Share

BAB 8

Author: Cistykeyla
last update Last Updated: 2024-04-10 21:41:21

Revan sedang berbicara dengan seorang wanita di proyeknya, Rara yang duduk tak jauh dari tempat mereka berdiri memperhatikan dengan seksama.

Rara sedikit kesal melihat klien wanita disamping Revan itu terus melihat dan memperhatikan suaminya.

Rara tahu tatapan wanita itu bukan tatapan yang biasa, tapi tatapan suka dan memuja. Padahal Revan tadi sudah memperkenalkan Rara sebagai istrinya pada wanita itu, tapi ternyata tak membuat wanita itu menjaga matanya.

"Dasar wanita genit." Rara mengomel sendiri, dia menyesap jus jeruk yang ada didepannya.

Revan memang laki-laki yang tampan, bahkan ketampanannya diatas rata-rata. Tubuhnya yang tinggi dan atletis dengan berat badan yang ideal membuatnya semakin rupawan.

Revan sesekali terlihat menoleh ke arah Rara, saat mata mereka bertemu, senyum mereka saling mengembang. Rara menyukai interaksi kecilnya dengan Revan.

Dulu ketika bersama dengan Nathan, entah mengapa Rara tidak pernah mendapati hal-hal kecil yang manis seperti ini.

"Baiklah kalau begitu, nanti staff saya akan mengirimkan revisi sesuai dengan kesepakatan kita." kata Revan yang masih berbicara dengan klien wanitanya, mereka tampak berjalan kembali ke arah meja dimana Rara duduk.

"Terima kasih ya pak Revan, saya senang sekali perusahaan Bapak mau bekerja sama dengan perusahaan saya, saya yakin investasi kita pasti akan berhasil ditempat ini." kata wanita itu.

"Pak Revan sudah makan siang? Bagaimana kalo kita makan siang bersama, ada restoran yang sangat spesial didekat sini." ajak wanita itu karena masih ingin bersama dengan Revan lebih lama, dia bahkan tidak melihat ke arah Rara sama sekali.

"Oh, maaf. Saya sudah ada rencana dengan istri saya" kata Revan menolak.

Revan menyentuh tangan Rara memberikan kode agar istrinya itu berdiri.

Wanita itu menatap Rara, dia tersenyum tapi terpaksa.

"Saya tidak menyangka loh, beberapa hari yang lalu kita bertemu, pak Revan masih singgle."

"Sekarang, tau-tau sudah menikah aja." kata wanita itu, gaya bahasanya tidak lagi formal, membuat Revan tak suka.

"Baiklah, saya rasa pekerjaan kita sudah selesai, untuk selanjutnya staff saya yang akan melanjutkan."

"Saya akan memantaunya dari Jakarta." kata Revan tanpa merespon ucapan wanita itu.

Wanita itu mengangguk, tapi wajahnya terlihat masam karena Revan tidak menanggapi perkataannya.

Revan kemudian menggandeng tangan Rara dan melenggang pergi setelah berpamitan.

Wanita itu menghentakkan kakinya kesal, padahal dia sudah susah payah mencari cara agar perusahaannya bisa bekerja sama dengan perusahaan Revan. Dia sudah senang ketika mendengar Revan sendiri yang akan datang melihat proyek, dan dia berharap bisa mendekati Revan melalui kerja sama mereka, tapi ternyata semuanya malah zonk. Revan sudah menikah.

***

"Klien kamu tadi genit banget ya, Van." kata Rara ketika mereka sudah didalam mobil.

"Sayang, cemburu?." tanya Revan sambil tersenyum.

"Gak suka aja sih lihatnya." kata Rara ketus.

Revan tertawa mendengar ucapan Rara. Diremasnya jemari Rara dengan satu tangannya yang tidak sibuk menyetir.

"Makanya aku bawa kamu ke proyek tadi, karena itu klien memang suka curi-curi kesempatan." kata Revan.

Rara menoleh.

"Itu Klien yang kamu temui kemarin malam?." tanya Rara.

