"Dia tidak datang," gumam Ayana dengan menatap arah perusahaan tempat dia bekerja.
Ayana melirik jam tangan pemberian Azka minggu lalu, kini jarum jam tangannya sudah menunjukan pukul sepuluh malam. Ayana menunggu kekasihnya hingga empat jam, Ayana ingin menangis saja!
"Huftt, kenapa ponselku harus mati? Apa Azka memberi kabar jika dia tidak akan datang?"
Ayana akhirnya pergi dari tempat itu untuk mencari kendaraan yang bisa membawanya pulang. Sang Nenek pasti sangat khawatir karena Ayana belum pulang sampai larut malam, sepertinya Ayana harus mengganti ponselnya karena benda itu sudah sering mati mendadak.
KLEK
Ayana membuka pintu rumahnya dengan perlahan, Ayana mengira jika sang Nenek sudah tidur karena sudah malam. Namun Ayana salah, karena sang Nenek ternyata sedang menunggunya pulang di ruang tengah.
"Kamu lembur lagi, Nak?"
"Eh! Ah, iya, Nek. Nenek kenapa belum tidur?"
Ayana awalnya terdengar sangat terkejut dengan suara sapaan dari Neneknya, Ayana terpaksa harus berbohong lagi kepada Neneknya, agar beliau tidak merasa khawatir dengan cucunya.
Ayana paling tidak suka membuat Neneknya khawatir berlebihan tentangnya, itulah kenapa setiap kali Ayana mengahabiskan waktu bersama Azka, dia akan bilang jika dia melakukan lembur di kantor.
"Uhuk... Nenek menunggu kamu pulang, Nenek takut terjadi uhuk uhuk sesuatu kepadamu."
Mendengar batuk dari Neneknya, Ayana langsung saja berjalan cepat untuk menuju sofa yang sedang di duduki oleh Neneknya. Bisa di lihat dari raut wajah lelah Ayana jika dia begitu khawatir dengan batuk Neneknya.
"Nenek sudah minum obatnya?" Tanya Ayana dengan nada begitu khawatir.
"Sudah, Sayang. Tolong ambilkan air hangat saja untuk Nenek!"
"Baik, Nek. Tunggu sebentar, ya?"
Sang Nenek hanya mengangguk lemah, kerongkonganya terasa sangat gatal dan ingin terus batuk. Kini Ayana berada di dapur dan mengambil gelas kosong untuk di isi air hangat.
Sudut matanya melirik tempat sampah yang terdapat bungkusan obat-obat yang dia beli untuk Neneknya, Ayana seketika ingat jika dia belum membuang sampah sejak kemarin dan bungkusan obat itu sudah ada di sana sejak kemarin.
Neneknya berbohong! Obatnya sudah habis sejak kemarin tapi Neneknya bilang sudah minum obat. Seketika hati Ayana merasa sakit sekali karena Ayana tahu jika Neneknya itu tidak ingin menyulitkan dirinya apalagi membuat Ayana merasa khawatir seperti sekarang ini.
"Ini air hangatnya, Nek."
Ayana memberikan gelas berisi air hangat itu kepada Neneknya. Setelah selesai minum, Neneknya meminta di antar ke kamarnya. Ayana hanya melakukanya dengan senang hati sudah setahun ini sang Nenek terus sakit-sakitan.
Ayana tidak bisa membayar biaya rumah sakit jadi Ayana hanya membawa Neneknya berobat ketika dia punya uang lebih saja. Sisanya Ayana hanya memberikan resep obat dari dokter dari apotek untuk Neneknya.
"Sudah malam, kamu harus istirahat juga."
"Iya, Nek. Aku akan lansung tidur, jangan khawatirkan aku. Sekarang Nenek juga tidur, ya?"
Selang beberapa menit, Ayana meninggalkan kamar Neneknya. Jujur saja tubuhnya sangat lelah sekali, menunggu Azka di pinggir jalan membuat kakinya begitu terasa sangat pegal sekali.
Ayana kini sudah membaringkan tubuhnya di ranjang namun otaknya masih memikirkan tentang kekasihnya, Ayana tidak bisa tidur. Dia kembali terbangun lalu mengambil handphone yang sudah dia cas beberapa menit yang lalu.
"Dia tidak memberi kabar sama sekali, apa dia ada urusan dan melupakanku?"
