"Hei, lepaskan tanganmu!" kata Revan marah dan menghempaskan tangan Nathan dari lengan Rara.
Nathan terkejut dengan kehadiran Revan, dia tidak pernah melihat Revan sebelumnya."Kamu gak papa, Ra?." tanya Revan cemas sambil memeriksa tangan Rara.Rara menggeleng lalu bersembunyi dibalik tubuh Revan.Nathan terlihat kesal, perhatian Revan pada Rara sedikit mengganggu hatinya, padahal Nathan sudah menikah."Siapa kamu, tidak usah ikut campur urusan kami!" kata Nathan kasar.Revan tersenyum mengejek."Hei, Bung. Apa perlu saya panggilkan istri anda agar dia melihat suaminya sedang mengganggu wanita lain?" sindir Revan."Sialan kamu!" Nathan hendak mengulurkan tangannya membogem Revan namun Revan lebih dulu menghindar."Nathan!" Rara memekik. "Jadi, ini pacar baru kamu, Ra?" tanya Nathan sambil memandang Revan dari atas ke bawah."Hati-hati, Ra, laki-laki seperti dia pasti banyak main sama wanita." kata Nathan meremehkan Revan, padahal dia sendiri sudah mengkhianati Rara.Rara mengabaikan ucapan Nathan, dia bahkan tidak sudi menatap wajah laki-laki itu. Nathan lalu dengan santai berlalu dari hadapan mereka sambil tertawa."Van, aku mau pulang!" kata Rara menatap mata Revan dengan sedih. *** Tengah malam, Rara merasa sangat haus, mungkin karena sebelumnya dia menangis sampai tertidur. Rara yang masih mengantuk terpaksa tetap turun ke dapur karena tenggorokannya sangat gatal dan membutuhkan air. Kamar Fina dan Bastian ada di lantai atas, karena mereka sudah menikah jadi tentu saja mereka sekamar. Kamar Rara juga ada diatas, tepat ada disebelah kamar Fina, sedangkan kamar Revan ada di bawah."Ra... kamu belum tidur?" tanya Revan yang ternyata juga berada didapur. Laki-laki itu tampak sedang menyeduh kopi. "Van...kamu lagi apa?." tanya Rara yang bukannya menjawab pertanyaan Revan tapi malah balas bertanya.Revan tersenyum, Rara terlihat menggemaskan dengan wajahnya yang masih mengantuk."Aku bikin kopi, Ra. Kamu haus ya?." tanya Revan sambil mengambil gelas dan mengisinya dengan air lalu menyerahkan pada Rara."Makasih." kata Rara sambil duduk dikursi mini bar dapur, diteguknya air digelas itu hingga habis.Revan memperhatikan gerak-gerik Rara. Sahabat masa kecilnya itu sudah tumbuh menjelma menjadi seorang wanita yang cantik jelita."Kamu tengah malam gini kok ngopi, Van?." tanya Rara yang sudah hilang rasa kantuknya."Iya, Ra. Lagi ngurus kerjaan tadi." jawab Revan sambil duduk disebelah Rara, jarak mereka agak dekat.Rara sedikit salah tingkah saat mata mereka bertemu, dia cepat-cepat memandang ke arah lain.Berbeda dengan Revan, laki-laki itu malah menikmati wajah cantik Rara yang ada dihadapannya."Hmmm...kalo gitu aku balik aja ke kamar ya, Van." kata Rara sambil beranjak berdiri, namun tangan Revan segera menyentuh lengan Rara.Rara terkejut, sentuhan tangan Revan membuat mata mereka kembali bertabrakan."Ra, temani aku ngobrol dulu ya." pinta Revan dengan wajah penuh harap, matanya menatap dalam mata Rara yang tak berkedip.Rara terdiam sejenak, entah mengapa semakin lama dia melihat kedalam mata Revan, Rara semakin hanyut didalamnya.Rara kembali duduk dan kini mereka saling berhadapan."Makasih ya, Ra." kata Revan sambil tersenyum puas karena Rara menuruti keinginannya."Aku masih kangen ngobrol sama kamu, Ra." kata Revan lagi. Rara hanya mengangguk, sebuah senyum samar terlihat