Revan mengangguk.

"Apa semua klien wanita kamu seperti itu, Van?." tanya Rara lagi.

"Hmmm...gak semua sih Ra, biasanya yang udah oma-oma enggak begitu." kata Revan sambil melirik Rara.

"Ihsss..." Rara meninju lengan Revan membuat laki-laki itu tertawa.

"Ternyata nikah sama sahabat sendiri itu kayak gini ya, Ra." kata Revan tiba-tiba.

Rara mengernyitkan keningnya.

"Seru..asik...bisa manis, bisa romantis, bisa gemesin..." kata Revan.

"Panas di ranjang, seru di obrolan." lanjutnya sambil mencubit pipi Rara dengan gemas.

Rara tersipu mendengar ucapan Revan. Tapi Revan benar, Rara merasa lebih lepas dan bisa menjadi dirinya sendiri ketika bersama dengan Revan. Mereka akrab seperti teman, tapi sangat panas ketika urusan ranjang.

"Ra, bulan madu yuk!." ajak Revan.

"Hmmm...mau ga yaaa..." Rara pura-pura ragu.

"Eh, udah pinter becandain suami sendiri sekarang ya." kata Revan sambil mengelitik pinggang Rara, membuat Rara tertawa geli.

Mobil mereka sudah sampai di tujuan sekarang.

"Sini, sayang." Revan menarik tubuh Rara dan membawanya ke pangkuannya.

"Van, ini di mobil loh!." kata Rara mengingatkan.

"Cuma duduk aja, gak keliatan kok dari luar, kaca mobilku gelap" kata Revan.

Rara akhirnya menurut.

Revan mengelus lembut pipi Rara, merapikan anak rambutnya dan membingkai wajah wanita itu.

"I love you, Kinara." kata Revan lembut lalu mencumbu bibir Rara.

Mereka berciuman cukup lama sampai akhirnya berhenti karena nafas yang hampir habis.

"Kamu mau bulan madu ke mana, sayang?." tanya Revan sambil memeluk pinggang Rara, sedangkan tangan Rara melingkari leher Revan.

"Hmmmm, gimana kalau ke Bali?." usul Rara.

"Boleh, kamu suka Bali?." tanya Revan.

Rara mengangguk.

"Tapi, apa kamu gak sibuk, Van? Kerjaan kamu gimana?." tanya Rara.

"Bisa diatur sayang, kan lagi cuti menikah."

"Karyawan aku aja bisa cuti habis menikah, masa bosnya gak bisa!." kata Revan membuat Rara tertawa.

Revan sangat candu sekali mendengar suara tawanya.

"Seminggu aja ya, Van." kata Rara.

"Kenapa? Kita bisa kok lebih lama disana, sebulan juga boleh." kata Revan.

Rara mendelik mendengarnya, suaminya pasti modus lagi.

"Aku ada jadwal pameran bulan depan, aku belum bikin apa-apa buat galeri aku." kata Rara.

Revan baru ingat, istrinya ini adalah seorang pelukis, dari kecil memang bakat Rara adalah menggambar dan memainkan warna, jadi tidak heran sekarang dia menjadi pelukis.

"Oh ya, sayang, di Jakarta nanti, kamu mau tinggal di apartemen atau di rumah seperti rumah papa mama?." tanya Revan teringat.

"Hmmm, kita tinggal sendiri?" tanya Rara.

"Iya, kita tinggal sendiri aja ya, biar kita lebih ada privasi" jawab Revan.

Rara mengangguk, memang lebih baik tinggal dirumah sendiri ketika mereka sudah menikah.

"Hmmm, kalau rumah aja gimana, biar aku bisa bikin kebun bunga" kata Rara kemudian.

"Oke, Nyonya."

"Perintah Nyonya akan segera saya laksanakan" kata Revan sambil menempelkan tangannya ke kening membuat Rara tertawa.

Mereka akhirnya turun dari mobil sambil bergandengan tangan, wajah mereka berseri-seri tampak sangat bahagia.

