkan Venus menggandeng lengan Suci, detik itu juga, Venus merasakan detak jantungnya yang berdegup tak beraturan.

Venus merasa kewalahan mengimbangi dentuman kencang di dadanya yang kian menggila.

Gila! Perasaan apa ini?

Kenapa gue jadi nerveous begini di depan orang buta?

Sialan!

Umpat Venus dalam hati.

Saat itu, Suci dan Venus sudah berdiri berhadapan di dampingi Adhiguna dan Liliana yang langsung memberikan sepasang cincin pertunangan pada Venus.

Adhiguna membuka acara itu dengan memberikan sambutan bahagianya.

Venus dan Suci masih saling diam hingga akhirnya, Venus melihat ujung anting yang Suci kenakan tersangkut di pita yang dikenakan menghias rambut Suci.

Reflek, tangan lelaki itu bergerak untuk melepaskan tautannya, hingga tanpa sengaja, tangan Venus menyentuh bahu Suci, membuat wanita itu sedikit terkejut.

"Oh, sorry, antingmu tersangkut," ucap Venus tak enak hati.

Begitu mendengar suara Venus, senyuman lebar di wajah Suci mendadak hilang dalam sekejap.

Wajahnya terlihat bingung.

Meski suara Venus terdengar pelan di tengah suara riuh para hadirin dan pidato Adhiguna, namun, Suci yakin bahwa suara Venus yang dia dengar tadi, berbeda dengan suara Venus yang dia dengar minggu lalu di pertemuan pertama mereka.

Entah kenapa, perasaan Suci mendadak jadi kacau.

*****

Hayo, siapa yang Baper???

Jangan lupa vote dan komentnya...

Salam herofah...

Komen (2)
goodnovel comment avatar
La_ Tofan
mulai seru min
goodnovel comment avatar
alfira ananda
kayaknya bakal seru nih
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status