dibibirnya, entah mengapa hati kecilnya merasa senang mendengar Revan mengatakan rindu.Revan dan Rara akhirnya mengobrol dari hati ke hati mengenang masa kecil mereka, Rara banyak bercerita tentang masa-masa mereka sekolah ketika Revan sudah pindah. Rara juga bercerita bagaimana Bastian mengejar Fina, dari sahabat menjadi cinta.Revan menikmati saat berduaan dengan Rara, ternyata Rara masih seperti dulu ketika bercerita, panjang tanpa titik koma. Revan tersenyum sambil terus memperhatikan sahabatnya itu, matanya, hidungnya, dan bibirnya yang bergerak-gerak ketika menceritakan sesuatu.Revan merasa gemas dengan bibir kecil Rara yang tampak ranum dan menggoda. Sesekali dilihatnya Rara membasahi bibirnya dengan lidah, membuat Revan tergoda ingin menciumnya.Rara yang sudah berhenti bercerita, tiba-tiba menyadari kalau laki-laki didepannya itu sedang memandangi wajahnya.Rara jadi salah tingkah, namun entah kenapa matanya tak bisa beralih dari tatapan mata Revan.Hujan tiba-tiba saja turun dengan sangat deras diluar villa, membuat Rara sedikit kedinginan. Piyama tidurnya ini memang tipis karena terbuat dari satin, dan Rara tidak memakai jaket ketika turun tadi."Van, aku ke kamar ya." kata Rara lirih, tubuhnya hendak pergi namun matanya terasa terkunci dimata Revan."Ra..." Revan lagi-lagi menyentuh tangannya, tidak, kali ini laki-laki itu menggenggam tangan Rara.Rara mematung, tubuhnya seperti tak bisa bergerak seolah tersihir. Rara tidak tahu bagaimana tapi wajah Revan terasa semakin dekat dengan wajahnya.Rara bisa merasakan hembusan nafas Revan dipipinya.Revan mencium bibir Rara dengan lembut, dan Rara tidak bereaksi, wanita itu hanya terdiam seolah sedang cosplay menjadi patung.Revan kembali mencium bibir ranum Rara, tangannya menelusup kebelakang kepala Rara membuat ciuman Revan semakin dalam. Revan seolah ketagihan mencumbu bibir Rara, dia terus melumatnya dan menikmati setiap jengkal rongga mulut wanita itu.Rara merasakan pelukan Revan yang semakin erat pada tubuhnya, dan tanpa sadar membimbing Rara masuk menuju kamarnya."Agrhhhhhh!." Rara terhenyak dan segera membuka mata ketika mendengar teriakan Fina. Ia melihat temannya itu sudah berdiri di depan pintu kamarnya dengan wajah panik.“Fina?.” tanya Rara bingung.“Apa yang kalian lakukan?!.” teriak Fina.Rara kemudian melihat pada tubuhnya sendiri yang terasa aneh. Tubuh Rara menegang saat mendapati bahwa dia sedang tidak memakai apapun dibalik selimut, dia juga merasakan sakit pada area intinya.Rara melihat Fina yang sedang menatapnya dengan tatapan menyesal. Rara lalu menoleh dan melihat Revan yang tepat ada disebelahnya, dalam ranjang yang sama, dan dalam satu selimut yang sama."Ahggggggg!." jerit Rara saat menyadari Revan juga tidak mengenakan pakaian. ***Rara, Revan, Bastian dan Fina sedang ada di ruang tamu di Villa milik Revan sekarang.Fina dan Bastian menatap tajam ke arah Revan dan Rara. Suami istri itu seperti orang tua yang sedang memarahi anak-anak mereka."Van, kok lu tega sih?." tanya Bastian dengan nada yang tak bersahabat."Rara