Sayangnya senyum kebahagiaan mereka memudar ketika melihat sosok seseorang yang sedang menatap tajam ke arah mereka.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • WANITA-WANITA MASA LALU SUAMIKU   BAB 27

    "Sepertinya wanita ini putus asa, Bastian. Hingga dia memerlukan pertolonganmu untuk menghamilinya!.""Dan dia melakukannya agar bisa menekanku untuk bertanggung jawab padanya!." Revan melihat Bastian yang tengah menatap tajam pada Marsya. Rahang laki-laki itu mengeras karena marah pada wanita didepannya."Apa itu benar, Sya!. Kamu memperalatku?." tanya Bastian, sedangkan Marsya menggeleng lemah."Katakan, Sya!. Apa benar Bastian adalah ayah bayimu?." tantang Revan."Bukankah kamu tidak ingin hamil dan melahirkan tanpa seorang suami?.""Aku tidak mungkin bertanggung jawab, karena aku tidak menghamilimu!.""Jadi, sekarang Bastian adalah satu-satunya kesempatanmu, Sya!.""Ayah kandung anakmu ada didepanmu, apa kamu tidak mau menyuruhnya bertanggung jawab?." Sindir Revan.Marsya terdiam, air matanya masih mengalir membasahi pipinya. Dia tidak menyangka kalau jebakannya pada Revan tidak berhasil. Dia tidak pernah tahu kalau laki-laki itu memutus jalur spe*manya."Bas...aku..." Marsya tida

  • WANITA-WANITA MASA LALU SUAMIKU   BAB 26

    "Lepas, Van!. Sakitt!." Marsya menarik tangan Revan yang tengah mencengkram rahangnya.Revan melepaskan wajah Marsya dengan kasar membuat wanita itu terhuyung dan nyaris terjatuh."Revan!. Kau bisa mencelakai anak kita!." protes Marsya dengan suara yang sedikit keras. Dia berani membentak Revan karena percaya diri kalau anak yang tengah dikandungnya adalah milik Revan."Anakku?. Benarkah?." ejek Revan sambil memindai Marsya dari atas sampai bawah."Marsya...Marsya...aku tidak percaya ternyata aku membesarkan ular selama ini!." kata Revan sambil mengambil minuman dari meja bar dan meneguknya.Marsya yang mendengar ejekan Revan hanya mengernyitkan keningnya."Kupikir selama ini kamu adalah wanita yang polos, Sya!. Dan aku sangat merasa bersalah karenanya!.""Bersalah karena sudah meniduri wanita polos dan lugu sepertimu..." Revan duduk di meja bar sambil menggoyang gelasnya, matanya memperhatikan Marsya yang masih berdiri ditempatnya."Ternyata aku salah, kamu ternyata adalah seorang pe

  • WANITA-WANITA MASA LALU SUAMIKU   BAB 25

    Rara akhirnya sudah diperbolehkan pulang oleh dokter, dengan catatan dia harus beristirahat total di rumah.Sepulang dari rumah sakit, Revan segera membawa Rara ke rumah baru mereka yang terletak di kawasan perumahan elit tengah kota."Van, aku bisa jalan sendiri!." protes Rara ketika Revan menggendongnya saat turun dari mobil."Dokter bilang kamu gak boleh banyak bergerak dulu, sayang!.""Itu artinya kamu harus digendong!." kata Revan lembut.Rara mencebikkan bibirnya, mau tak mau dia mengalungkan tangannya ke leher suaminya."Bawa barang-barang kami ke atas ya, bik!." kata Revan pada wanita paruh baya yang merupakan asisten rumah tangga."Baik, den!." jawabnya.Revan lalu membawa Rara ke lantai atas, ke kamar mereka. Rara memperhatikan sekeliling rumah itu, namun tidak semuanya bisa dia lihat."Sekarang istirahat dulu ya, besok aku akan membawamu melihat-lihat rumah kita!." kata Revan lembut ketika memperhatikan Rara mengedarkan pandangannya.Rara hanya terdiam, dia tidak menjawab u