Ayana membuka aplikasi pesan singkat namun tidak ada pesan dari kekasihnya, itu sangat menyebalkan sekali baginya. Ayana ingin melakuan panggilan kepada kontak sang kekasih, namun dia mengurungkan niatnya.
"Aura, ya?" Tiba-tiba saja Ayana ingat sebuah nama yang jadi hot news di kantornya seharian ini.
Ayana tahu artis terkenal yang sedang sukses dengan filmnya beberapa bulan lalu, bahkan sering berseliweran di layar televisinya. Namun Ayana kini begitu penasaran, padahal Ayana tidak terlalu tertarik dengan artis-artis terkenal.
Dia terlalu sibuk bekerja dan terus bekerja, tidak ada waktu hanya untuk menonton televisi di rumahnya.
"Dia sangat cantik sekali."
Ayana memberikan komentar saat dia melihat akun sosial media milik Aura. Begitu banyak foto yang cantik dan berkelas, Ayana yakin jika Aura sangat sebanding dengan kekasihnya.
Hingga Ayana mengetuk story milik artis itu, ada sosok yang sangat di kenal oleh Ayana yang di post oleh Aura. Itu Azka yang sedang tertawa dengan segelas minuman di tangannya.
(Dinner with si tampan, adakah yang kenal dengan dia? Ingin tahu? Stttt! Rahasia.)
Itulah caption yang di tulis oleh sang artis. Semua jemari Ayana seketika lemas saat melihat kekasihnya makan malam dengan wanita yang di gosipkan akan di nikahinya.
"Jadi dia tidak datang karena makan malam dengan wanita cantik ini, hahaha kamu bodoh sekali Ayana!"
Ayana langsung melempar ponsel itu ke ujung ranjangnya, dia juga tertawa merasa bodoh karena sudah menunggu Azka selama berjam-jam tapi ternyata kekasihnya itu menemui wanita lain.
"Benar, dia lebih cocok denganmu di banding denganku. Hahaha memangnya apa yang aku harapkan, aku sama sekali tidak sebanding dengan sendok emas sepertimu."
Pikiran itu kembali datang menghampiri Ayana, walaupun Azka selalu menyuruhnya untuk membuang pikiran negatif itu tapi saat melihat foto Azka terlihat tertawa dengan gadis lain, Ayana merasa sangat cemburu!
Karena Azka tidak bisa gampang tertawa dengan orang asing, Ayana kira hanya dia yang bisa membuat bosnya itu tertawa dengan sangat lepas. Tapi nyatanya ada orang lain yang bisa melakukannya, lalu di mana letak spesial Ayana bagi Azka?
Ayana merasa di tipu oleh Azka, dia merasa di bodohi karena Azka bilang hanya Ayana yang bisa membuatnya begitu bahagia. Tapi apa sekarang ini? Foto Azka terlihat begitu sedang bahagia, bahkan Aura memposting beberapa pict acara makan malam mereka.
"Ayana, sadarlah! Dia hanya ingin mempermainkan kamu saja."
Ayana menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya, hatinya terasa sangat sakit dan juga wajahnya berubah menjadi terasa sangat panas sekali. Dia menangis dengan tangan yang terus menutupi wajah kecilnya.
Membayangkan Azka bersenang-senang dengan wanita lain sekarang ini membuat hatinya terasa sangat ngilu dan dadanya terasa sangat berat sekali.
Sekarang ini oknum yang membuat Ayana menangis hingga tertidur menghentikan mobilnya.
"Thanks, Azka. Mau mampir?"
"Kamu tidak lihat ini jam berapa? Keluarlah cepat, aku harus segera pulang."
"Dingin sekali, padahal tadi kamu sangat menikmati makan malam kita."
"Aura, please! Aku lelah!"
"Ok, ok. Aku keluar sekarang, selamat malam calon suami."
Chu... Sebuah kecupan di berikan oleh Aura di pipi kiri Azka, wanita cantik dan sexy itu langsung saja keluar dari mobil Azka sebelum Azka mengamuk kepadanya karena sudah berani menciumnya tanpa izin.
"Hati-hati di jalan!" Aura bisa lihat jika Azka menatapnya tajam, tapi Aura merasa tidak peduli lalu menutup pintu mobil milik Azka lalu berlalu kedalam rumah mewah miliknya.
"Sial."
Azka memukul stir mobilnya dengan sangat kencang sekali, amarahnya sudah dia tahan sejak awal pertemuan tadi. Bagaimana dia tidak marah, Ayahnya itu tiba-tiba membahas acara pernikahannya?
