Satu minggu berlalu sejak pertemuannya dengan Venus di taman kota hari itu, Suci sangat bahagia ketika menyadari kalau Venus tidak sedingin yang dia kira.
Hari itu, Suci memperbincangkan banyak hal dengan Venus. Bahkan untuk pertama kalinya Suci mendengar Venus tertawa.Suci bersyukur jika pada akhirnya, hubungan antara dirinya dengan Venus mengalami kemajuan. Setidaknya, perasaan bersalah yang selama ini terus menggerogoti hati Suci kian terkikis sedikit demi sedikit. Suci tak akan menyerah untuk terus berjuang dan berjuang demi kebahagiaan Venus.Dan hari ini, adalah hari dimana dirinya dan Venus akan bertunangan.Sudah sejak satu jam yang lalu, tiga orang penata rias pilihan Mama berkutat di kamar untuk mendandani sang calon pengantin.Mama senantiasa menemani.Senyumnya terus terkulum dari wajah cantiknya yang terlihat awet muda.Nyonya Liliana Diningrat, Ibunda dari Raja Venus Diningrat, merasa sangat bahagia jika pada akhirnya, Suci bisa menjadi menantu dalam keluarga Diningrat. Liliana sama sekali tidak mempermasalahkan perihal keterbatasan Suci.Sebab, jika bukan karena ulah Venus, mungkin Suci masih bisa melihat. Dan anggap saja, perjodohan ini adalah bentuk timbal balik Venus demi menyelamatkan masa depan Suci yang sudah anak itu hancurkan.Liliana hanya ingin mengajarkan Venus tentang bagaimana caranya bertanggung jawab atas kesalahan yang telah dia perbuat di masa lalu. Anak itu perlu diberi pelajaran. Sebab jika tidak, Venus selalu saja bertingkah seenak jidatnya sendiri.Bersama Suci, Liliana berharap Venus bisa menjadi sosok lelaki yang lebih baik di masa depan."Oke, sudah selesai ya Cyin, ih cucok deh," ucap Mike, salah satu banci yang menjadi penata rias Suci.Liliana bangkit dari kursinya dan berjalan menghampiri Suci.Senyumnya semakin lebar tatkala mendapati betapa cantiknya sang calon menantunya itu."Kamu itu seperti seorang bidadari yang turun dari kahyangan, Suci," ucap Liliana sambil mengusap-usap bahu Suci. Wanita paruh baya itu berdiri di belakang Suci yang duduk menghadap cermin."Ah Mama bisa aja," jawab Suci malu-malu."Mama yakin setelah Venus melihat kamu malam ini, sikapnya pasti akan langsung berubah ke kamu.""Mas Venus emang udah berubah kok Mah," timpal Suci cepat."Oh ya?""Iya, satu minggu yang lalu, Suci baru aja diajak jalan-jalan seharian sama Mas Venus, ditemani Roger juga," beritahu Suci dengan wajah semringah."Ya ampun, kok kamu nggak cerita sama Mama?" kedua bola mata Liliana terbelalak lebar. Dia menarik kursi lain dan duduk di sisi kiri Suci, seolah tak sabar ingin mendengarkan cerita Suci mengenai kemajuan hubungan anak dan calon menantunya saat ini.Padahal, Liliana sempat dibuat naik pitam oleh kelakuan Venus selama ini, ketika Venus dengan teganya mengabaikan Suci tanpa mau menyisihkan sedikit pun waktu untuk mengenal lebih dekat calon istrinya itu."Mas Venus juga udah minta maaf kok sama Suci karena selama ini dia terlalu sibuk sama pekerjaannya jadi tidak bisa meluangkan waktu untuk Suci," Suci menunduk malu ketika bercerita."Cie, itu tandanya Venus udah mulai tertarik sama kamu sayang. Mama bener-bener seneng deh dengernya."Liliana masih asik bergosip dengan Suci ketika sebuah suara tiba-tiba mengejutkan mereka.Tuan Adhiguna, suami Liliana yang merupakan Ayah Venus masuk dengan langkah tergesa."Aduh, kenapa bidadari ini masih Mama umpetin di sini? Tamu sudah banyak yang bertanya-tanya di mana calon pengantinnya Venus, ayo sayang, kita keluar," Adhiguna menarik lembut pergelangan tangan Suci untuk membantunya bangun dari kursi rias.Dengan langkah anggun, Suci dibimbing keluar dari kamar menuju lokasi pusat acara