Sejak dirinya resmi bertunangan dengan Suci, paras cantik nan paripurna milik gadis tunanetra itu seolah terus menghantui pikiran Venus.
Merasa sosok Suci seperti tidak asing, Venus terus bertanya-tanya sendiri tentang apa yang sebenarnya terjadi dengan dirinya saat ini.Kenapa pikirannya tak bisa lepas dari sosok Suci?Kenapa dirinya seolah merindu ingin bertatapan lagi dengan Suci?Ada apa dengan dirinya sebenarnya?Venus bahkan sudah meyakinkan dirinya sejak jauh-jauh hari sebelum hari pertunangan itu berlangsung bahwa dirinya tak akan mungkin terpesona apalagi terpikat pada sosok Suci.Tapi nyatanya, semua yang terjadi justru mengatakan hal yang sebaliknya.Sosok Suci sukses membuat Venus tak mampu berpaling, bahkan setelah dia menghindar terlalu lama. Hanya dalam waktu beberapa jam saja pertemuan mereka, Venus langsung jatuh pada sosok wanita buta yang selama ini dia hindari.Merasa frustasi dengan keadaan, seperti biasa, Venus pun membooking wanita bayaran kelas atas melalui Roger.Lelaki itu menunggu kedatangan wanita yang akan menjadi pemuas hasrat birahinya di dalam sebuah kamar hotel berbintang lima.Saat ini, Roger sedang dalam perjalanan menuju hotel untuk mengantarkan wanita bookingan Venus.Venus baru saja selesai mandi, masih dengan tubuh atas yang setengah basah dan bagian tubuh bawahnya yang terlilit handuk, Venus berjalan menuju pintu kamar hotelnya saat di dengarnya suara ketukan pintu dibarengi suara bel yang berbunyi.Seorang wanita berpakaian seksi dengan rambut panjang sebahu, bergelombang berwarna hitam kecoklatan, berdiri anggun di hadapan Venus."Amanda?" tanya Venus yang memang sudah diberitahu bahwa wanita yang sudah dipesan Roger untuk menemaninya malam ini bernama Amanda.Wanita di hadapan Venus mengangguk disertai senyuman tipis. Tatapannya lekat dan dalam ke arah Venus."Rogernya mana? Dia bilang mau nganter lo sampe ke sini?" tanya Venus sambil celingukan karena tak dilihatnya Roger datang bersama Amanda.Amanda melangkah maju, dengan gesture tubuhnya yang menggoda, wanita itu mengikis jaraknya dengan Venus."Pak Roger tadi izin ke toilet, katanya kebelet," bisiknya seraya masuk ke dalam kamar.Venus hanya mencebik dan mengedikkan bahu. Sudah menjadi kebiasaan Roger sejak dulu, yang selalu beser di mana pun lelaki itu berada.Begitu pintu tertutup, Venus melihat Amanda sudah membuka pakaian luarnya. Menyisakan pakaian dalam yang membalut tubuh sintal dengan warna kulitnya yang terlihat eksotis.Amanda terlihat begitu sensual dan seksi."Bisa kita mulai sekarang? Jadwal saya padat malam ini, Bos," ucap Amanda disertai tawa kecil. Wanita itu kini sudah merebahkan tubuhnya di atas ranjang besar berseprai putih yang terletak di tengah ruangan."Relax honey. Gue butuh pemanasan yang nggak sebentar!" ucap Venus disertai senyuman miring. Lelaki itu pun membuka handuk yang menutupi tubuh bagian bawahnya dan memperlihatkan miliknya yang saat itu masih tertidur.Tau apa yang diinginkan sang klien, Amanda pun dengan cepat bangkit dari tempat tidur dan merangkak ke arah Venus berdiri.Seperti seekor anjing peliharaan yang kelaparan, Amanda melahap area sensitif di antara selangkangan Venus dengan rakus.Jemari lentiknya bergerak gemulai