Heol, pernikahan apa? Azka sama sekali tidak tahu itu!Azka selain terkejut dengan keputusan Ayahnya, dia juga langsung merasa sangat marah dengan Ayah dan Ibunya. Perjodohan macam apa yang sama sekali tidak di ketahui oleh Azka? Ayahnya itu pasti sudah gila!
Kini Azka pulang kerumah kedua orang tuanya karena Ayahnya menyuruh Azka untuk pulang dan membahas lebih lanjut tentang perjodohan yang sangat tiba-tiba itu.
"Bagaimana, kamu sudah mengantar Aura hingga rumahnya?"
"Papa, apa maksud Papa tadi? Pernikahan apa maksudnya? Papa bercanda denganku!"
Bukannya menjawab pertanyaan Ayahnya, Azka langsung memprotes sang Ayah yang sedang duduk di sofa ruang keluarga mereka.
"Tidak. Papa tidak sedang bercanda dengamu, kamu harus menikahi anak Pak Wisnu!"
"Azka tidak mau, Pa!"
"Kalau kamu tidak mau, keluar dari kartu kelurga Papa. Kamu tidak akan mendapatkan sepeserpun uang Papa!"
BERSAMBUNG...
Tak!Ponsel Ayana seketika terjatuh dari tangannya. Pikirannya sudah melayang entah kemana."Dia Kakakku yang perfeksionis itu, dulu aku sering bercerita tentang dia padamu, kan? Sampai saat ini hubungan kami masih seperti itu, seperti musuh saja. Menyebalkan sekali, kan?"Ocehan Mahen membuat jantung Ayana seketika berdetak tak karuan. Fakta yang sangat mengejutkan bagi Ayana, kenapa dia tidak tahu jika Mahen dan Azka adalah saudara?"Ayana? Ayana?"Mahen memanggil Ayana tapi Ayana sedang terkejut bukan main. Sehingga Mahen menutup panggilannya, sedangkan Ayana masih terdiam dengan tatapan tak percaya."Kenapa? Kenapa harus Mahen yahg menjadi adikknya? Kenapa?" Ayana menjatuhkan air matanya tanpa ia sadari.Baru saja Ayana merasa hidupnya bisa berlanjut tapi mengapa ia harus terus terlibat dengan keluarga Wijaya lagi? Apa sekarang dia harus kabur dari Mahen juga?"Hah... Ayana bodoh, kenapa kamu terus terlibat dengan keluarga mereka?" Gumam Ayana yang langsung mengusap air matanya.T
"Hahaha, apa yang kamu bicarakan? Bercandamu sangat tidak lucu sekali."Ayana menepuk pundak Mahen sambil tertawa. Tapi Mahen tidak merubah ekspresi wajahnya, dia masih begitu serius menatap Ayana. Sampai akhirnya, Ayana perlahan menghentikan tawanya.Mahen menatap dalam, penuh harapan, membuat Ayana menjadi merasa ada aura yang berbeda. Ayana pun mengedipkan kedua matanya dengan lucu."Apa aku terlihat sedang bercanda sekarang?" Tanya Mahen yang membuat Ayana menutup mulutnya rapat-rapat."Aku tidak bercanda, Ayana. Aku ingin menikahimu, kehamilanmu juga akan semakin membesar. Bayi ini membutuhkam sosok Ayah dan aku bersedia menjadi Ayahnya.""...."Ayana masih terdiam, mencoba mencerna apa yang baru saja dia dengar. Perlahan, Mahen pun memegang tangan Ayana dan tatapan hangatnya sama sekali tidak pernah redup."Ayo, memulai hidup baru bersamaku, aku akan menerima semuanya. Aku akan mencintaimu dan juga anak dalam kandunganmu, biarkan dia menjadi anakku juga, Ayana."Pengungkapan Mah
"Bagaimana? Apa sampai saat ini kamu tidak bisa mengetahui dia dimana?" Tio menunduk pasrah saat Azka bertanya dengan tatapan yang begitu tajam. Dia langsung memijat pelipisnya, hari demi hari rasanya semakin buruk karena kabar Ayana sama sekali tidak terdengar. "Maafkan saya, Tuan." "Ini sudah hampir 4 bulan, sebenarnya apa yang kamu kerjakan? Kerjamu sangat tidak becus!" Azka langsung saja pergi dari ruangan kerjanya. Kepalanya sedikit terasa berat dan dia pun berjalan menuju kantin, kebetulan sekali, Sang Genral manager itu melihat seorang gadis yang sedang makan dengan lahap di sudut kantin. Dengan kakinya yang gelisah, dia datang menghampiri Olivia, sahabat Ayana. Dia tidak punya pilihan lain, dia harus bertanya langsung pada Olivia. "Boleh saya duduk disini?" Tanya Azka yang membuat Olivia langsung tersedak dengan makanannya. "Uhuk!" "Ah, maaf, membuatmu terkejut." Olivia benar-benar akan mengeluarkan kedua bola matanya karena melihat siapa yang datang ke tempat
