"Sayang aku berangkat kerja dulu," sahut Reza melenggang berpamitan pada sang istri yang telah duduk santai di kursi sofa ruang tamu, Wanita cantik dengan nama lengkap Tiara itu sedang sibuk memegang ponsel di tangannya sambil kaki selonjoran."Berangkat saja, tidak usah pamit," ketusnya dengan pandangan mata fokus pada ponsel yang masih berada ditangan. Entah sedang apa Tiara itu, mengapa ia begitu tidak mau melihat sebentar saja pada sang suami yang masih mendadak menghentikan langkah.Reza pun hanya menggeleng kepala sembari melenggang keluar, memang sudah lama dirinya selalu dicuekin bahkan tidak pernah tidur satu ranjang lagi bersama sang istri. Tiara seperti tak peduli lagi, sikapnya begitu dingin tak seperti pada saat pengantin baru yang ramah dan juga penuh perhatian."Reza, Reza, andai kamu tau kalau aku sudah punya pacar baru," gumam Tiara tak sadar kalau dibelakangnya ada Meli yang sedang mengepel lantai."Haaah." Meli nampak syok mendengar ucapan majikannya itu.Tiara pun m
"Kirana! Enak sekali kamu makan, santai-santai begini, makan enak sama paha ayam! Nih makan air kobokan!"Tiara nampak emosi tatkala dirinya baru saja sampai dimana terlihat Kirana sedang makan siang duduk di meja makan di dapur.Byurr! Wanita muda berbaju kaos merah marun itu menyemburkan segelas air yang tersimpan di meja, ia nampak begitu marah dengan emosi yang memuncak, karena mendengar hasutan Meli, serentak membuat Tiara dirundung rasa cemburu dan terdapat rasa ketakutan jika perkataan Meli itu benar. "Apa salah saya Nya? Bukankah saya harus makan banyak, agar ASI saya banyak. Tadi juga Tuan Reza bilang begitu," sahut Kirana merasa heran entah mengapa majikannya tiba-tiba lancar menyemburkan air dan marah-marah tak jelas."Kata Tuan?! Oyah, memangnya suami saya bilang apa saja sama kamu? Sampai dia seperhatian itu? Jangan-jangan benar yang dikatakan Meli kalau kamu bukan sekedar menjadi ibu asi untuk anak saya tapi maksud kedatangan kamu kesini juga untuk menggoda suami saya?!
"Jangan bohong kamu! Kamu pasti masih mengharapkan cintanya Alvin bukan?! Hahaha jangan pernah berharap itu terjadi Kirana, karena aku akan selalu…" Tangan Tiara semakin kencang menekan dagu Kirana, hingga membuat wanita ibu susu itu harus menahan kesakitan. Kirana nampak menyengat tanpa memberontak saat Majikannya berlaku tega."Akan selalu apa?!" Tiba-tiba suara seorang pria bertanya, suara itu amat tidak asing bagi Tiara. "Maksud kamu apa? Dan siapa Alvin itu?" Lagi-lagi pria tersebut menanyakan hal yang sedang Tiara bahas bersama Kirana barusan.Perlahan tangan Tiara yang sedang menekan dagu Kirana itu terlepas, kini pandangan Tiara beralih pada arah suara pria barusan.Dan Kirana beranjak untuk bangun berdiri."Sejak kapan kamu disini Mas?" Mata Kirana membelalak tatkala pria yang dibelakangnya itu adalah suaminya sendiri."Jika aku menjawab pertanyaanmu, apakah kamu akan menjawab pertanyaanku juga?" Pria bertubuh kekar itu malah membalikan pertanyaan.Kini pandangan Tiara ber
Deeert! Deeert!Pasca Kirana akan bicara tiba-tiba saja ponsel di dalam saku celana bergetar menandakan jika ada yang menghubunginya. Gegas tangannya merogoh ponsel tersebut dan ternyata Bu Tini menghubunginya. Ada apa Bu Tini menghubungi? Jangan-jangan ada sesuatu hal yang terjadi pada anak Kirana."Maaf Tuan Reza, saya izin ingin mengangkat panggilan dari ibu kos saya, takutnya ada hal yang buruk terjadi pada anak saya," umpat Kirana nampak sedikit cemas."Silahkan."Wanita muda itu pun gegas menjauh dan segera mengangkat panggilan yang sejak dari tadi memanggilnya.[Halo, Bu Tini. Tunnel jam segini ibu hubungi saya? Ada apa ya Bu? Apa ada sesuatu yang terjadi pada Melati? Melati tidak apa-apa 'kan Bu?]" Jiwa kecemasan Kirana kian meronta, lalu wanita itu melontarkan beberapa pertanyaan.[Melati sakit, ibu harap kamu pulanglah dulu, demamnya dari tadi subuh belum turun juga. Ibu sudah kasih obat penurun panas, namun masih tetap saja. Mungkin kita harus membawanya kerumah sakit Kira
