Share

7.Tempat Baru Shelia

Shelia yang pada saat itu tengah menaiki sebuah kereta api, terlihat sedang melamun. Ia menuju ke sebuah kota kecil. Shelia sengaja memilih kota yang terpencil, agar dia merasa nyaman dan tidak mudah untuk dicari oleh Adnan ataupun orang suruhannya.

Shelia melangkahkan kakinya menuju ke sebuah ruko yang di depannya terdapat plang, yang tertera tulisan 'Ruko ini disewakan'. Shelia menatap dari kejauhan, ternyata ruko tersebut terlihat lumayan ramai karena tempatnya strategis. Lalu Shelia melangkahkan kakinya ke tempat tersebut, dan kebetulan sekali pemilik ruko tersebut masih ada di tempat itu. Shelia pun menghampirinya.

"Maaf, Bu, saya mau tanya, apakah ruko ini masih disewakan?" tanya Shelia.

"Ya, betul Mbak, ruko ini memang sedang saya sewakan," jawab pemilik ruko tersebut.

"Berapa, Bu, satu tahunnya?"

"Satu tahun 15 juta."

Shelia memeriksa tasnya, lalu ia mengeluarkan sebuah kartu ATM. Di dalam kartu ATM itu terdapat sejumlah uang hasil tabungan Shelia, yang ia kumpulkan selama ini, yang merupakan hasilnya bekerja sebagai kupu-kupu malam, dan juga hasil ia bekerja dengan Adnan. Lalu Shelia membayar sewa ruko tersebut.

"Karena saya saat ini sedang membutuhkan tempat tinggal sekaligus tempat usaha, jadi saya langsung bayar lunas," ucap Shelia.

"Baik, Mbak, mari silakan masuk."

Shelia pun masuk dan melihat isi di dalam ruko itu yang sudah lengkap dengan etalase dan showcase besar, tempat untuk menyimpan makanan atau minuman. Ruko tersebut memiliki dua lantai. Di lantai dua adalah tempat tidur Shelia, sedangkan di lantai bawah adalah toko untuk Shelia membuka usaha yaitu untuk membuat kue, untuk ia jual di ruko tersebut.

Hari itu juga Shelia langsung membersihkan ruko itu. Ia langsung membersihkannya dan merapikannya. Walaupun terkadang ia merasakan mual dan pusing, tetapi Shelia memaksakan diri untuk mengerjakannya. Karena ia akan segera menggunakan ruko tersebut untuk mulai berjualan kue. Shelia juga memasak untuknya makan.

Malam pun tiba, Shelia sudah terlelap karena ia merasa sangat lelah karena tadi siang ia telah membersihkan ruko sebesar itu. Tetapi saat tengah malam Shelia tiba-tiba terbangun. Shelia memegang perutnya dan tiba-tiba ia menangis.

"Aku seperti sedang bermimpi. Bagaimana bisa aku hamil, sedangkan aku tidak pernah merasa melakukan hubungan suami istri, karena aku sudah lama keluar dari rumah bordir itu. Dan aku sudah tidak pernah lagi berhubungan dengan laki-laki selain Tuan Adnan dan Tuan Antonio, dan itu juga hanya sebatas pekerjaan," batin Shelia.

Shelia menatap bagian perutnya yang masih rata, kemudian dia mengelus-elusnya.

"Lagi pula aku tidak pernah keluar dari rumah Tuan Adnan, hari-hariku aku habiskan hanya di rumahnya saja untuk melakukan pengobatan terhadap dirinya dan juga melayaninya," Shelia kembali membatin.

Shelia menarik napas, ia menyusut air matanya yang terus saja mengalir membanjiri pipinya yang putih mulus itu.

"Ya Tuhan, apa yang sebenarnya terjadi pada diriku ini? Aku malu jika aku sampai melahirkan tanpa seorang suami, sementara statusku masih lajang. Tuhan, tolong berilah petunjuk pada hambamu ini, berilah kemudahan dalam segala urusan hamba."

Shelia bangkit dan berdiri. Tangannya tidak luput dari perutnya.

"Hamba tahu, bahwa hamba adalah manusia yang berlumur dosa, tetapi tidak mungkin aku akan menambah dosa dengan cara menggugurkan bayi di dalam kandunganku ini. Bayi ini tidak bersalah dan tidak berdosa, tetapi aku hanya bingung, karena aku hamil tetapi aku tidak pernah merasa melakukan hubungan suami istri dengan laki-laki, lalu mengapa bisa aku hamil?"

Shelia terus saja berbicara pada dirinya sendiri. Shelia masih memikirkan apa dan bagaimana cara yang akan dia lakukan kedepannya nanti. Untuk saat ini perutnya masih rata tidak akan diketahui oleh orang bahwa ia Tengah mengandung, tetapi seiring bertambahnya usia, kandungan itu pasti akan bertambah besar dan perutnya pun pasti akan semakin membuncit. Lalu bagaimana jika orang-orang bertanya dimana suaminya? Dimana ayah dari bayi itu? Apa yang harus Shelia katakan.