maju dan mundur berbarengan dengan ujung lidahnya yang juga berputar-putar di ujung sana.Venus mencengkram kepala Amanda cukup keras, menjambak rambut wanita itu saat kuluman Amanda dimiliknya semakin menggila.Lenguhan panjang terdengar dari mulut Venus yang bersahutan dengan suara absurd decakan mulut Amanda di bawah sana."Argh, your mouth is amazing, Baby!" racau Venus yang semakin terhanyut dalam kenikmatan.Malam itu, sebelum dirinya benar-benar keluar, Venus pun meminta Amanda untuk menghentikan kegiatannya.Venus tak ingin menyia-nyiakan kesempatan emas untuk menikmati sesuatu yang lebih dahsyat lagi dari diri Amanda dengan memasuki wanita itu lebih dalam.Kedua insan manusia itu saling bergelung menggapai kenikmatan.Malam ini, Venus ingin pikirannya tenang dan tidak terganggu dengan sosok Suci.Persetan dengan wanita itu!Venus benar-benar tak perduli!*****Malam ini, bintang bersinar cerah.Tapi, tak secerah wajah Suci yang tampak sendu.Wanita itu masih saja bergelut dalam pikirannya akan perbedaan suara yang dia dengar dari Venus.Entah ini hanya perasaannya atau memang benar, Suci merasakan sesuatu hal aneh terjadi.Sebuah kejanggalan yang teramat nyata baginya.Yakni, di kala suara Venus yang di rasanya berubah-ubah.Individu dengan kondisi tunanetra menyimpan ingatan dalam bentuk verbatim, yang menyebabkan kemampuan lebih baik dalam mendiskriminasi suara dibandingkan orang normal. Sebab itulah, Suci yakin sekali dengan apa yang di dengarnya mengenai suara Venus yang kerap berubah-ubah.Jika di taman kota waktu itu, suara Venus terdengar lembut dan ramah, namun di malam pertunangan mereka saat itu, suara lelaki yang menjadi calon suaminya itu terdengar lebih dingin, mendekati kata serak-serak basah meski tidak sepenuhnya.Hal itu jelas menjadi perbedaan yang sangat kontras bagi Suci. Meski saat di acara pertunangan kemarin, Venus tak banyak bicara, namun, Suci tetap bisa merasakan kekentalan perbedaan suara itu. Sayangnya, nyali yang Suci miliki tak cukup banyak untuk menanyakan kebenaran tentang apa yang dia rasakan saat itu.Hingga akhirnya, Suci hanya bisa diam dengan benak yang dipenuhi tanda tanya besar.Tanda tanya besar yang sampai detik ini belum dia temukan juga jawabannya.Atau mungkin, Suci bisa tanyakan soal ini pada Roger?Sepertinya, sosok Roger adalah lelaki yang ramah."Bi, Bi Lia?" panggil Suci saat itu.Tak lama, seorang wanita tua datang dengan langkah tergopoh-gopoh menghampiri Suci di teras."Ya, Non, ada apa?" tanya Bi Lia kemudian."Bisa minta tolong teleponin ke nomor asistennya Mas Venus yang namanya Roger, Bi? Ada sesuatu yang mau Suci tanyakan ke dia," ucap Suci dengan suaranya yang lembut mendayu-dayu. Sangat kontras dengan wajahnya yang kemayu."Memang, Non Suci mau tanya apa?" tanya Bi Lia kepo."Ada deh, udah tolong teleponin aja. Nomornya ada di buku telepon kok."Bi Lia pun mengambil ponsel milik Suci dan mulai menghubungi sebuah nomor yang dilihatnya dari buku telepon.Begitu tersambung, Bi Lia langsung memberikan ponsel itu pada sang pemilik."Halo, Pak Roger?" Sapa Suci ramah."Iya, ada apa, Nona Suci? Tumben malam-malam telepon?" sambut Roger semringah."Hm, jadi gini, Pak. Ada sesuatu yang ingin saya tanyakan tentang