"Dengar... aku tidak akan bertanya jika kamu tidak ingin bercerita lebih dulu. Tapi satu hal yang bisa kamu ingat, aku akan selalu ada di sampingmu. Jadi ceritakan apapun yang ingin kamu bagikan denganku, aku siap menjadi pendengar yang baik untukmu."Kedua bola mata Ayana kembali berkaca-kaca, setiap ucapan Mahen sangat menyentuh hatinya. Dengan cepat, Ayana memeluk Mahen."Aku bingung, Mahen. Haruskah aku memberitahu Ayah dari bayi ini? Apa yang harus aku lakukan?"Mahen terdiam untuk sesaat, membiarkan Ayana meluapkan emosinya dengan menangis. Dengan sabar, Mahen menepuk-nepuk punggung Ayana dengan lembut. Berharap itu bisa membantu menenangkan hati Ayana yang kebingungan.Tapi jika boleh Mahen jujur, dia ingin tahu siapa yang telah berani menodai gadis sebaik Ayana. Kenapa Ayana sampai merelakan tubuh dan harga dirinya demi seorang pria?Itu sangat bukan Ayana yang Mahen kenal, dia pikir, Ayana tidak akan terjebak dalam hubungan seperti itu."Apa aku boleh berpendapat?" Tanya Mah
Setelah bertemu kembali dengan Ayana, Mahen semakin sering datang ke Cafe Cielo. Dia datang hanya untuk melihat Ayana, yang ternyata pandai beradaptasi. Sebenarnya Mahen masih merasa ada yang mengganjal, soal tangisan Ayana hari itu."Kenapa kamu terus menatapnya, apa dia gadis yang sering kamu ceritakan padaku?" Cielo bertanya sambil menyeruput kopi miliknya.Dia sejak tadi memperhatikan Mahen yang terus mantap Ayana yang sedang bekerja. Sampai akhirnya Cielo menghampiri Mahen untuk menemaninya sarapan."Dunia ternyata sangat sempit, ya, Cielo. Aku sekarang merasa sangat bodoh, seharusnya aku tidak jadi pengecut dan melarikan diri saat itu.""Kalian masih muda kala itu, jangan terlalu menyalahkan dirimu sendiri. Aku dengar, dia datang kemari untuk pengobatan Neneknya. Dia juga belum menikah, kalian mungkin di pertemukan kembali agar kalian bisa bersama setelah kalian dewasa." Mahen melirik Cielo lalu tersenyum, "Apa aku boleh mengejar cintanya lagi?""Lakukan sesukamu! Bukankah sela
"Halo, selamat pagi?" Sapa seorang wanita bernama Cielo."Halo, Saya Ayana yang melamar kerja kemarin."Ayana bicara bahasa spanyol sebisanya, dan itu terdengar lucu di telinga Cielo. Cielo pun tersenyum dengan begitu ramah, sampai akhirnya Cielo berbicara bahasa Indonesia yang membuat Ayana sangat terkejut."Oh, kamu orang Indonesia, kan? Silahkan masuk, kita bicara di dalam.""Eh? Anda bisa bahasa Indonesia?" Tanya Ayana yang sangat terkejut dan tidak bisa menyembunyikan wajah terkejutnya."Tentu saja, aku dulu pernah tinggal di Indonesia sebagai mahasiswa.""Ah, pantas saja.""Tenang saja, disini juga banyak orang Indonesia yang sering datang. Kamu akan mendapatkan banyak teman nantinya.""Aku harap begitu."Ayana masih malu-malu dengan keramahan yang diberikan oleh Cielo. Dia hanya mengikuti wanita berumur 35 tahun itu menuju ke dalam sebuah cafe yang masih tutup."Sengaja aku memintamu datang lebih awal agar aku bisa memberitahumu aturan kerja di sini." Ungkap Cielo yang hanya