  • WANITA-WANITA MASA LALU SUAMIKU   BAB 24

    "Aku mendengar kamu tidak jadi menikah. Dan itu kabar baik buatku."Rara melihat mata Revan yang menatapnya lebih dalam, seolah sedang menyelami perasaan Rara."Aku tergila-gila padamu, Ra!. Perasaanku tidak pernah bisa hilang sejak kita masih kecil!.""Jadi, ketika kamu putus dengan tunanganmu, aku berusaha mencari cara untuk mendekatimu!.""Aku mulai meninggalkan semua kehidupan malamku, termasuk Marsya.""Aku berhenti ke club, aku berhenti mencari wanita-wanita diluar sana, dan aku berhenti menemui Marsya.""Kami hanya bertemu di kantor!."Rara berusaha merangkai penjelasan Revan. Itu artinya sudah cukup lama Revan dan Marsya tidak bertemu."Kapan terakhir kali kamu menemui Marsya secara pribadi?. Apakah di apartemennya?." tanya Rara karna mengingat jas Revan yang tertinggal disana.Suami Rara itu terlihat menghembuskan nafas panjang."Sebulan sebelum aku bertemu denganmu, itu terakhir kali aku menemuinya di apartemennya." jawab Revan."Tapi kami hanya bicara, kami tidak melakukan

  • WANITA-WANITA MASA LALU SUAMIKU   BAB 23

    "Marsya mengaku dia hamil anak Revan,." kata Revan membuat kedua orang tuanya terkejut."Revan yakin, Marsya menyuruh ibunya untuk meneror Rara. Wanita itu sengaja mendatangi Rara dan mengatakan kehamilan anaknya!." kata Revan terlihat marah."Revan, tunggu...apa maksud kamu?. Sekretaris kamu hamil, apa itu anakmu?." tanya papanya tak percaya."Enggak pa, itu bukan anak Revan!." sanggah Revan cepat."Kamu yakin?." tanya papanya lagi. Tentu saja dia ikut merasa cemas.Mama Revan tampak sedih dan meneteskan air mata. Dia bisa membayangkan bagaimana perasaan Rara."Revan yakin, Pa. Revan bahkan menantang Marsya untuk tes DNa, tapi dia tidak mau.""Dia ingin Revan menikahi dia, setelah dia melahirkan baru dia bersedia tes DNa...""Tapi, Revan yakin kalau itu hanya akal-akalan Marsya saja, Pa!.""Dia mau menjebak Revan." kata Revan panjang lebar.Papa Revan membetulkan letak kacamatanya. Dengan bijaksana dia bertanya pada Revan."Jika dia anak kamu, bagaimana?.""Kamu berani bertindak, kam

  • WANITA-WANITA MASA LALU SUAMIKU   BAB 22

    Revan memarkir mobilnya dengan sembarangan ketika sudah sampai didepan rumah sakit, dia bahkan meninggalkan mobilnya masih lengkap dengan kuncinya. Dia langsung turun dan segera berlari kedalam rumah sakit, meninggalkan mobilnya dengan pintu yang terbuka."Dimana pasien atas nama Kinara Larasati?." tanya Revan dengan terburu-buru, nafasnya memburu karena dia berlari sejak tadi."Nyonya Kinara ada di ruang observasi ibu hamil, disebelah sana!." petugas front office memberikan arah pada Revan. Revan segera berlari, jantungnya berdegup sangat kencang, ada ketakutan menyergapnya.Seseorang menelpon Revan ketika dia sedang meeting, mengabarkan bahwa Rara terjatuh di supermarket dan sedang dibawa oleh ambulance ke rumah sakit. Revan seketika menghentikan rapatnya dan menuju ke rumah sakit.Ruang Observasi Ibu Hamil. Revan membaca papan petunjuk didepan pintu, Revan segera masuk dan melihat seorang perawat."Pasien atas nama Kinara Larasati, apakah istri saya ada disini?." tanyanya dengan ce

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status