Mas Venus pada Pak Roger," jawab Suci meski hatinya meragu. "Ini, tentang suara Mas Venus," Suci seolah menggantung kalimatnya karena terlalu bingung untuk menjelaskan.Suci hanya takut dugaannya salah."Memangnya kenapa dengan suara Pak Venus, Nona?" tanya Roger lagi meski saat itu, Roger sudah bisa menebak kemana arah pembicaraan yang hendak Suci maksudkan."Apa, saya yang salah dengar atau memang suara Venus suka berubah-ubah ya?" jelas Suci yang akhirnya berhasil mengungkapkan kebingungannya. "Sebab, suara Venus yang saya tangkap saat pertama kali bertemu dengannya di taman bersama Pak Roger waktu itu, terdengar berbeda dengan suara Mas Venus saat kami kembali bertemu di hari pertunangan kemarin," tambah Suci panjang lebar.Roger berdehem pelan. Dia bahkan sudah menyiapkan jawaban sejak tadi."Jadi begini Nona Suci, kebetulan, Pak Venus itu memiliki penyakit radang kambuhan. Sudah tidak aneh lagi kalau suara Pak Venus jadi berubah-ubah seperti itu," jelas Roger meyakinkan.Suci kembali terdiam. Berharap, apa yang dikatakan Roger memang benar adanya tanpa ada sesuatu yang lelaki itu tutupi darinya.Entah kenapa, Suci merasa kejanggalan ini bukan hanya sekadar kebetulan belaka.*****Pagi itu, Venus terbangun dari tidur dengan tubuh yang lebih bugar setelah dia berolahraga malam di ranjang bersama Amanda.Lelaki itu bangkit dari tempat tidur seraya melakukan peregangan otot tubuhnya.Perut sickpacknya yang sempurna tampak nyata karena Venus tertidur masih dalam kondisi tak berbusana.Permainannya dengan Amanda sangat menguras tenaganya, itulah sebabnya, Venus langsung tertidur setelah dia selesai menstransfer sejumlah dana ke rekening Amanda sebagai tips.Sebuah kertas yang tergeletak di nakas menarik perhatian Venus.Dilihatnya dengan seksama isi surat itu.Seketika kening lelaki itu berkerut samar, dibarengi dengan kedua bola matanya yang terbelalak hebat.Selesai membaca isi tulisan yang tertera di dalam kertas tersebut, tangan Venus seketika gemetaran. Wajah lelaki itu mendadak pucat.Membuang kertas itu ke lantai, Venus meraih cepat ponselnya.Lelaki itu harus segera menelepon Roger.*****Semoga masih setia ikutin cerita ini ya...Jangan lupa vote dan koment...Salam herofah...Hari ini, Venus berulang tahun.Berkat bantuan Liliana dan Adhiguna, Suci kini sudah berada di apartemen Venus tanpa sepengetahuan pemiliknya.Suci hendak membuat surprise untuk Venus.Dan semua ide ini bermula dari Liliana dan Adhiguna sendiri.Setelah mengantar Suci ke apartemen sang anak, lalu Liliana membantu Suci memasak sejenak, kedua orang tua itu pun pamit pada Suci sebab sore ini mereka harus kembali terbang ke Swiss untuk melanjutkan pengobatan yang dijalani Liliana."Kenapa sih Mama harus pergi lagi? Kenapa Mama tidak menjalani pengobatan di Indonesia saja Ma?" ucap Suci dengan bibir cemberut."Sayang, Mama melakukan ini semata-mata karena Mama ingin hidup lebih lama lagi, semua Mama lakukan demi kamu dan Venus, karena pengobatan di sana lebih bagus, lebih canggih. Mama nggak mau melewati masa-masa emas sebagai seorang nenek di mana Mama harus terbaring di tempat tidur tanpa bisa ikut menimang cucu-cucu Mama nanti," jawab Liliana dengan sikap lembutnya.Suci mengesah berat.