Rasanya seperti mimpi, Rara menyetujui lamaran pernikahan mendadak dari Revan hanya karena kejadian satu malam itu. Saat ini, Rara melihat pantulan dirinya sendiri didalam cermin. Rara masih merasa tak percaya jika hari ini dia akan menikah."Ra, kamu siap?." tanya mamanya, dilihatnya putri semata wayangnya itu dengan mata yang berkaca-kaca. Rara mengangguk, lalu berbalik menghadap ke arah mamanya."Ma, maafin Rara ya." kata Rara dengan suara bergetar. Rara meminta maaf karena selama ini sudah membuat mamanya sedih. Dia merasa sudah membuat malu papa mamanya ketika pertunangannya dengan Nathan kandas begitu saja."Sayang, kamu gak perlu minta maaf. Papa mama ga pernah merasa bahwa itu adalah kesalahan kamu." kata mama Rara sambil memegang tangan putrinya. Dia sangat paham dengan apa yang Rara katakan."Mulai hari ini lepaskan semua tentang masa lalu kamu ya, tidak perlu mengingatnya lagi." kata mama Rara lembut."Sekarang sudah waktunya kamu menatap masa depan. Masa depanmu dengan
"Van, kamu sudah pulang?." tanya Rara yang terbangun karena merasa ingin buang air kecil.Dilihatnya laki-laki itu sedang duduk ditepian sofa, tepat disampingnya."Iyah, aku baru aja datang. Kamu udah makan?." tanya Revan lembut sambil merapikan anak rambut Rara yang jatuh dipipinya. Rara tersipu, wanita itu masih belum terbiasa dengan sikap suaminya yang manis. "Aku tadi makan kue yang kita beli. Kamu udah makan?." ganti Rara bertanya. Revan menggeleng."Aku juga belum." jawab Revan."Gimana kalo kita makan diluar aja, ada tempat asik didekat sini buat pacaran." ajak Revan."Hmmm...boleh juga." kata Rara setuju. Rara kemudian berganti pakaian sementara Revan menyegarkan dirinya dengan mandi.Revan membawa Rara ke sebuah cafe yang sedang kekinian di kota Bandung. Cafe itu terletak ditempat yang strategis membuatnya mudah dijangkau.Cafe itu buka dari siang hingga tengah malam, dan semakin ramai dengan pengunjung dimalam hari.Saat Revan dan Rara datang, sudah banyak antrian disana, n
"Ya, ampun, Revan. Aku sempat ragu loh tadi, kupikir aku salah lihat." kata wanita itu sambil memeluk dan mencium pipi Revan yang sedang duduk.Mata Rara membola melihat pemandangan didepannya, sedangkan Revan tampak terkejut dengan kedatangan wanita itu."Kamu nginep di hotel mana, Van. Nanti aku...""Sayang, ini temanku, namanya Mela..." kata Revan memotong ucapan Mela.Mela terdiam, dia segera menoleh ke belakang, mengikuti arah mata Revan. Mela melihat seorang wanita yang sangat cantik jelita meski tanpa make up yang tebal, Mela memperhatikan Rara sesaat lalu kembali memandang Revan."Ups, maaf, aku gak tau kalau kamu lagi sama seseorang." kata Mela dengan ciri khas wanita penggoda, membuat Rara ingin mencakar wajahnya.Hati Rara masih panas karena melihat pipi Revan dicium oleh bibir wanita itu."Dia pacar baru kamu, Van?." tanya Mela santai, dia hendak duduk dikursi dekat Revan."Dia istriku." kata Revan tegas membuat Mela hampir terjungkal."Kami baru saja menikah beberapa hari
"Ra, kita gak usah nunda punya anak ya." kata Revan sambil mengusap lembut perut rata Rara.Rara membuka matanya, kantuknya seketika hilang. Dia sedikit terkejut mendengar ucapan Revan."Kamu udah siap, Van?." tanya Rara serius. Dia tak menyangka Revan akan membahasnya diawal pernikahan mereka.Rara pikir karena mereka adalah pengantin baru, Revan ingin menikmati dulu kebersamaan mereka hingga beberapa bulan kedepan, baru akan berpikir punya anak.Karena setau Rara, Bastian dan Fina seperti itu, mereka sengaja menunda memiliki anak karena masih ingin berduaan."Siap lahir batin, sayang." kata Revan.Rara membalik tubuhnya sehingga dia dan Revan saling berhadapan. Rara menatap lekat manik mata suaminya itu."Beneran kamu siap?." tanya Rara memastikan.Revan mengangguk."Biasanya kan laki-laki masih pingin begituan lebih lama, Van. Apalagi kita pengantin baru." kata Rara masih belum percaya.Revan tertawa mendengar ucapan Rara, istrinya itu sungguh pintar membuatnya merasa gemas.Revan
