Share

6.Shelia Pergi

Ketika pagi hari, kepala Shelia merasakan pusing dan akhirnya ia terjatuh pingsan di kamar mandi. Adnan yang pada saat itu sedang memasuki kamar Shelia, langsung menolongnya dan memanggil Dokter. Ketika diperiksa oleh Dokter, Dokter tersebut mengatakan bahwa Shelia positif hamil.

"Selamat, Tuan Adnan, istri Anda hamil," ucap sang Dokter.

Shelia dan Adnan sangat terkejut mendengarnya. Apalagi Shelia, karena ia merasa tidak pernah berhubungan badan dengan lelaki, lalu mengapa bisa dia hamil? Sementara Adnan, otaknya sedang berpikir keras, apakah ini semua akibat perbuatannya yang selama ini telah menggagahi Shelia setiap malam dengan memberinya obat tidur dan tanpa sepengetahuan Shelia.

Kini, Adnan sedang berpikir keras bagaimana caranya untuk menjelaskan kepada Shelia. Tetapi Adnan bingung harus berbuat apa dan mengatakan apa. Sementara Shelia, dia sudah menjerit histeris dan menangis karena Shelia merasa syok dan juga merasa sangat aneh, atas apa yang menimpanya.

Dokter yang melihat sikap Adnan dan Shelia yang seperti itu, merasa heran dan aneh, karena Dokter tersebut mengira bahwa Shelia dan Adnan adalah sepasang suami istri, maka di dalam pikirannya, mengapa sepasang suami istri mendengar kabar mengandung, bukannya bahagia tetapi malah histeris.

Setelah itu, sang Dokter berpamitan untuk pulang. Dan kini tinggallah Shelia dan Adnan yang saling berdiam diri. Shelia masih saja menangis, merenungi nasibnya yang sangat malang, sementara Adnan sedang berpikir keras, karena dia bingung harus bagaimana menjelaskannya kepada Shelia.

"Mengapa aku bisa hamil? Padahal aku selama ini tidak pernah lagi melakukannya terhadap laki-laki, lalu mengapa bisa aku hamil seperti ini. Apa yang terjadi padaku? Aku tidak tahu mengapa bisa seperti ini, siapa yang menghamiliku? Ya Tuhan, mengapa hidupku menjadi seperti ini," ucap Shelia sembari sesunggukkan menangis.

Adnan memperhatikan Shelia, tetapi dia tidak berkata apa-apa. lalu Shelia kembali berucap ....

"Aku sungguh malu jika seperti ini, walaupun aku seorang kupu-kupu malam, tapi setidaknya selama ini aku memakai kontrasepsi sehingga tidak menyebabkan kehamilan, lalu mengapa tiba-tiba setelah aku sudah berhenti dari pekerjaanku tersebut, aku tiba-tiba hamil seperti ini dan tidak tahu siapa laki-lakinya, karena aku tidak pernah merasa melakukannya," imbuh Shelia.

Adnan yang mendengar ucapan Shelia tersebut, semakin merasa tertampar. Lalu Adnan pun keluar dari kamar Shelia, dan Adnan langsung menuju ke kamarnya. Di dalam kamarnya, Adnan merenung, dia benar-benar stress memikirkan semua ini. Karena selama ini ia tidak pernah memikirkan akan hal itu, dan kini ia menyesal mengapa selama ini dia tidak menggunakan pengaman.

"Aku benar-benar bodoh, mengapa aku tidak sampai memikirkan resiko yang akan terjadi karena aku tidak menggunakan pengaman. Kalau sudah begini, apa yang harus aku lakukan?" batin Adnan.

***

Malam pun tiba. Shelia terlihat murung di dalam kamarnya. Saat ia melayani makan malam Adnan pun dengan tidak bergairah, mungkin itu juga akibat bawaan hamil dan juga akibat ia sedang stres atas kejadian tersebut. Adnan memperhatikan sikap Shelia yang terlihat sangat berbeda dari biasanya, yang biasanya masih mau berbicara dengannya, tetapi kini Shelia hanya diam saja tidak mau berbicara.

"Shel, apa kau sudah makan?" tanya Adnan berbasa-basi.

Shelia yang saat itu sedang menyiapkan makan malam untuk Adnan, hanya diam saja, karena dia tidak mendengar pertanyaan Adnan. Sementara Adnan yang sudah dua kali menanyainya merasa kesal, karena dia merasa diabaikan oleh Shelia, hingga akhirnya Adnan berteriak dan itu membuat Shelia sangat terkejut.

"Aku sedari tadi bertanya padamu, tetapi kau mengabaikanku. Memangnya apa maumu, hah?! Dasar wanita jalang!" hardik Adnan.

"Maaf, Tuan, aku tidak mendengar. Memangnya Tuan bertanya apa?" ucap Shelia.