pertunangannya dengan Venus.Sepanjang perjalanan, Suci bisa mendengar beberapa kalimat yang dilontarkan para tamu undangan yang memuji kecantikannya. Meski ada beberapa bisik-bisik tetangga yang membicarakan perihal kekurangan yang dimilikinya.Apapun yang terjadi, Suci tetap berusaha tersenyum dan terus melangkah dengan penuh percaya diri.Bersama kedua orang tua angkatnya, Suci merasa beban yang menggantung di kepalanya kian menghilang, sebab yang ada hanya kebahagiaan.Kebaikan Liliana dan Adhiguna membuat Suci merasa tak kehilangan sosok kedua orang tua dalam hidupnya. Sebab, kasih sayang mereka yang berlimpah ruah pada Suci."Ssst, calon tuh," bisik seorang wanita bernama Hanni, menyenggol lengan Venus yang saat itu sedang asik bercakap dengan beberapa relasi bisnisnya. Hanni sendiri adalah sahabat dekat Venus.Venus pun menoleh ke arah tangga.Lelaki itu terpaku di tempatnya berdiri."Wah, cantik sekali calon istri Pak Venus?" puji salah satu karyawan Venus di kantor."Beruntungnya Pak Venus ini," sambung lelaki lain.Saat itu, detik itu, dunia Venus seolah berhenti berputar.Tepat ketika sepasang netranya menatap ke arah Suci yang berjalan anggun dengan kedua tangan digandeng oleh orang tuanya.Suci yang terus melempar senyuman indah yang dia miliki ke segala penjuru ruangan.Sebuah senyuman yang berhasil menghipnotis semua orang.Termasuk Venus.Ternyata benar apa yang dikatakan Roger sang asisten tentang sosok Suci pada Venus satu minggu yang lalu.*"Yakin Bos nggak mau ketemu sama Nona Suci?""Kalau sekali gue bilang nggak, ya tetep nggak! Gue sama sekali nggak tertarik sama cewek buta itu!""Awas nyesel loh Bos. Soalnya aslinya Nona Suci itu cantiknya udah melebihi artis lokal, Bos. Kalau Bos izinin, saya mau gantiin Mars jadi suami sewaan Nona Suci," jawab Roger dengan kekehan geli hingga setelahnya sebuah pulpen besi mendarat tepat di kepalanya.*Saat Adhiguna sudah sampai di hadapam Venus dan mempersilahkan Venus menggandeng lengan Suci, detik itu juga, Venus merasakan detak jantungnya yang berdegup tak beraturan.Venus merasa kewalahan mengimbangi dentuman kencang di dadanya yang kian menggila.Gila! Perasaan apa ini?Kenapa gue jadi nerveous begini di depan orang buta?Sialan!Umpat Venus dalam hati.Saat itu, Suci dan Venus sudah berdiri berhadapan di dampingi Adhiguna dan Liliana yang langsung memberikan sepasang cincin pertunangan pada Venus.Adhiguna membuka acara itu dengan memberikan sambutan bahagianya.Venus dan Suci masih saling diam hingga akhirnya, Venus melihat ujung anting yang Suci kenakan tersangkut di pita yang dikenakan menghias rambut Suci.Reflek, tangan lelaki itu bergerak untuk melepaskan tautannya, hingga tanpa sengaja, tangan Venus menyentuh bahu Suci, membuat wanita itu sedikit terkejut."Oh, sorry, antingmu tersangkut," ucap Venus tak enak hati.Begitu mendengar suara Venus, senyuman lebar di wajah Suci mendadak hilang dalam sekejap.Wajahnya terlihat bingung.Meski suara Venus terdengar pelan di tengah suara riuh para hadirin dan pidato Adhiguna, namun, Suci yakin bahwa suara Venus yang dia dengar tadi, berbeda dengan suara Venus yang dia dengar minggu lalu di pertemuan pertama mereka.Entah kenapa, perasaan Suci mendadak jadi kacau.