***

Sementara itu, di kota Jakarta, tepatnya di kediaman Adnan. Adnan tiba-tiba terbangun saat tengah malam. Ia tiba-tiba sangat ingin memakan nasi goreng kambing. Lalu Adnan menghubungi Antonio dan memintanya untuk membeli nasi goreng kambing. Antonio langsung menjalankan perintah sang Bos.

Tidak berapa lama kemudian, Antonio datang dengan membawa pesanan Adnan. Ketika Antonio akan beranjak pergi, Adnan menahannya.

"Antonio, tunggu!" ucap Adnan.

"Ya, Tuan, ada apa?" ucap Antonio.

"Aku ingin makan nasi uduk dan ayam goreng dan juga lele goreng."

"Hah! Tuan, apa kau tidak salah? Kau baru saja memakan nasi goreng kambing."

"Cepatlah, Antonio! Aku sangat lapar. Aku sangat menginginkannya!" teriak Adnan.

Lalu Antonio pun bergegas keluar dan kembali mencari tempat jualan nasi uduk. Untung saja di pinggiran jalan masih ada jualan nasi uduk. Antonio pun memesan sebanyak 5 porsi, agar ia tidak bolak-balik jika Adnan masih merasa lapar. Adnan makan dengan begitu lahapnya.

"Antonio, mengapa kau membeli banyak sekali? Aku kan hanya ingin satu porsi saja," protes Adnan.

"Aku sengaja membeli banyak, agar jika kau masih lapar, aku tidak perlu lagi untuk keluar membelinya," ucap Antonio.

"Kau salah. Karena aku hanya ingin makan satu porsi saja, tidak perlu banyak-banyak. Dan sekarang aku sedang menginginkan martabak telor."

Antonio semakin merasa terkejut mendengarnya, karena baru kali ini Adnan menginginkan makanan kaki lima. Ada apa dengan Bos-nya ini, mengapa tiba-tiba dia ingin makan makanan orang kampung dan orang kecil.

"Ada apa dengan Tuan Adnan? Karena tidak seperti biasanya dia menginginkan makanan-makanan yang ada di pedagang kaki lima. Malam-malam begini dia ingin ini ingin itu, sungguh aneh sekali, dia seperti bukan dirinya." batin Antonio sembari menatap Adnan dengan tajam.

Sementara Adnan sedang menikmati makanannya. Dia tahu bahwa Antonio sedang menatapnya dengan tajam, tetapi dia tidak memperdulikannya, dia terus saja makan hingga kenyang.

"Aku sudah kenyang. Sekarang jika kau ingin pulang, pulanglah!" usir Adnan.

"Ya Tuhan, Tuan, sekarang sudah jam tiga dini hari. Tega sekali kau mengusirku. Aku sudah sangat mengantuk, Tuan, jadi tolong izinkan aku tidur disini," ucap Antonio memelas.

"Terserahlah! Aku ingin tidur." lalu Adnan meninggalkan Antonio.

Ketika pagi hari, saat Adnan bangun tidur, ia langsung berlari ke kamar mandi. Perutnya sangat mual, dia pun langsung muntah-muntah, Adnan mengeluarkan semua makanan yang semalam telah ia mankan. Wajahnya sampai pucat pasi. Mama Alda yang pada saat itu sedang lewat di depan Kamar Adnan, langsung berlari masuk. Ia langsung masuk ke dalam kamar mandi dan membantu memijit belakang leher sang putra.

"Ada apa denganmu, Nak? Apakah kau masuk angin? Ayo kita berobat ke rumah sakit saja," ucap Mama Alda.

"Tidak, Ma, aku tidak apa-apa, jangan khawatir. Entahlah saat aku bangun tidur, tiba-tiba sangat mual, dan semua makanan yang aku makan tadi malam, semuanya sudah keluar," ucap Adnan.

"Lebih baik kau tidak usah berangkat ke kantor dulu, Nak. Lihatlah wajahmu sangat pucat. Mama sangat mengkhawatirkanmu," ucap Mama Alda.

"Aku tidak mau, aku baik-baik saja. Aku mau mandi dulu."

Lalu Mama Alda keluar, dan Adnan pun segera melakukan ritual mandinya. Setelah itu dia berangkat ke kantor. Namun ketika sampai di kantor, Adnan terlihat sangat lesu, dia tidak bergairah dan pikirannya pun selalu tertuju pada Shelia.

"Shelia, kemana kau pergi? Aku tahu kau pergi karena kau positif hamil, tolong kembalilah Shel, maafkan aku. Aku tahu bahwa aku salah. Ini semua salahku. Ah ... mengapa jika aku membayangkannya, kejantananku bereaksi seperti ini. Ahh ... aku merindukannya."

TBC ( TO BE CONTINUED )

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status