Hidangan sudah tersedia rapi di meja makan ketika Venus sampai di apartemen tepat seperti perkiraan Suci.Wanita tunanetra itu sigap berdiri untuk menyambut kepulangan Venus.Kebetulan, Suci memang menunggu Venus di ruang tamu apartemen."Mas Venus?" sapa Suci seraya menoleh ke arah suara pintu yang baru saja terbuka.Lelaki berkemeja krem itu terlihat sangat terkejut mendapat sambutan dari orang lain, selain Hanni di dalam apartemen pribadinya. Venus sama sekali tak menyangka akan keberadaan Suci di apartemennya hari ini.Kegugupan kian meraja dalam benak Venus, terlebih saat dilihatnya Suci tampil begitu anggun dengan gaun indah sebatas dengkul yang tampak manis di tubuhnya yang mungil."Ada perlu apa?" tanya Venus sinis. Berusaha keras untuk tetap bersikap wajar."Maaf kalau aku lancang, aku cuma ingin memberi surprise di hari ulang tahunmu. Aku sudah masak masakan kesukaanmu, nanti kita makan malam bersama ya Mas?" ucap Suci lagi menjelaskan maksud kedatangannya.Sayangnya, ucapan
Seorang lelaki masuk secara paksa ke dalam kamar seorang wanita yang sudah dia kenal sejak kecil.Seorang wanita yang selama ini tinggal dan hidup bersamanya dalam satu atap yang sama.Seorang wanita yang begitu dia cintai, tapi selalu menolaknya.Seorang wanita yang begitu dia sayang, tapi tak pernah mau melihat ke arahnya.Dan Venus muak!Venus muak dengan semua keangkuhan Suci."Venus? Lo mau apa?" Tanya Suci kaget ketika Venus tiba-tiba masuk ke dalam kamarnya bahkan tanpa mengetuk pintu lebih dulu.Suci yang sedang berpakaian langsung menutupi bagian tubuh atasnya yang hanya mengenakan tank top saja."KELUAR! KELUAR!" Hardik Suci dengan wajah marah.Sayangnya Venus tidak mau mendengar perintahnya. Lelaki itu terus saja melangkah ke arahnya.Tubuh Suci sudah terdesak ke dinding ketika Venus kini mengunci tubuhnya dengan ke dua tangan. Ekspresi wajah lelaki itu tak jauh beda dengan wajah Suci.Tatapan mereka sama-sama menyiratkan kemarahan di sana."Apa salah gue? Apa kurangnya gue?
Seorang lelaki masih asik menikmati sebotol vodka di tangan. Menenggaknya hingga habis lalu kembali memesan botol berikutnya.Suara dentuman house music dan cahaya lampu disco membuat dirinya yang mulai teler ikut menggerakkan kepalanya mengikuti alunan musik.Di tengah usahanya untuk mencoba menikmati asiknya irama disco, siluet bayangan seorang pelacur murahan yang telah berani mempermainkan dirinya terus saja teringat dalam ingatannya."Brengsek!" Venus menggeram. Dia membanting botol Vodka ke meja bar hingga menarik perhatian beberapa pengunjung Club lain."Kenapa Bos? Kok marah-marah?" tanya Kevin sang bartender Club."Nggak apa-apa!" jawab Venus acuh. Dia kembali menenggak minumannya."Tumben udah satu bulan nggak booking barang koleksi Mami Talita. Banyak barang baru loh Bos, bening-bening, mulus, bodynya kayak gitar spanyol," beritahu Kevin, lelaki itu terkekeh pelan.Venus tersenyum kecut."Gue lagi puasa," sahutnya dengan suara lantang lalu dia tertawa.Kevin jadi geleng-gel
Hari pernikahan antara Suci dengan Venus akhirnya digelar.Sebuah pernikahan yang sangat mewah dan gemerlap.Momen istimewa itu terasa begitu membahagiakan bagi Suci mau pun Venus sendiri.Sejak ingatannya kembali, sikap Venus yang dingin perlahan menghangat.Dia bahkan menyambut hari bahagianya bersama Suci dengan penuh antusias. Rona bahagia tampak dari wajah tampannya yang menawan.Venus memang menyesal telah membuat Suci menderita, namun Venus pastikan setelah ini, dirinya akan menjadi satu-satunya manusia yang rela bertaruh nyawa demi Suci.Meski, dibalik semua kebahagiaannya saat ini, Venus tetap saja tak mampu menyembunyikan gurat kekhawatiran dan ketakutan akan tindakannya yang harus dia lakukan setelah ini.Ini menyangkut tentang rencana dirinya menyewa suami sewaan untuk membuat Suci hamil.Jika sebelumnya Venus menyewa Mars untuk menghamili Suci dikarenakan Venus yang memang tak berminat berbagi ranjang dengan Suci karena kondisi Suci yang cacat, tapi kali ini Venus harus t
