Share

5. SEORANG PELACUR BERNAMA AMANDA

Sejak dirinya resmi bertunangan dengan Suci, paras cantik nan paripurna milik gadis tunanetra itu seolah terus menghantui pikiran Venus.

Merasa sosok Suci seperti tidak asing, Venus terus bertanya-tanya sendiri tentang apa yang sebenarnya terjadi dengan dirinya saat ini.

Kenapa pikirannya tak bisa lepas dari sosok Suci?

Kenapa dirinya seolah merindu ingin bertatapan lagi dengan Suci?

Ada apa dengan dirinya sebenarnya?

Venus bahkan sudah meyakinkan dirinya sejak jauh-jauh hari sebelum hari pertunangan itu berlangsung bahwa dirinya tak akan mungkin terpesona apalagi terpikat pada sosok Suci.

Tapi nyatanya, semua yang terjadi justru mengatakan hal yang sebaliknya.

Sosok Suci sukses membuat Venus tak mampu berpaling, bahkan setelah dia menghindar terlalu lama. Hanya dalam waktu beberapa jam saja pertemuan mereka, Venus langsung jatuh pada sosok wanita buta yang selama ini dia hindari.

Merasa frustasi dengan keadaan, seperti biasa, Venus pun membooking wanita bayaran kelas atas melalui Roger.

Lelaki itu menunggu kedatangan wanita yang akan menjadi pemuas hasrat birahinya di dalam sebuah kamar hotel berbintang lima.

Saat ini, Roger sedang dalam perjalanan menuju hotel untuk mengantarkan wanita bookingan Venus.

Venus baru saja selesai mandi, masih dengan tubuh atas yang setengah basah dan bagian tubuh bawahnya yang terlilit handuk, Venus berjalan menuju pintu kamar hotelnya saat di dengarnya suara ketukan pintu dibarengi suara bel yang berbunyi.

Seorang wanita berpakaian seksi dengan rambut panjang sebahu, bergelombang berwarna hitam kecoklatan, berdiri anggun di hadapan Venus.

"Amanda?" tanya Venus yang memang sudah diberitahu bahwa wanita yang sudah dipesan Roger untuk menemaninya malam ini bernama Amanda.

Wanita di hadapan Venus mengangguk disertai senyuman tipis. Tatapannya lekat dan dalam ke arah Venus.

"Rogernya mana? Dia bilang mau nganter lo sampe ke sini?" tanya Venus sambil celingukan karena tak dilihatnya Roger datang bersama Amanda.

Amanda melangkah maju, dengan gesture tubuhnya yang menggoda, wanita itu mengikis jaraknya dengan Venus.

"Pak Roger tadi izin ke toilet, katanya kebelet," bisiknya seraya masuk ke dalam kamar.

Venus hanya mencebik dan mengedikkan bahu. Sudah menjadi kebiasaan Roger sejak dulu, yang selalu beser di mana pun lelaki itu berada.

Begitu pintu tertutup, Venus melihat Amanda sudah membuka pakaian luarnya. Menyisakan pakaian dalam yang membalut tubuh sintal dengan warna kulitnya yang terlihat eksotis.

Amanda terlihat begitu sensual dan seksi.

"Bisa kita mulai sekarang? Jadwal saya padat malam ini, Bos," ucap Amanda disertai tawa kecil. Wanita itu kini sudah merebahkan tubuhnya di atas ranjang besar berseprai putih yang terletak di tengah ruangan.

"Relax honey. Gue butuh pemanasan yang nggak sebentar!" ucap Venus disertai senyuman miring. Lelaki itu pun membuka handuk yang menutupi tubuh bagian bawahnya dan memperlihatkan miliknya yang saat itu masih tertidur.

Tau apa yang diinginkan sang klien, Amanda pun dengan cepat bangkit dari tempat tidur dan merangkak ke arah Venus berdiri.

Seperti seekor anjing peliharaan yang kelaparan, Amanda melahap area sensitif di antara selangkangan Venus dengan rakus.

Jemari lentiknya bergerak gemulai maju dan mundur berbarengan dengan ujung lidahnya yang juga berputar-putar di ujung sana.

Venus mencengkram kepala Amanda cukup keras, menjambak rambut wanita itu saat kuluman Amanda dimiliknya semakin menggila.

Lenguhan panjang terdengar dari mulut Venus yang bersahutan dengan suara absurd decakan mulut Amanda di bawah sana.

"Argh, your mouth is amazing, Baby!" racau Venus yang semakin terhanyut dalam kenikmatan.

Malam itu, sebelum dirinya benar-benar keluar, Venus pun meminta Amanda untuk menghentikan kegiatannya.

Venus tak ingin menyia-nyiakan kesempatan emas untuk menikmati sesuatu yang lebih dahsyat lagi dari diri Amanda dengan memasuki wanita itu lebih dalam.

Kedua insan manusia itu saling bergelung menggapai kenikmatan.

Malam ini, Venus ingin pikirannya tenang dan tidak terganggu dengan sosok Suci.

Persetan dengan wanita itu!

Venus benar-benar tak perduli!

*****

Malam ini, bintang bersinar cerah.

Tapi, tak secerah wajah Suci yang tampak sendu.

Wanita itu masih saja bergelut dalam pikirannya akan perbedaan suara yang dia dengar dari Venus.

Entah ini hanya perasaannya atau memang benar, Suci merasakan sesuatu hal aneh terjadi.