*****Hayo, siapa yang Baper???Jangan lupa vote dan komentnya...Salam herofah...Sejak dirinya resmi bertunangan dengan Suci, paras cantik nan paripurna milik gadis tunanetra itu seolah terus menghantui pikiran Venus.Merasa sosok Suci seperti tidak asing, Venus terus bertanya-tanya sendiri tentang apa yang sebenarnya terjadi dengan dirinya saat ini.Kenapa pikirannya tak bisa lepas dari sosok Suci?Kenapa dirinya seolah merindu ingin bertatapan lagi dengan Suci?Ada apa dengan dirinya sebenarnya?Venus bahkan sudah meyakinkan dirinya sejak jauh-jauh hari sebelum hari pertunangan itu berlangsung bahwa dirinya tak akan mungkin terpesona apalagi terpikat pada sosok Suci.Tapi nyatanya, semua yang terjadi justru mengatakan hal yang sebaliknya.Sosok Suci sukses membuat Venus tak mampu berpaling, bahkan setelah dia menghindar terlalu lama. Hanya dalam waktu beberapa jam saja pertemuan mereka, Venus langsung jatuh pada sosok wanita buta yang selama ini dia hindari.Merasa frustasi dengan keadaan, seperti biasa, Venus pun membooking wanita bayaran kelas atas melalui Rog
Hari ini, Venus berulang tahun.Berkat bantuan Liliana dan Adhiguna, Suci kini sudah berada di apartemen Venus tanpa sepengetahuan pemiliknya.Suci hendak membuat surprise untuk Venus.Dan semua ide ini bermula dari Liliana dan Adhiguna sendiri.Setelah mengantar Suci ke apartemen sang anak, lalu Liliana membantu Suci memasak sejenak, kedua orang tua itu pun pamit pada Suci sebab sore ini mereka harus kembali terbang ke Swiss untuk melanjutkan pengobatan yang dijalani Liliana."Kenapa sih Mama harus pergi lagi? Kenapa Mama tidak menjalani pengobatan di Indonesia saja Ma?" ucap Suci dengan bibir cemberut."Sayang, Mama melakukan ini semata-mata karena Mama ingin hidup lebih lama lagi, semua Mama lakukan demi kamu dan Venus, karena pengobatan di sana lebih bagus, lebih canggih. Mama nggak mau melewati masa-masa emas sebagai seorang nenek di mana Mama harus terbaring di tempat tidur tanpa bisa ikut menimang cucu-cucu Mama nanti," jawab Liliana dengan sikap lembutnya.Suci mengesah berat.
Hidangan sudah tersedia rapi di meja makan ketika Venus sampai di apartemen tepat seperti perkiraan Suci.Wanita tunanetra itu sigap berdiri untuk menyambut kepulangan Venus.Kebetulan, Suci memang menunggu Venus di ruang tamu apartemen."Mas Venus?" sapa Suci seraya menoleh ke arah suara pintu yang baru saja terbuka.Lelaki berkemeja krem itu terlihat sangat terkejut mendapat sambutan dari orang lain, selain Hanni di dalam apartemen pribadinya. Venus sama sekali tak menyangka akan keberadaan Suci di apartemennya hari ini.Kegugupan kian meraja dalam benak Venus, terlebih saat dilihatnya Suci tampil begitu anggun dengan gaun indah sebatas dengkul yang tampak manis di tubuhnya yang mungil."Ada perlu apa?" tanya Venus sinis. Berusaha keras untuk tetap bersikap wajar."Maaf kalau aku lancang, aku cuma ingin memberi surprise di hari ulang tahunmu. Aku sudah masak masakan kesukaanmu, nanti kita makan malam bersama ya Mas?" ucap Suci lagi menjelaskan maksud kedatangannya.Sayangnya, ucapan
Seorang lelaki masuk secara paksa ke dalam kamar seorang wanita yang sudah dia kenal sejak kecil.Seorang wanita yang selama ini tinggal dan hidup bersamanya dalam satu atap yang sama.Seorang wanita yang begitu dia cintai, tapi selalu menolaknya.Seorang wanita yang begitu dia sayang, tapi tak pernah mau melihat ke arahnya.Dan Venus muak!Venus muak dengan semua keangkuhan Suci."Venus? Lo mau apa?" Tanya Suci kaget ketika Venus tiba-tiba masuk ke dalam kamarnya bahkan tanpa mengetuk pintu lebih dulu.Suci yang sedang berpakaian langsung menutupi bagian tubuh atasnya yang hanya mengenakan tank top saja."KELUAR! KELUAR!" Hardik Suci dengan wajah marah.Sayangnya Venus tidak mau mendengar perintahnya. Lelaki itu terus saja melangkah ke arahnya.Tubuh Suci sudah terdesak ke dinding ketika Venus kini mengunci tubuhnya dengan ke dua tangan. Ekspresi wajah lelaki itu tak jauh beda dengan wajah Suci.Tatapan mereka sama-sama menyiratkan kemarahan di sana."Apa salah gue? Apa kurangnya gue?