"Sudahlah! Sudah basi! Sana kau keluar!" teriak Adnan.

Shelia pun bergegas keluar dan menuju ke dalam kamarnya. Di dalam kamar, Shelia menangis. Ia tengah merenungi nasibnya, dan juga ia merenung karena Adnan setiap hari hanya marah-marah saja terhadapnya.

"Sepertinya ini memang saatnya untukku pergi dari sini," batin Shelia.

Lalu Shelia merapikan dan menyiapkan keperluannya untuk dibawa pergi. Shelia hanya membawa baju miliknya saja dan

ia menggunakan koper kecil. Shelia melihat dinding ternyata waktu masih sore yang menunjukkan pukul 19:00 WIB.

"Bagaimana caranya aku bisa pergi dari sini? Sementara security saja tidak pernah pergi dari posko. Lalu bagaimana caranya agar aku bisa pergi," batin Shelia.

Shelia sedang memikirkan cara supaya dia bisa kabur dari kediaman Adnan. Malam itu, Shelia sengaja tidak tidur, karena dia sedang memilih waktu yang tepat untuk pergi dari rumah Adnan. Ketika dini hari pukul 02:00 WIB, Shelia mengendap-endap berjalan sembari menggendong kopernya, dan melangkah perlahan-lahan menuruni tangga. Ketika ia akan keluar dari gerbang, ia melihat di posko security ternyata security sedang tertidur. Shelia secara perlahan mencuri kunci gerbang dari meja tempat security berjaga, lalu secara perlahan ia membuka gerbang tersebut dan pergi.

Pagi hari pun tiba. Adnan yang biasanya pagi-pagi sudah disiapkan oleh Shelia sarapan dan kebutuhannya serta pakaiannya untuk berangkat ke kantor, tetapi hari ini sudah pukul 07.00 Shelia belum ada masuk ke dalam kamarnya dan mengurus keperluannya. Adnan merasa heran sekali. Lalu Adnan melangkah menuju ke kamar Shelia. Betapa terkejutnya Adnan ketika mendapati kamar Shelia yang telah kosong. Lalu Adnan membuka lemari pakaian Shelia, dan ternyata pakaian Shelia sudah tidak ada. Adnan panik dan langsung berlari menuruni anak tangga. Dia memanggil Mama Alda dan para security.

"Mama ... Security ... sini kalian semua ....!" teriak Adnan.

Mama Alda yang saat itu sedang sarapan segera berdiri dan menghampiri sang putra. Sementara kedua security yang berjaga tadi malam langsung berlari mendekati Adnan.

"Ada apa, Nak? Pagi-pagi kau sudah berteriak-teriak," ucap Mama Alda.

"Maaf, Tuan, ada apa Anda memanggil kami?" ucap kedua security tersebut.

"Dimana Shelia? Apakah kalian tidak melihatnya pergi?" tanya Adnan dengan suara yang tinggi.

"Apa? Shelia pergi?" ucap Mama Alda.

Mama Alda berlari menaiki anak tangga dan menuju ke kamar Shelia. Dan benar saja, ternyata Shelia tidak ada. Sementara Adnan, dia sedang menghajar kedua security-nya yang tidak becus berjaga itu.

"Aku menggaji kalian dengan tinggi, agar kalian bekerja dengan baik dan benar! Tetapi apa? Menghadapi satu orang wanita saja kalian tidak bisa! Kalian sampai lengah seperti itu sehingga Shelia sampai pergi dari sini tanpa sepengetahuan kalian!" ucap Adnan sembari terus menghajar kedua security tersebut dengan membabi buta. Amarah Adnan benar-benar sudah memuncak.

"Ampun, Tuan, ampuni kami, tolong maafkan kami. Kami tadi malam entah mengapa tiba-tiba sangat mengantuk dan kami tertidur. Mohon maafkan kami Tuan, tolong ampuni kami," berdoa Security itu memohon kepada Adnan.

"Aku akan memecat kalian! Kalian tidak berguna!" teriak Adnan.

"Jangan, Tuan, tolong jangan pecat kami, kami sangat membutuhkan pekerjaan ini."

Adnan langsung bergegas pergi, ia mengambil kunci mobilnya dan menuju ke kantor, ia langsung menghubungi Antonio sang kepercayaan.

Sementara Shelia, dia sedang berada di dalam kereta api. Shelia menuju ke suatu kota kecil. Shelia akan mencari tempat tinggal dan pekerjaan disana. Selama di dalam kereta api tersebut, Shelia terlihat muram dan selalu menitipkan air mata, dia merasa sedih dengan kehidupannya yang semakin hari semakin sulit dan semakin banyak cobaan.

"Ya Tuhan ... tolong lindungi hamba ... permudahkanlah segala urusan hamba ...." batin Shelia.

TBC ( TO BE CONTINUED )

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status