Sebuah kejanggalan yang teramat nyata baginya.

Yakni, di kala suara Venus yang di rasanya berubah-ubah.

Individu dengan kondisi tunanetra menyimpan ingatan dalam bentuk verbatim, yang menyebabkan kemampuan lebih baik dalam mendiskriminasi suara dibandingkan orang normal. Sebab itulah, Suci yakin sekali dengan apa yang di dengarnya mengenai suara Venus yang kerap berubah-ubah.

Jika di taman kota waktu itu, suara Venus terdengar lembut dan ramah, namun di malam pertunangan mereka saat itu, suara lelaki yang menjadi calon suaminya itu terdengar lebih dingin, mendekati kata serak-serak basah meski tidak sepenuhnya.

Hal itu jelas menjadi perbedaan yang sangat kontras bagi Suci. Meski saat di acara pertunangan kemarin, Venus tak banyak bicara, namun, Suci tetap bisa merasakan kekentalan perbedaan suara itu. Sayangnya, nyali yang Suci miliki tak cukup banyak untuk menanyakan kebenaran tentang apa yang dia rasakan saat itu.

Hingga akhirnya, Suci hanya bisa diam dengan benak yang dipenuhi tanda tanya besar.

Tanda tanya besar yang sampai detik ini belum dia temukan juga jawabannya.

Atau mungkin, Suci bisa tanyakan soal ini pada Roger?

Sepertinya, sosok Roger adalah lelaki yang ramah.

"Bi, Bi Lia?" panggil Suci saat itu.

Tak lama, seorang wanita tua datang dengan langkah tergopoh-gopoh menghampiri Suci di teras.

"Ya, Non, ada apa?" tanya Bi Lia kemudian.

"Bisa minta tolong teleponin ke nomor asistennya Mas Venus yang namanya Roger, Bi? Ada sesuatu yang mau Suci tanyakan ke dia," ucap Suci dengan suaranya yang lembut mendayu-dayu. Sangat kontras dengan wajahnya yang kemayu.

"Memang, Non Suci mau tanya apa?" tanya Bi Lia kepo.

"Ada deh, udah tolong teleponin aja. Nomornya ada di buku telepon kok."

Bi Lia pun mengambil ponsel milik Suci dan mulai menghubungi sebuah nomor yang dilihatnya dari buku telepon.

Begitu tersambung, Bi Lia langsung memberikan ponsel itu pada sang pemilik.

"Halo, Pak Roger?" Sapa Suci ramah.

"Iya, ada apa, Nona Suci? Tumben malam-malam telepon?" sambut Roger semringah.

"Hm, jadi gini, Pak. Ada sesuatu yang ingin saya tanyakan tentang Mas Venus pada Pak Roger," jawab Suci meski hatinya meragu. "Ini, tentang suara Mas Venus," Suci seolah menggantung kalimatnya karena terlalu bingung untuk menjelaskan.

Suci hanya takut dugaannya salah.

"Memangnya kenapa dengan suara Pak Venus, Nona?" tanya Roger lagi meski saat itu, Roger sudah bisa menebak kemana arah pembicaraan yang hendak Suci maksudkan.

"Apa, saya yang salah dengar atau memang suara Venus suka berubah-ubah ya?" jelas Suci yang akhirnya berhasil mengungkapkan kebingungannya. "Sebab, suara Venus yang saya tangkap saat pertama kali bertemu dengannya di taman bersama Pak Roger waktu itu, terdengar berbeda dengan suara Mas Venus saat kami kembali bertemu di hari pertunangan kemarin," tambah Suci panjang lebar.

Roger berdehem pelan. Dia bahkan sudah menyiapkan jawaban sejak tadi.

"Jadi begini Nona Suci, kebetulan, Pak Venus itu memiliki penyakit radang kambuhan. Sudah tidak aneh lagi kalau suara Pak Venus jadi berubah-ubah seperti itu," jelas Roger meyakinkan.

Suci kembali terdiam. Berharap, apa yang dikatakan Roger memang benar adanya tanpa ada sesuatu yang lelaki itu tutupi darinya.

Entah kenapa, Suci merasa kejanggalan ini bukan hanya sekadar kebetulan belaka.

*****

Pagi itu, Venus terbangun dari tidur dengan tubuh yang lebih bugar setelah dia berolahraga malam di ranjang bersama Amanda.

Lelaki itu bangkit dari tempat tidur seraya melakukan peregangan otot tubuhnya.

Perut sickpacknya yang sempurna tampak nyata karena Venus tertidur masih dalam kondisi tak berbusana.

Permainannya dengan Amanda sangat menguras tenaganya, itulah sebabnya, Venus langsung tertidur setelah dia selesai menstransfer sejumlah dana ke rekening Amanda sebagai tips.

Sebuah kertas yang tergeletak di nakas menarik perhatian Venus.

Dilihatnya dengan seksama isi surat itu.

Seketika kening lelaki itu berkerut samar, dibarengi dengan kedua bola matanya yang terbelalak hebat.

Selesai membaca isi tulisan yang tertera di dalam kertas tersebut, tangan Venus seketika gemetaran. Wajah lelaki itu mendadak pucat.

Membuang kertas itu ke lantai, Venus meraih cepat ponselnya.

Lelaki itu harus segera menelepon Roger.

*****

Semoga masih setia ikutin cerita ini ya...

Jangan lupa vote dan koment...

Salam herofah...

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status