Masa Setelah Prolog...Ini kali pertama Mars bertatap muka secara langsung dengan seorang konglomerat bernama Raja Venus Diningrat. Satu-satunya lelaki aneh yang pernah Mars kenal seumur hidupnya.Sosok Venus di mata Mars adalah seorang lelaki yang begitu gagah. Dengan kulitnya yang putih bersinar, bentuk tubuh yang atletis serta wajah yang bisa dibilang sangat tampan, tapi sayang dari tatapan mata Venus, Mars sama sekali tak melihat adanya pancaran kebahagiaan di sana.Sorot mata itu memang terkesan dingin dan angkuh, tapi menyedihkan."Kamar pengantin ada di atas. Istriku sedang menunggu Anda di sana. Anda tentu sudah mengertikan tugas yang harus Anda lakukan?" tanya Venus dengan ekspresi datar. Tatapan lelaki itu begitu tajam dan misterius.Mars mengangguk pelan."Oke, bagus kalau begitu," Venus bangkit dan berdiri dengan angkuhnya di hadapan Mars. Dia mengeluarkan segepok uang dari saku jasnya dan melemparnya ke meja tepat di depan Mars duduk."Ini uang mukanya, sisanya akan dibay
Suci tahu, kini Venus sudah tertidur di sisinya.Jika boleh jujur, Suci jelas merasa gugup. Namun entah mengapa, rasa gugup itu perlahan kian menghilang tergantikan oleh rasa kecewa.Suci tak memungkiri ada sejumput harapan di sudut hatinya bahwa malam ini dirinya dan Venus bisa melewati malam pertama mereka layaknya pengantin baru kebanyakan. Bukannya justru tidur dengan saling memunggungi satu sama lain.Bukankah Suci sudah berjanji akan menjadi seorang istri yang baik untuk Venus?Jadi apa salahnya jika dia yang memulai lebih dulu? Toh hubungan mereka sudah halal.Mungkin hanya sekedar pelukan saja tidak mengapa bagi Suci. Setidaknya, dia ingin merasakan bagaimana hangatnya dekapan sang suami. Suci hanya ingin menunjukkan bahwa dirinya sudah siap untuk benar-benar menyerahkan diri seutuhnya pada Venus.Seandainya memang Venus yang belum siap, Suci akan menunggu.Tapi untuk malam ini, Suci ingin sekali merasakan pelukan Venus.Itu saja.Perlahan tapi pasti, Suci pun menggeser tubuhn
Malam kian larut.Tapi Venus masih asik berkutat dengan lamunannya di dalam mobil yang dia parkir di tepi danau.Dering ponselnya terus saja berbunyi tapi tak juga dia hiraukan.Tatapannya terus tertuju lurus ke depan. Ke hamparan danau luas dihadapannya. Dia mencengkram kuat setir mobilnya dengan ke dua tangan. Menunduk dalam tangis penyesalan.Salivanya tertelan dan rasanya sangat pahit. Sepahit nasibnya saat ini.Satu titik air mata lelaki itu terjatuh.Venus buru-buru menyekanya seraya meraup wajah kasar, lalu dia membuka pintu mobilnya. Hawa dingin angin malam seketika menerpa tubuhnya kala itu.Lelaki itu berjalan ke tepi danau dan terduduk sendirian di sana. Dia duduk di atas rerumputan. Hamparan langit biru yang menggelap seolah menjadi pelindung kegelisahannya.Bukankah seharusnya, malam ini menjadi malam paling bahagia dalam hidupnya?Bukankah seharusnya, malam ini menjadi malam paling indah bagi dirinya bersama Suci?Sesuatu yang bahkan telah menjadi impian Venus sejak lama.