Seorang lelaki masih asik menikmati sebotol vodka di tangan. Menenggaknya hingga habis lalu kembali memesan botol berikutnya.Suara dentuman house music dan cahaya lampu disco membuat dirinya yang mulai teler ikut menggerakkan kepalanya mengikuti alunan musik.Di tengah usahanya untuk mencoba menikmati asiknya irama disco, siluet bayangan seorang pelacur murahan yang telah berani mempermainkan dirinya terus saja teringat dalam ingatannya."Brengsek!" Venus menggeram. Dia membanting botol Vodka ke meja bar hingga menarik perhatian beberapa pengunjung Club lain."Kenapa Bos? Kok marah-marah?" tanya Kevin sang bartender Club."Nggak apa-apa!" jawab Venus acuh. Dia kembali menenggak minumannya."Tumben udah satu bulan nggak booking barang koleksi Mami Talita. Banyak barang baru loh Bos, bening-bening, mulus, bodynya kayak gitar spanyol," beritahu Kevin, lelaki itu terkekeh pelan.Venus tersenyum kecut."Gue lagi puasa," sahutnya dengan suara lantang lalu dia tertawa.Kevin jadi geleng-gel
Hari pernikahan antara Suci dengan Venus akhirnya digelar.Sebuah pernikahan yang sangat mewah dan gemerlap.Momen istimewa itu terasa begitu membahagiakan bagi Suci mau pun Venus sendiri.Sejak ingatannya kembali, sikap Venus yang dingin perlahan menghangat.Dia bahkan menyambut hari bahagianya bersama Suci dengan penuh antusias. Rona bahagia tampak dari wajah tampannya yang menawan.Venus memang menyesal telah membuat Suci menderita, namun Venus pastikan setelah ini, dirinya akan menjadi satu-satunya manusia yang rela bertaruh nyawa demi Suci.Meski, dibalik semua kebahagiaannya saat ini, Venus tetap saja tak mampu menyembunyikan gurat kekhawatiran dan ketakutan akan tindakannya yang harus dia lakukan setelah ini.Ini menyangkut tentang rencana dirinya menyewa suami sewaan untuk membuat Suci hamil.Jika sebelumnya Venus menyewa Mars untuk menghamili Suci dikarenakan Venus yang memang tak berminat berbagi ranjang dengan Suci karena kondisi Suci yang cacat, tapi kali ini Venus harus t
Masa Setelah Prolog...Ini kali pertama Mars bertatap muka secara langsung dengan seorang konglomerat bernama Raja Venus Diningrat. Satu-satunya lelaki aneh yang pernah Mars kenal seumur hidupnya.Sosok Venus di mata Mars adalah seorang lelaki yang begitu gagah. Dengan kulitnya yang putih bersinar, bentuk tubuh yang atletis serta wajah yang bisa dibilang sangat tampan, tapi sayang dari tatapan mata Venus, Mars sama sekali tak melihat adanya pancaran kebahagiaan di sana.Sorot mata itu memang terkesan dingin dan angkuh, tapi menyedihkan."Kamar pengantin ada di atas. Istriku sedang menunggu Anda di sana. Anda tentu sudah mengertikan tugas yang harus Anda lakukan?" tanya Venus dengan ekspresi datar. Tatapan lelaki itu begitu tajam dan misterius.Mars mengangguk pelan."Oke, bagus kalau begitu," Venus bangkit dan berdiri dengan angkuhnya di hadapan Mars. Dia mengeluarkan segepok uang dari saku jasnya dan melemparnya ke meja tepat di depan Mars duduk."Ini uang mukanya, sisanya akan dibay
Suci tahu, kini Venus sudah tertidur di sisinya.Jika boleh jujur, Suci jelas merasa gugup. Namun entah mengapa, rasa gugup itu perlahan kian menghilang tergantikan oleh rasa kecewa.Suci tak memungkiri ada sejumput harapan di sudut hatinya bahwa malam ini dirinya dan Venus bisa melewati malam pertama mereka layaknya pengantin baru kebanyakan. Bukannya justru tidur dengan saling memunggungi satu sama lain.Bukankah Suci sudah berjanji akan menjadi seorang istri yang baik untuk Venus?Jadi apa salahnya jika dia yang memulai lebih dulu? Toh hubungan mereka sudah halal.Mungkin hanya sekedar pelukan saja tidak mengapa bagi Suci. Setidaknya, dia ingin merasakan bagaimana hangatnya dekapan sang suami. Suci hanya ingin menunjukkan bahwa dirinya sudah siap untuk benar-benar menyerahkan diri seutuhnya pada Venus.Seandainya memang Venus yang belum siap, Suci akan menunggu.Tapi untuk malam ini, Suci ingin sekali merasakan pelukan Venus.Itu saja.Perlahan tapi pasti, Suci pun menggeser tubuhn