Revan sedang berbicara dengan seorang wanita di proyeknya, Rara yang duduk tak jauh dari tempat mereka berdiri memperhatikan dengan seksama.Rara sedikit kesal melihat klien wanita disamping Revan itu terus melihat dan memperhatikan suaminya.Rara tahu tatapan wanita itu bukan tatapan yang biasa, tapi tatapan suka dan memuja. Padahal Revan tadi sudah memperkenalkan Rara sebagai istrinya pada wanita itu, tapi ternyata tak membuat wanita itu menjaga matanya."Dasar wanita genit." Rara mengomel sendiri, dia menyesap jus jeruk yang ada didepannya.Revan memang laki-laki yang tampan, bahkan ketampanannya diatas rata-rata. Tubuhnya yang tinggi dan atletis dengan berat badan yang ideal membuatnya semakin rupawan.Revan sesekali terlihat menoleh ke arah Rara, saat mata mereka bertemu, senyum mereka saling mengembang. Rara menyukai interaksi kecilnya dengan Revan.Dulu ketika bersama dengan Nathan, entah mengapa Rara tidak pernah mendapati hal-hal kecil yang manis seperti ini."Baiklah kalau b
"Van, aku mau bicara!" kata sosok itu ketika sudah lebih dekat dengan mereka.Rara menggigit bibirnya dalam, dia menatap Revan dan sosok wanita itu bergantian. Rara lalu melepaskan tangannya dari tangan Revan, membuat Revan menoleh."Aku tunggu disana, Van." kata Rara lalu segera masuk ke restoran tanpa menunggu jawaban suaminya.Revan sedikit keberatan, dia hendak mengejar Rara namun wanita didepannya menghandang. Matanya melotot."Kamu mau apa sih, ganggu banget jadi cewek!" kata Revan kesal."Kamu berhutang penjelasan sama aku, Van!" kata wanita itu.Revan menarik nafasnya panjang. Kesal."Dengar ya, Dinda. Dari awal kamu ngejar aku, aku sudah bilang gak akan menjanjikan hubungan apa-apa sama kamu.""Kita cuma one night stand, gak lebih!.""Aku juga gak pernah maksa kamu. Jadi aku gak berhutang apa-apa sama kamu!." kata Revan dengan suara rendah tapi penuh penekanan. Wajahnya marah dan serius."Tapi aku mencintai kamu, Van." kata Dinda sedih, air matanya berlinang.Revan melihat ora
"Van, ayo kita ngobrol!." kata Rara ketika melihat Revan yang baru saja keluar dari kamar mandi.Revan tertegun, ternyata Rara masih mengingat janjinya siang tadi."Baiklah, aku ganti baju dulu ya." kata Revan sambil membuka lemari dan mengambil piyama tidurnya.Rara duduk ditepian ranjang menunggu suaminya berganti pakaian. Rara sudah mulai terbiasa melihat tubuh polos suaminya.Revan terdiam sesaat sebelum menghampiri Rara. Sebenarnya ada perasaan takut terselip dihatinya, Revan takut Rara tidak bisa menerima masa lalunya dan membuat pernikahan mereka yang baru seumur jagung menjadi berantakan."Ra, aku sudah cerita kan kalo aku jatuh cinta padamu sejak dulu." kata Revan setelah duduk disebelah istrinya.Rara mengangguk, dibiarkannya Revan menggenggam jemari tangannya."Dan, saat aku tahu kalau kamu bertunangan, aku patah hati." Revan terdiam sejenak sebelum melanjutkan ceritanya."Aku mulai suka mabuk-mabukan.""Aku sering menghabiskan waktu di club. Aku jadi suka kehidupan malam."