Akan tetapi Kirana pun tetap berusaha memohon agar Tiara sang majikan mengizinkannya untuk pulang. Kirana dengan tak sengaja menarik tangan majikannya, namun Tiara kehilangan keseimbangan sebab tarikan tangan Kirana yang terlalu kencang dan pada akhirnya Tiara pun terjatuh.Kirana yang tak sengaja melakukan kesalahan hanya syok sembari membekap mulutnya dengan kedua tangan. Ia merasa bersalah sebab telah membuat majikannya itu terjatuh."Nya, tidak apa-apa 'kan?" tanya Kirana sembari membantu membangunkan tubuh sang majikan. Akan tetapi Tiara menepis tangan Kirana dengan kasar seolah dirinya tidak ingin dibantu."Maafkan saya Nya, tadi saya tak sengaja membuat Nyonya terjatuh, tangan ini tak sengaja menariknya terlalu kencang. Habis saya terlalu khawatir dengan keadaan anak saya," ucap Kirana merasa bersalah. Membuat Tiara terjatuh dalam keadaan berdandan sama saja membangunkan singa yang sedang tidur."Apa kamu bilang maaf?! Enak sekali! Setelah membuat saya jatuh lalu kamu dengan en
"Terserah kamu Mas, aku sudah terlambat. Aku harus pergi," dengus Tiara sembari melangkahkan kaki, tak peduli sama sekali dengan larangan suaminya. Ia terus melenggang tergesa tanpa menoleh lagi ke arah yang dimana terdapat suaminya dan Kirana masih mematung.Reza pun hanya terdiam menyaksikan sang istri yang sama sekali sudah tidak menganggapnya. Sudah tidak seperti waktu pertama mereka menikah. Saling mendukung, saling memahami dan juga melengkapi. Kini semuanya berubah Tiara sudah hamil dan Reza pun sering memergoki pesan mesra yang nampak aneh dari temannya yang entah siapa. Yang jelas sang istri memberi nama perempuan pada kontaknya. Waktu itu Reza sama sekali tak mencurigai, sebab memang mungkin hanya teman perempuan biasa. Akan tetapi semakin kesini tingkah sang istri semakin kelewatan batas dan sering keluar lurah kadang pulang pun Sampai malam, padahal ia sendiri mempunyai seorang bayi."Kirana apa yang terjadi? Mengapa istriku mendorongku, tak sengaja tadi kulihat?"Reza ha
Kirana menghembuskan napas yang terasa berat, dalam lubuk hatinya betapa ia pun pikirannya tidak tenang sejak Reza hampir saja melindas seekor kucing berwarna hitam perasaan Kirana pun mulai tak enak, apalagi sang buah hati sedang tidak baik-baik saja.'Semoga Melati baik-baik saja, aku tidak tau kalau seandainya terjadi apa-apa pada anakku." Di Dalam mobil wanita yang sedang memangku Baby Grizli tampak khawatir."Kirana kita sudah sampai, ini bukan kosan yang kamu bilang?" sahut Reza bertanya tatkala wanita muda itu masih bengong memikirkan nasib sang anak."Kirana?" panggilnya lagi."Oh, iya Tuan, ini kosan saya." Kirana baru menyadari bahwa sekarang mobil sang majikan sudah berada dihalaman kosannya.Reza serta wanita muda itu turun dari mobil, tak lupa dengan Griz yang selalu ia gendong sedari tadi."Kirana biarkan Griz saya yang bawa," ungkap Reza mengerti bahwa sekarang pembantunya sudah teramat rindu ingin segera menggendong buah hatinya yang beberapa hari ini tak jumpa.Wanit
"Bagaimana keadaan anakmu sekarang? Apa dia sudah baikan? Dan apakah kamu sudah siap untuk kembali lagi ke rumahku?" Kaki dan tangan Reza sudah nampak kesemutan, dua jam sudah dirinya menemani Kirana yang saat ini sedang bertemu dengan sang anak kandung.Wanita muda itu hanya menganggukkan kepala, ia baru sadar bahwa dirinya sudah lama berada didalam rumah Bu Tini bersama sang buah hati."Kalau begitu aku akan pamit dulu pada Bu Tini." Wanita muda itu bangkit dari duduknya, berlalu pergi untuk menemui Bu Tini. "Bu, bolehkan aku titip Melati lagi? Aku sepertinya akan pergi untuk kerja lagi, waktuku tidak banyak disini, apalagi sekarang hampir larut malam. Tidak baik kalau aku membawa pulang baby Griz."Kirana nampak lesu saat dirinya kini kembali menyerahkan bayinya pada pangkuan Bu Tini."Lololo… kenapa harus buru-buru sekali? Kenapa tidak menginap saja disini?" ujar Bu Tini."Kami harus pulang Bu," serobot Reza terkekeh. Memang sepertinya pria itu amat tidak betah berada didalam